PENYULUH AGAMA MILENIAL DALAM ERA 4.0
Oleh : Muchyi Annisa
Penyuluh Agama Kec. Puloampel Kab. Serang
Pengantar
Penyuluh agama merupakan ujung tombak untuk menyiarkan agama dan mengenalkan serta memberi pemahaman kepada masyarakat luas mengenai isu-isu yang berkembang di masyarakat, baik tentang keagamaan, bimbingan, penyuluhan, pembangunan hingga dalam pemecahan problematika yang jika tidak dipahami dapat merusak dimensi kemasyarakatan. Penyuluh agama yang bergerak untuk dapat menyiarkan agama serta dituntut untuk mengatasi problematika di era yang semakin maju dan berkembang ini, memerlukan tenaga penyuluh yang dianggap mampu untuk mengikuti dan menyesuaikan metode penyiaran agama dalam perkembangan era yang terus maju dan berkembang.
Kemajuan teknologi di era 4.0 bukanlah sebuah hal yang asing terdengar di telinga kalangan muda atau yang lebih dikenal dengan sebutan generasi milenial. Diungkap dalam Wikipedia bahwa para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal tahun 1980-an sebagai awal kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an sebagai akhir kelahiran kelompok ini. Generasi milenial dipandang sebagai generasi yang mampu mengikuti perkembangan era 4.0 karena pada era revolusi Industri 4.0 seluruh aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari teknologi. Penggunaan gadget dan media sosial pun perkembangannya sangat cepat. (Mutimmatul, Wibawa, & Ekawati, 2018).
Mampukah generasi milenial mengemban tugas sebagai penyuluh agama? Mengapa penyuluh agama di industri era 4.0 dibutuhkan untuk turut berkonstribusi sebagai ujung tombak penyiaran agama? Seperti apa dan metode apa yang digencarkan penyuluh agama milenial dalam menjalankan tugasnyadi era 4.0?
Memahami Era 4.0
Sebelum sampai pada era 4.0, perkembangan teknologi melewati era 1.0, 2.0, 3.0 dengan memiliki perubahan dan perkembangan yang berbeda pada masanya hingga sampailah pada era 4.0. Di era 1.0 penggunaan mesin uap dengan proses manufakturnya adalah manusia. Di era 2.0 mulai ada perubahan menggunakan tenaga lilstrik. Di era 3.0 tenaga listrik tersebut digantikan oleh komputer yang dianggap sebagai revolusi digital. Hingga dengan adanya perkembangan di era 4.0, pekerjaan semakin mudah dilakukan, informasi mudah di akses dan teknologi semakin tak terbendung, karena di Era 4.0 penggunaan sambungan internet terus berkembang dan digunakan.
Secara sadar atau tidak era 4.0 telah berhasil membawa perubahan pada sendi kehidupan manusia di muka bumi ini. Manusia yang telah melek atas perkembangan era industri ini berbondong-bondong dan segera untuk mentransformasi diri dengan berupaya mengenal dan membiasakan untuk menggunakan teknologi yang semakin canggih dalam sendi kehidupannya. Pekerjaan, informasi dan sebagainya menjadi lebih mudah untuk dijamah oleh manusia yang memanfaatkan perkembangan teknologi pada era ini.
Memasuki masa revolusi industri 4.0 tentunya kita berada di era yang modern. Konsep industri 4.0 sendiri pertama kali digunakan di publik pada tahun 2011 (sumber: Insight Talenta). Masuknya era 4.0 seharusnya bukan menjadi sebuah hal menakutkan bagi kalangan yang lahir telebih dulu sebelum era 4.0 berkembang. Perlu disadari bahwa manfaat dari era 4.0 dalam kehidupan ini adalah mampu memberdayakan individu serta masyarakat guna menciptakan peluang baru bagi sosial, ekonomi, dan pengembangan diri karena sistem yang digunakan lebih canggih dan dapat dikontrol serta dikendalikan secara real time yakni respon atau tanggapannya langsung di saat itu juga, saat kita menggunakan suatu program lewat internet.
Mengenal Penyuluh Agama Generasi Milenial
Diungkap dalam Wikipedia bahwa generasi milenial adalah seseorang yang lahir pada tahun 1980 hingga awal 2000 an. Generasi ini muncul ditandai oleh peningkatan penggunaan dan keakraban dengan komunikasi, media, dan teknologi digital. Hal positif dari generasi milenial ialah memiliki rasa percaya diri yang bagus, mampu mengekspresikan perasaannya, optimis, dan menerima ide dan cara-cara hidup baru yang terus berkembang. Jika dihitung dari tahun 1980, maka pada tahun 2021 ini generasi milenial adalah seorang yang saat ini sudah berumur 40 tahun ke bawah. Oleh karena itu, sebutan Penyuluh milenial dapat diartikan secara umum sebagai penyuluh yang memilki usia tidak lebih dari 40 tahun, karena sebutan tersebut diperuntukkan bagi penyuluh yang lahir dari tahun 1980 hingga 2000 an. Penyuluh dari generasi milenial dapat diartikan dengan penyuluh yang mampu menggunakan media digital baik teknologi infomasi dan komunikasi sebagai media dalam melakukan komunikasi serta mendapat atau memberi informasi kepada masyarakat hingga generasi-generasi milenial lainnya.
Penyuluh agama yang menjadi ujung tombak penyiaran agama telah lama berada di bawah Kementerian Agama untuk menjadi garda terdepan di masyarakat dalam menyiarkan ilmu agama dan melakukan empat fungsi atau tugas utamanya yakni edukatif, informatif, konsultatif, dan perlindungan terhadap masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan dengan berbagai macam metode atau cara penyampaian kepada masyarakat.
Penyuluh agama milenial dipandang mampu untuk mengikuti perkembangan teknologi yang semakin canggih sehingga tugas penyuluh dalam menyiarkan agama yang bersifat edukatif, informatif, konsultatif dan pengembangan lebih mudah tersyiarkan secara luas di masyarakat dan mampu merangkul generasi milenial lainnya sesuai dengan harapan Kementerian Agama.
Peran Penyuluh Agama di Era 4.0
Media sosial yang kini terus berkembang di masyarakat pada era 4.0 semakin mudah untuk diakses oleh setiap human (manusia). Hal tersebut dibuktikan dengan semakin banyaknya manusia yang telah menggunakan media teknologi seperti handphone, laptop dan semacamnya sebagai media komunikasi dan informasi.
Generasi milenial yang sadar akan pentingnya mengetahui teknologi informasi dan komunikasi tentunya dapat menjadikan perkembangan teknologi tersebut menjadi alat atau sumber daya positif guna penyebaran informasi, edukasi, pengembangan diri dan masih banyak lagi. Walaupun memang disadari pula, bahwa perkembangan teknologi di era 4.0 memiliki dampak negatif bagi pengguna yang secara tidak cerdas dan tdak beradab menggunakannya.
Tugas utama penyuluh seperti edukatif, informatif, konsultatif dan pengembangan dilakukan dengan memanfaatkan media atau teknologi informasi dan komunikasi yang semakin canggih, ternyata digunakan oleh penyuluh milenial untuk dapat mengoptimalisasi tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya sebagai garda depan dari Kementerian Agama dan ujung tobak penyiaran agama islam dan bimbingan keagamaan.
Media sosial yang menggunakan jaringan internet nyatanya mampu mempermudah penyiaran agama bagi penyuluh agama. Didukung dengan Kementerian Agama yang menganjurkan para penyuluh agama mampu memiliki, menggunakan dan mengakses aplikasi-aplikasi media sosial seperti whatsapp, instagram, youtube, twitter dan sebagainya sebagai alat penyiaran, bimbingan, pengembangan, konsultasi bahkan sebagai media pelaporan tugas penyuluh yang telah dilakukan di lapangan dan masyarakat.
Dari media sosial yang menggunakan internet (era 4.0) penyuluh agama milenial dapat membuat snap instagram, snap whatsapp, snap twitter, konten keagamaan di youtube bahkan tulisan-tulisan dan karya yang dapat dipublikasikan ke khalayak luas sebagai media yang memang lebih mudah dilihat dan disenangi bahkan digandrungi oleh generasi miilenial lainnya.
Kreatifitas-kreatifitas penyuluh agama milenial di sini memanglah dibutuhkan untuk menarik mad’u supaya melihat (menonton, membaca) karya yang didalamnya terdapat pembelajaran (edukasi), informasi, bimbingan berupa snapchatt atau konten (video) yang telah dimuat pada akun media sosialnya. Dengan itu, dakwah yang dilakukan oleh penyuluh dapat dilakukan melalui berbagai cara yakini secara langsung (offline) atau bahkan secara online menggunakan pemanfaatan internet.
Penutup
Dengan demikan, fungsi dan tugas utama bagi penyuluh agama di era 4.0 yang dituntut untuk mampu menggunakan media teknologi informasi, komunikasi dengan internet sebagai sarana penyiaran, bimbingan, edukasi, informasi, konsultasi dan pengembangan bagi masyarakat luas dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan akun media sosial dari penyuluh milenial tersebut.
Tugas-tugas penyuluh agama yang dilakukan oleh penyuluh agama milenial dilakukan dengan berbagai metode penyiaran, bukan hanya melalui tatap muka atau langsung saja, namun penyuluh milenial mampu melakukan tugasnya melalui pemberdayaan teknologi dan internet sebagai alat komunikasi berupa bimbingan, konsultasi dan sebagai alat informasi berupa edukasi (pemebelajaran atau penyampaian materi dakwah) kepada generasi mileial lainnya dan masyarakat luas umumnya.
Dengan pemanfaatan yang positif, perkembangan teknologi di era 4.0 bagi penyuluh agama selain mempermudah syiar agama, juga dapat merangkul generasi milenial lainnya yang sangat aktif menggunakan media sosial dan internet sebagai alat komunikasi dan informasi bahkan edukasi dari keseharian mereka yang hampir tidak pernah lepas dari handphone dan laptop. Dengan hal itu, sasaran dari penyuluh milenial terhadap generasi milenial lainnya hingga masyarakat luas dapat terlaksana dengan baik, walaupun masih terdapat hambatan karena kurang kesadaran dari masysrakat terhadap perkembangan teknologi era 4.0. wallahu a’lam.