Artikel
Paikem dalam Pembelajaran

Paikem dalam Pembelajaran

Oleh : Ika Berdiati
Widwaiswara BDK Jakarta

Permendikbudristek Nomor 16 Tahun 2022 tentang Standar Proses pasal 9 menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran diselenggarakan dalam suasana belajar yang: a. interaktif; b. inspiratif; c. menyenangkan; d. menantang; e. memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; dan f. memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik.

Pada madrasah, melalui Panduan Pembelajaran dan Asesmen menyatakan bahwa pelaksanaan pembelajaran yang dirancang untuk memberi pengalaman belajar yang berkualitas, interaktif, kontekstual dan inklusif. Pada siklus ini, pendidik dapat menyelenggarakan pembelajaran yang: (1) interaktif; (2) inspiratif; (3) menyenangkan; (4) menantang; (5) memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif; (6) akomodatif; (7) Mahabbah Fillah dan (8) memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik, serta psikologis peserta didik (akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab tentang Pelaksanaan Pembelajaran). Sepanjang proses pembelajaran, pendidik dapat mengadakan asesmen formatif untuk mengetahui sejauh mana tujuan pembelajaran sudah dicapai oleh peserta didik.

Seorang guru adalah seorang desainer, yang bertugas mendesain/merancang pembelajaran sehingga apa yang disajikan menjadi efektif dan terterima oleh pembelajar, sedangkan peserta didik sebagai pembelajar menjadi arsitek yang membangun pengetahuan dan wawasan mereka sendiri dalam proses belajar.

Pemerintah melalui instansi yang terkait berusaha menentukan rambu-rambu perumusan kurikulum. Guru yang mengembangkan pembelajarannya. Analoginya, pemerintah memberikan kain atau bahan, maka guru yang berada di garis depan dalam pembelajaran di kelas berperan merancang kain atau bahan itu menjadi baju yang menarik, yang enak dipakai dan indah dipandang sesuai dengan ukuran si pemakainya. Mau ditambah dengan hiasan, bordir atau pernak-pernik, yang penting baju itu enak dan cocok dipakai oleh pemakainya. Si pemakai merasa nyaman memakai baju itu.

Peran guru sebagai desainer tadi diharapkan mampu merancang dan memenej apa yang distandarkan menjadi pembelajaran yang berhasil dan efektif. Guru sebaiknya mampu menciptakan pembelajaran yang bermakna dan pada akhirnya dapat menumbuhkan motivasi pada pembelajar-pembelajar untuk mau dan mampu menerapkan ilmu yang disajikan oleh gurunya. Apapun yang dirumuskan dan dikembangkan oleh pemerintah. Sebaik dan sebagus apapun, namun bila guru tidak mau membuka diri mengembangkan pembelajaran, maka pembelajaran yang diamanatkan oleh kurikulum belum mempunyai makna yang berarti.

Banyak ahli bersetuju bahwa pembelajaran di kelas yang dikemas dengan menyenangkan merupakan dambaan peserta didik, karena proses belajar yang menyenangkan bisa meningkatkan motivasi belajar yang tinggi bagi peserta didik guna menghasilkan produk dan proses belajar yang berkualitas.

Hernowo mengungkapkan, “Learning is most effective when it’s fun”. Belajar akan berlangsung sangat efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan. Ditambah pendapat Dave Meier yang dikutip dari buku karya Hernowo, menyenangkan atau membuat suasana belajar dalam keadaan gembira bukan berarti menciptakan suasana ribut dan hura-hura. Kegembiraan berarti bangkitnya minat, adanya keterlibatan penuh, serta nilai yang membahagiakan pada diri pemelajar.

Selanjutnya De Porter dan Hernacki dalam Hernowo menjelaskan bahwa kegembiraan akan membangun emosi positif yang dapat bekerja secara optimal dengan daur sebagai berikut

Pembelajaran tidak lagi hanya bersumber atau terfokus pada guru (teacher centered). Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber pembelajaran di kelas, melainkan terfokus dan terpusat pada peserta didik (student centered). Guru berperan sebagai fasilitor yang memfasilitasi dan mengemas pembelajaran untuk mencapai kebermaknaan tersebut. Guru sebaiknya jangan terpaku pada karakter, gaya, sikap mengajar yang itu-itu saja. Mengubah paradigma mengajar menjadi penting di era kini. Guru sebaiknya menjadi inovator dan kreator untuk menciptakan dan merancang pembelajaran. Guru sebaiknya mampu menyusun strategi, cara apa yang tepat, metode apa yang sesuai untuk menyajikan bahan pelajaran yang berorientasi pada ketercapaian kompetensi, sehingga pembelajar berhasil menyerap pembelajaran yang difasilitasi oleh guru. Guru sebaiknya membuka diri dan pola pikir pada fenomena yang berkembang. Tidak pada zamannya lagi guru “mencekoki” pembelajar dengan segala macam pengetahuan, tanpa memikirkan apakah pembelajar mampu menerima apa yang disampaikan. Guru sebaiknya berpikir bagaimana membelajarkan pembelajarnya.

Dalam proses pembelajarannya, peserta didik diarahkan untuk mengkonstruksi/membangun sendiri pengetahuannya Guru diharapkan mampu membelajarkan dan membiasakan peserta didik untuk menemukan kebenaran ilmiah melalui pembelajaran dengan pendekatan saintifik dengan berkreasi dan berinovasi mengembangkan teknik pembelajaran dengan tetap memperhatikan potensi peserta didiknya secara afektif,kognitif, dan psikomotorik.

Penulis sangat terilhami oleh Doni Ronni dalam The Power of Emotional & Adversity Quotion menyatakan, “Beranikan diri untuk menempuh hal-hal yang tidak lazim namun baik bagi perkembangan jiwa dan keceriaan proses belajar mengajar yang kita selenggarakan. Manfaatkan keunikan diri dari para pembelajar kita demi sebuah tujuan mulia, menambang harta karun (potensi yang terpendam) yang diberikan Tuhan kepada kita semua.”

Pernyataan Doni itu membangkitkan motivasi dan semangat penulis untuk bereksperimen. (eksperimen ini sudah dirintis dari awal mengajar di sekolah, menerapkan metode, model atau teknik yang mengupayakan cara yang menyenangkan namun tetap tidak menyalahi norma mengajar). Yang harus paling mengena adalah bagaimana tujuan pembelajaran berhasil dan efektif dengan cara yang nyaman dan menyenangkan.

Istilah PAIKEM tidak tercantum dalam undang-undang atau peraturan yang mana pun. PAIKEM dalam dunia pendidikan merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, inspiratif, kreatif, efektif dan menyenangkan, menantang. Bahkan bisa menjadi PAIKEM gembrot (gembira dan berbobot. Ada pula yang menyebut PADIKEM (Pembelajaran aktif, inspiratif, dialogis, dinamis, kreatif, efektif, menyenangkan dan menantang. Semuanya tak ada yang salah.Yang pasti sebagai guru yang bertugas mengemas pembelajaran dimanahkan.dalam regulasi

Landasan hukum di atas menjadi pijakan bagi seorang guru untuk merancang pembelajaran sesuai dengan kompetensi peserta didik melalui penerapan model-model pembelajaran sebagai strategi bagi guru untuk mengekplorasi diri di kelas. Aturan tersebut mengisyaratkan bahwa PAIKEM bukan sekedar wacana tetapi layak bahkan wajib dilaksanakan dalam pembelajaran.

PAIKEM menghendaki peran seorang guru yang maksimal sebagai perancang pembelajaran untuk memotivasi dalam mengemas pembelajaran. Penguasaan guru untuk mengelola kelas dengan baik akan berhasil guna untuk mencapai tujuan pembelajaran. Istilah PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif, inspiratif, kreatif, efektif dan menyenangkan) mulai membumi dalam dunia pembelajaran, walaupun pelaksanaannya masih belum merata. Masih banyak guru yang belum mengetahui bagaimana cara menerapkannya ataupun masih belum punya energi untuk mengaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Bisa jadi hal tersebut disebabkan sosialisasi tentang PAIKEM itu sendiri belum tersentuh oleh guru-guru.

Pembelajaran aktif adalah pendekatan pembelajaran yang lebih banyak melibatkan aktivitas peserta didik. Peserta didik distimulasi untuk mengikuti pembelajaran dengan antusias dan motivasi yang tinggi untuk membangun kerjasama. Tujuannya adalah agar peserta didik mampu secara aktif memperoleh pengalaman belajar, mengembangkan kemampuan berpikir, menganalisis, mensintesis, menilai, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Guru sebaiknya menggunakan berbagai strategi yang aktif dan kontekstual, melibatkan pembelajaran bersama atau pembelajaran kooperatif (cooperative learning) yang mengakomodasi perbedaan jender, kemampuan, sikap, dan gaya belajar masing-masing pembelajar. Semuanya dilakukan guna memaksimalkan kemampuan pembelajar untuk memahami dan dapat menggunakan informasi baru yang diajarkan.

Pembelajaran inovatif merupakan proses pembelajaran yang mendorong guru dan peserta didik menciptakan, mengkreasi, menginovasi pembelajaran yang terselenggara. Guru dan peserta didik bersama-sama mengemas pembelajaran baru dan bermakna dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan keterampilan dan kecerdasan majemuk peserta didik. Guru mengarahkan agar peserta didik berinkuiri dan mengemas pembelajaran agar mampu mengembangkan pemikiran tingkat tinggi.

Ada banyak orang bersetuju bahwa seseorang akan menjadi berbeda apabila orang tersebut mempunyai kreativitas yang tinggi. Kreativitas dapat menyebabkan seorang dipandang lebih dari orang lain. Demikian juga seorang guru yang kreatif akan terlihat berbeda dengan guru yang biasa saja. Kreativitas sering dimaknai dengan penciptaan sesuatu, atau sesorang mengemas hal-hal yang lama menjadi hal yang baru yang mempunyai kebermaknaan yang tinggi. Atau memformulasi dan memodifikasi ulang sesuatu menjadi hal yang baru.

Pada prinsipnya, kreativitas adalah proses mental yang melibatkan pemunculan gagasan atau konsep baru, atau hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada. Sedangkan proses kreatif adalah munculnya tindakan suatu produk baru yang tumbuh dari keunikan individu, dan dari pengalaman yang menekankan pada produk yang baru, interaksi individu dengan lingkungannya atau kebudayaannya. Guru yang kreatif akan mampu menciptakan peserta didik yang kreatif juga. Pembelajaran kreatif merupakan proses pembelajaran yang mengharuskan guru dapat memotivasi dan memunculkan kreativitas peserta didik selama pembelajaran berlangsung, dengan membuat sesuatu, menciptakan sesuatu, mengubah, mengkreasi sesuatu.

Guru selayaknya mampu merancang model pembelajaran yang bervariasi, sebagai penunjang tumbuhnya kreativitas di kelas. Pembelajaran sebaiknya dapat diformulasi untuk dapat membuat peserta didik menjadi kreatif. Selanjutnya untuk memproduksi pembelajar-pembelajar kreatif, tentu saja guru sebaiknya juga memosisikan dirinya menjadi insan yang kreatif.

Pembelajaran efektif adalah apabila tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan berhasil guna diterapkan dalam pembelajaran.bPembelajaran efektif dapat tercapai jika mampu memberikan pengalaman baru, membentuk kompetensi peserta didik dan menghantarkan mereka ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal. Guru harus mampu merancang dan mengelola pembelajaran dengan metode atau model yang tepat. Tidak jarang guru enggan memperhatikan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan atau kompetensi dasar yang telah ditetapkan dalam standar isi. Guru hanya berorientasi pada pemberian materi ajar, sehingga guru tidak mampu melakukan pembelajaran untuk ketercapaian kompetensi peserta didik. Paradigma yang seperti ini harus diubah. Sebagai seorang pendidik yang amanah, guru sebaiknya melihat dan menganalisis kompetensi yang harus dicapai kemudian mengembangkannya ke dalam indikator-indikator ketercapaian, sehingga pembelajaran menjadi terarah. Tepat sasaran dan efektif.

Pembelajaran yang menyenangkan artinya pembelajaran yang dapat menciptakan suasana yang menggembirakan, sehingga tercipta suasana yang kondusif. Pembelajaran yang menyenangkan (joyfull learning) merupakan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya terdapat sebuah kebersamaan yang kuat antara pendidik dan peserta didik, tanpa ada perasaan terpaksa atau tertekan, Guru menciptakan suasana yang demokratis.

Pendekatan yang dianggap mendukung untuk mengembangkan keterampilan yang diutarakan di atas adalah apa yang kita kenal dengan pembelajaran aktif/active learning yang sedang giat-giatnya dikembangkan dan diimplementasikan di berbagai negara. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi anak-anak adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari anak (pembelajaran kontekstual). Keterlibatan aktif akan mendorong anak untuk aktif berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Hernowo menjelaskan, bahwa belajar akan berlangsung sangat efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan. Peserta didik belajar tidak dalam keadaan tertekan. Mereka melaksanakan semua tugas dan kegiata dengan iklas, senang dan bersemangat. Guru dapat mengemas pembelajaran dengan menyisipkan lagu dan permainan-permainan yang menyenangkan sehingga peserta didik senantiasa “direfresh”. Guru sebaiknya menjadi seorang yang mampu menciptakan suasana yang kondusif dengan sikap dan karakter menyenangkan, sehingga kehadirannya terterima bahkan dinanti-nanti oleh peserta didik. Guru sebaiknya menjadi pribadi yang hangat yang mampu bersinergi dan bersahabat dengan peserta didik sehingga memunculkan situasi dan kondisi yang akrab dengan tetap memperhatikan tata krama.

Pembelajaran yang menantang adalah pembelajaran yang menstimulasi peserta didik untuk dihadapkan pada hal-hal yang menantang, disajikan dengan masalah-masalah yang kontekstual, kemungkinan-kemungkinan baru, persoalan-persoalan dilematis, dan paradoks sesuai dengan tingkat usianya. Pembelajaran yang menantang dapat memotivasi dan memberi semangat pada peserta didik untuk mencapai prestasi, teknik, berani mengekspresikan dan mengaktualisasikan diri dan berkompetisi

Guru bersama peserta didik mengarahkan dan menciptakan pengalaman-pengalaman belajar yang menantang agar peserta didik secara mandiri maupun berkelompok terispirasi untuk berkreasi, beinovasi, berinisiasi dan berprakarsa dalam mengembangkan ide dan gagasannya sehingga pembelajaran menjadi bermakna.

Guru berinisiasi memfasilitasi kesempatan pada peserta didik memberdayakan keterampilan berpikir kritisnya agar mampu mengembangkan sikap ingin tahu, dan menumbuhkan minat mencari, mengalami sendiri proses menemukan pengetahuan atau informasi sehingga pembelajaran menjadi optimal. Untuk menciptakan pembelajaran yang menantang, guru sebaiknya termotivasi untuk berkreasi mengembangkan penerapan model pembelajaran yang beragam.