Artikel
Menghindari KDRT

Menghindari KDRT

Oleh : Cecep Hilman
Widyaiswara BDK Jakarta

Pendahuluan
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) menjadi momok yang seakan tidak pernah usai tragedinya. KDRT menjadi masalah serius yang terjadi Indonesia, berdasarkan catatan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) menunjukkan bahwa tahun 2024, telah terjadi total 28.789 kasus kekerasan.

Dampak dari KDRT tidak hanya dirasakan secara fisik oleh korban, tetapi juga membawa luka emosional dan psikologis yang mendalam. Kita seringkali mendengar, melihat bahkan merasakannya kejadian KDRT di sekitar kita. Mengapa hal ini terjadi dan bagaimana untuk dapat menghindar dari KDRT?

Di dalam keluarga berumah tangga, ketegangan maupun konflik merupakan hal yang biasa. Namun, apabila ketegangan itu berubah menjadi kekerasan, seperti: menampar, menendang, memaki, menganiaya dan lain sebagainya ini adalah hal yang tidak biasa. Demikian itulah potret KDRT. Segala tindakan kekerasan yang dilakukan oleh seseorang terhadap anggota keluarga lainnya, berupa kekerasan fisik, psikis, seksual dan penelantaran.

Rumah tangga bukan tempat melampiaskan emosional suami terhadap istri atau sebaliknya. Tetapi, rumah adalah tempat yang aman. Tempat dimana kehangatan selalu bersemi. Di dalamnya terdapat pasangan suami-istri yang saling mencintai dan juga anak. Beserta penghuni rumah lainya, seperti orang yang bekerja membantu rumah tangga.

Keluarga menjadi pondasi sebuah negara. Dari keluargalah akan tercipta kader bangsa. Ketika keluarga itu rusak, maka berbahaya terhadap eksistensi negara. Oleh karenanya KDRT yang menjadi salah satu faktor penyebab rusaknya keluarga merupakan penyakit bersama bukan pribadi. Sebab, bahayanya meliputi seluruh anggota masyarakat. Sehingga semua pihak berkewajiban untuk membantu dalam menanggulangi KDRT.

Upaya Menghindar dari KDRT
Pertama, mengkaji ulang pemahaman terhadap “legalitas pemukulan”. Tindak kekerasan yang berbentuk penganiayaan terhadap istri dianggap sudah merupakan hal yang biasa. Ironisnya, tafsir agama seringkali dipakai sebagai unsur pembenaran.

Kedua, menyadari akan akibat buruk dari KDRT. Ada beberapa akibat buruk:

  1. Suami bisa dituntut ke pengadilan karena penyerangan terhadap istri merupakan tindakan melanggar KUHP.
  2. Rumah tangga menjadi berantakan.
  3. Mengakibatkan gangguan mental terhadap istri dan juga anak
  4. Melanggar syariat agama.

Agama mengajarkan untuk mewujudkan keluarga sakinah mawaddah dan rahmah bukan keluarga yang dihiasi dengan pemukulan dan penganiayaan. Penting memiliki kesiapan fisik/biologis, mental/psikis, dan kekuatan sosial-ekonomi sehingga mampu mengelola dan menghadapi persoalan dengan baik.

Ketiga, khusus bagi para suami berlaku lemah lembutlah kepada istri.  Karena sekalipun ada yang tidak disukai dari istri, padahal Allah menjadikan kebaikan yang banyak padanya.

Keempat, khusus kepada para istri. Berusahalah untuk menjadi istri sholehah. Berhias diri untuk suami, melayani suami dengan baik, mematuhi perintah yang baik dari suami, menjaga harga diri dan suami, dan lain sebagainya. Berusahalah untuk selalu membuat suami tersenyum bahagia walaupun pahit rasanya.

Kelima, landasan keimanan. Suami dan istri harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah Swt. Manakala keduanya menjadi suami sholeh dan istri sholehah akan terhindar dari KDRT.

Memelihara dan Mengembangkan Cinta
Cinta yang menghiasi kehidupan suami/istri harus senantiasa dipupuk hingga membuahkan kelanggengan. Cinta kita Lillahi Ta’ala. Jadi, suami/istri dalam sebuah keluarga adalah hamba-Nya yang selalu dekat kepada-Nya. Jika fondasi ini sudah terbangun dalam mahligai rumah tangga, insyaAllah tidak akan ada KDRT.

Manifestasi memelihara dan mengembangkan cinta dalam rumah tangga:

  1. Terima Kelebihan dan Kekurangan
    Kesempurnaan hanya milik Tuhan. Menjadi tidak adil bila hanya menerima sisi kelebihan pasangan dan menolak sisi kekurangannya. Penerimaan terhadap kekurangan pasangan akan meredam ketegangan yang kerap muncul dalam pernikahan. Perbanyaklah mengingat kelebihan pasangan, agar bisa senantiasa menghidupkan rasa cinta dalam hati dan meminimalisir pertengkaran.

  2. Memaafkan dan Melupakan Kesalahan di Masa Lalu
    Manusia tidak luput dari kesalahan, baik kesalahan kecil maupun besar. Memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan di masa lalu bukanlah hal yang mudah. Namun, jika berkomitmen untuk mempertahankan pernikahan, maka memaafkan dan melupakan kesalahan pasangan merupakan salah satu jalan untuk membina keluarga bahagia dan sejahtera.

  3. Jalin Komunikasi
    Salah satu penyebab berakhirnya rumah tangga karena lalai menjaga kehangatan komunikasi. Tersedianya akses internet memudahkan kita berinteraksi dengan berbagai orang, termasuk dengan orang-orang di masa lalu. Namun, sering lupa menjalin komunikasi dengan pasangan. Tanpa komunikasi, akan sangat sulit memahami pasangan dengan baik. Akibatnya hubungan semakin renggang, bahkan menjadi asing satu sama lain. Untuk membangun keluarga aman dan harmonis, selalu bertegur sapa dan tidak ada salahnya sering sering ngobrol dalam rangka menyatukan hati.

  4. Meminta Maaf Terlebih Dahulu
    Sikap egois dan menyalahkan pasangan menjadi pemicu KDRT dan jalan termudah untuk mengakhiri sebuah pernikahan. Seseorang mampu merancang semua alasan untuk membenarkan sikapnya. Namun menjadi yang pertama untuk meminta maaf dalam perbedaan sikap pada situasi konflik, akan menjadi peredamnya. Bukti cinta yaitu meminta maaf terlebih dahulu. Meminta maaf tidak membuat kedudukan kita menjadi rendah di matanya, sebaliknya akan mencairkan suasana menjadi saling menghormati dan menyayangi.

  5. Hindari Berburuk Sangka
    Tuduhan yang tidak mendasar sering kali menjadi pemicu sebuah pertengkaran/KDRT dalam rumah tangga. Menghindari berburuk sangka pada pasangan akan membuat kita rileks dalam menjalani kehidupan dan membuat kita fokus untuk membina keluarga harmonis.

  6. Memperbaiki Diri
    Kita tidak bisa mengharapkan orang lain berubah, tanpa terlebih dahulu kita yang mengubah diri sendiri. Sebagaimana pasangan kita yang tak sempurna, sesungguhnya kita pun jauh dari sempurna. Boleh jadi sikap dan kebiasaan buruk yang kita miliki – dan sering tidak kita sadari-merupakan satu sebab yang memicu timbulnya perselisihan.

  7. Berdoa
    Mendekatkan diri pada Allah Swt. serta berdoa, merupakan salah satu cara untuk menyelamatkan sebuah pernikahan dan membentuk keluarga harmonis. Hanya dengan memiliki keyakinan dan bersandar pada kekuatan Tuhan, kita mampu bertahan dan menjalani kehidupan pernikahan dengan baik dan terhindar dari KDRT.

Penutup
Menghindari KDRT bukan hanya tanggung jawab individu, tetapi juga tanggung jawab bersama masyarakat dan pemerintah. Dengan meningkatkan kesadaran, membangun komunikasi yang efektif, dan menciptakan lingkungan yang mendukung, kita dapat mewujudkan rumah tangga yang aman, sehat, dan bahagia.

Jika ada seseorang yang Anda kenal mengalami KDRT, segera cari bantuan untuk melindungi diri dan memutus mata rantai kekerasan. Keluarga yang harmonis adalah pondasi bagi masyarakat yang sejahtera, dan upaya mencegah KDRT merupakan langkah penting menuju tujuan tersebut.

Menghadirkan kesadaran dalam pengendalian diri menghadapi persoalan hidup menjadi sebuah keniscayaan, Maka perlu terus belajar dan merasa saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya dalam berkeluarga. Ingat, bahwa hidup hanya satu kali maka jangan kita sia-siakan hidup untuk menyakiti diri apalagi keluarga kita.