Artikel
Mencintai Berarti Menginspirasi, Membenci Berarti Merugi

Mencintai Berarti Menginspirasi, Membenci Berarti Merugi

Oleh : Purnawati
Penyuluh Agama Islam pada Kec. Kalanganyar Kankemenag Kab. Lebak

Cinta satu kata berjuta makna. Menurut para ahli sastra, si bodoh jadi pintar, si malas jadi rajin, si pengecut jadi berani dan si sakit jadi sembuh. Cinta bisa membuat yang buruk jadi baik, yang kotor jadi bersih, yang lemah jadi kuat dan yang pelit jadi dermawan. Cinta bisa memfasihkan lisan pembicara, melancarkan pena penulis dan menajamkan pedang pejuang.

Banyak lagu yang tercipta karena cinta, Banyak syair yang digubah karna cinta, Banyak drama yang disusun karna cinta, Banyak bangunan yang didirikan karna cinta, Banyak buku yang ditulis karna cinta dan banyak perkara yang lahir karna cinta. Di sinilah cinta menjadi inspirasi untuk bekerja dan berkarya nyata. Dalam kehidupan rumah tangga, misalnya, cinta menjadi energi untuk meningkatkan kualitas diri, meraih prestasi dan menggapai ridha ilahi.

Rumah tangga yang dibangun dengan cinta, tapi tanpa menghadirkan iman didalamnya, niscaya berjalan hampa dan rapuh daya tahannya, rentan akan permasalahan, mudah goyah, gampang marah, emosi tak terkendali, konflik, cemburu buta dan sebagainya. Jangankan masalah besar, masalah kecil pun bisa memicu sengketa dan keretakan rumah tangga. Karenanya, rumah tangga harus dibangun atas dasar iman kepada Allah dan RasulNya. Keluarga taqwa, kelak cinta melahirkan keajaiban, berkah dan pahala dalam setiap gerak langkahnya. Maka, terpancarlah cahaya yang indah rupanya, beragam warnanya dan sedap dipandang mata. Itulah pelangi keluarga sejati pengobar inspirasi.

Pembahasan
Menjadi sebuah kepatutan bagi suami istri untuk saling mencintai, memotivasi, belajar bersama, menguatkan,mengingatkan, serta berwasiat dalam kesabaran, ketakwaan dan kebenaran. hal yang luar biasa yang akan terjadi dalam kehidupan rumah tangga ketika suami istri saling mencintai, memotivasi, menguatkan, mengingatkan serta berwasiat dalam kesabaran, ketakwaan dan kebenaran.

Keluarga menjadi madrasah untuk melejitkan potensi, membentuk pribadi unggul, cerdas, istimewa, berprestasi berakhlak mulya dan taat pada Allah SWT. Uns binti Abdul Karim misalnya, menikah menjadi titik tolak dalam hidupnya. Kualitas hidupnya mengalami loncatan tinggi. Bangkit dan melejit. Semangatnya berpacu bersama lecutan ilmu. Terus belajar, memahami, menghafal dan mengamalkan. Hingga akhirnya Uns menjadi ahli hadis terpandang, disegani dan dirujuk banyak orang. Uns tumbuh dari wanita biasa menjadi luar biasa. Itu dikernakan sang suamilah yang mendukung, menyemangati dan mengajarkan ilmu hadis, dialah Ibnu Hajar al-Asqalani. Ulama besar penulis kitab Fathul Bari.Ibnu Hajar mematik potensi diri sang istri agar menjadi pribadi unggul.

Syair ini menggambarkan perasaan Uns pada sang suami

Kau insfirasi jiwa nan suci ingin keterus selami
Di dasar dirimu kilau sahayamutiara putih
Menyinari ke dalam lubuk jiwa nan keluh pelita
Di dasar dirimu karang indah halus penuh seni
Meneguh perjuangan kebenaran hikmah pekerti

Hal serupa ditemukan pula pada keluarga pejuang negri kita ini, seperti keluarga Haji Agus Salim dan Zainatun Nahar, Moh Hatta dan Rahmi Rachim, Bung Tomo dan Sulistina, Dr Soedjatmoko Mangoendiningrat dan Ratmini Soedjatmoko. Mereka menjadikan keluarga sebagai tempat untuk bersinergi, berbagi, belajar bersama dan saling menginspirasi.

Inilah ungkapan Ratmini Soedjatmoko mengenang mendiang suaminya, “ I hove a very good life with Koko”. Dia adalah suami yang baik, teman yang baik. Sebelumnya saya tidak mengerti politik, lingkungan hidup dan humanisme”.

Rumah tangga bukanlah penjara yang mengungkung dan mengurung, melainkan sarana untuk meraih kebahagiaan dan meningkatkan kualitas diri. Rumah tangga adalah tempat yang tepat untuk membangun cinta. Cinta yang membangun dan menggugah inspirasi, bukan cinta buta yang membelenggu kreativitas, menyakiti, melarang, mengekang dan mematikan potensi. Namun mencintai berarti mengembangkan diri dan melejitkan potensi untuk meningkatkan kualitas diri. Mencintai untuk meraih ridha Ilahi.

Selangkah demi selangkah, mari mulai berbenah membangun rumah tangga dengan motivasi memperbaiki diri, melejitkan potensi meningkatkan kualitas diri, menimba ilmu dan memantapkan keyakinan pada Ilahi, agar hidup diberkahi dan memperoleh bahagia yang hakiki, surga kekal dan abadi.

Membina keluarga bahagia tetap menjadi bagian tak terpinggirkan, satu sama lain saling bersinergi dan bisa memanfaatkan peran masing-masing. Ada saatnya untuk bermesraan bersama keluarga, ada masa depan yang diimpikan bersama untuk meraih bahagia. Seperti ungkapan sederhana melalui surat cinta yang pernah dikirimkan Bung Tomo untuk sang istri

“Tak terlalu tinggi cita-citaku. Impianku
Kita punya rumah di atas gunung
Jauh dari keramaian. Rumah yang sederhana seperti pondok.

Hawanya bersih, sejuk dan pemandangan nya indah
Kau tananm bunga-bunga dan kita menanam sayur sendiri
Aku kumpulkan muda mudi

Kudidik mereka menjadi patriot bangsa”

Keluarga merupakan tempat rehat yang nyaman, lingkungan yang asri dan tempat bernaung yang menyejukan hati untuk memulihkan energi agar semangat tumbuh kembali. Dan ladang untuk meningkatkan kualitas diri, tempat belajar dan saling menginspirasi. Membangun keluarga tak harus menumpulkan semangat belajar.Pasangan bukan sekedar untuk bersenang senang, suka ria, bercanda atau melepaskan lelah setelah seharian beraktivitas tapi ada tujuan yang jauh lebih tinggi yakni melangkah bersama menuju ridha Ilahi. Suami dan istri saling menginspirasi untuk meningkatkan kualitas diri.

Saat lajang kita hanya sendirian, maka sesudah menikah ada suami atau istri yang menemani. Keadaan ini mestinya menjadi motivasi untuk menggejot semangat belajar menjadi lebih dahsyat. Suami istri saling memotivasi, menyemangati dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh masing-masing diri.

Lulus kuliah lalu menikah, bukan berarti berhenti belajar. Betapa banyak hal yang perlu kita pelajari dalam hidup ini. Ilmu Allah sangatlah banyak, lebih tinggi dariangkasa, lebih dalam dari samudra dan lebih luas dali alam raya. Meliputi semua yang ada di langit dan bumi beserta isinya. Segalanya seluruhnya semua jagat raya ada dalam genggaman kuasa-Nya. Allah maha menguasai dan maha mengetahui.

Agar hidup menjadi penuh arti, maka kita harus belajar selalu tanpa henti, lalu beramal dan bersabar atas segala godaan, belajar tanpa bosan, menimba ilmu untuk bekal hidup di dunia dan akhirat. Sepatutnya suami istri itu untuk saling mendukung, bersinergi dan belajar bersama dalam rumah tangga,

Menikah menjadikan hidup lebih indah dan terarah, kebersamaan dengan pasangan membuat jiwa merasakan ketentraman. Inilah salah satu hikmah menikah sebagaimana firman Allah SWT, surat ar-Ruum ayat 21

Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.

Setelah ketenangan itu datang, hendaknya kita mawas diri untuk selalu menjaga hati agar tidak terlena oleh kesenangan yang melalaikan atau kebersamaan yang melenakan hingga menjauhkan diri dari ilahi. Suami istri tetap menjaga ketakwaannya sebagaimana hadis yang diriwayatkan HR Baihaqi.

Jika seseorang menikah, maka ia telah menyempurnakan separuh agamanya. Karenanya, bertaqwalah pada Allah pada separuh yang lainnya.

Pernikahan adalah karunia yang patut disyukuri dengan segenap hati, bahwa  Allah memberi kita nikmat agar dapat meraih pahala-Nya. Bicara cinta dalam ranah keluarga, berarti membangun cinta untuk meraih cita-cita tertinggi yakni menyelamatkan diri  dan keluarga dari api neraka yang panasnya menyala-nyala maka kita pun saling mengingatkan agar tidak tergelincir pada dosa dan kesalahan. Bicara cinta dalam ranah keluarga, berarti mengajak keluarga menuju arah perbaikan diri, membangun masyarakat dan umat, membangun peradaban. Cinta bisa mengalirkan energi luar biasa bila tepat menelolanya, sebaliknya cinta bisa menjadi petaka tatkala di sikapi seenknya banyak peradaban yang berdiri karena cinta dan tak sedikit peradaban yang hancur karena cinta terkontaminasi oleh hawa nafsu

Suami istri bila saling pandang saja bernilai pahala dan mendapat rahmat dari-Nya. Kebersamaan dalam rumah tangga menjadikan kita giat ibadah, baik ibadah vertikal kepada Allah SWT maupun horizontal kepada sesama dan alam semesta, suami istri saling bersinergi melahirkan energi guna mengabdi pada Ilahi, bekerja dan segala aktivitas di dalammya menjadi sarana ibadah kepada Allah

Salah satu cara agar hubungan suami istri tidak monoton, jenuh dan membosankan, canda dibutuhkan dalam kebersamaan dengan pasangan. Tapi bukan candaan yang membahayakan melainkan candaan untuk semakin mengakrabkan, menguatkan perasaan, menautkan hati dan mengokohkan kebersamaan di antara keduanya.

Kesimpulan
Dalam kehidupan rumah tangga, cinta menjadi energi untuk meningkatkan kualitas diri, meraih prestasi dan menggapai ridha Ilahi. Mencintai berarti menginspirasi, sehingga  melejitkan potensi, meningkatkan kualitas diri, membuat hidup lebih terarah, ibadah tambah gairah, bekerja semakin mengasikan, bahkan bercandapun berbuah pahala yang manis rasanya. Inilah cinta sejati inspirasi surgawi, tapi ketika suami istri saling curiga,  saling membenci mereka akan  merugi, sehingga tidak berkembangnya potensi diri, kurangnya rasa percaya diri,  tidak memiliki tujuan hidup, malas beribadah, malas bekerja, bercandapun di anggap hinaan yang menyakitkan sehingga  retaknya  hubungan suami istri. Untuk itu rumah tangga mesti dibangun atas landasan iman kepada Allah dan Rasulnya. Semoga keluarga kita bisa menjadi keluarga yang berlimpah barakah, bahagia hingga ke surga.