Akhlak dan Sikap Mulia Dasar Karakter Siswa.
Oleh : Litti Suryani
Guru pada MIN 2 Batam
Akhlak yang tidak baik serta rendahnya kualitas pendidikan pada anak akan mengantarkan anak pada posisi dasar dalam tatanan masyarakat sosial dan akan menyebabkan timbulnya kriminalitas, oleh karena itu tujuan pendidikan nasional adalah tidak hanya mencerdaskan kehidupan bangsa saja melainkan membentukkan manusia-manusia yang berbudi pekerti luhur.
Beberapa pendapat para ahli yang mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut :
Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulum al din mengatakan bahwa akhlak adalah : sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ibrahim Anas mengatakan akhlak ialah ilmu yang objeknya membahas nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatan manusia, dapat disifatkan dengan baik dan buruknya.
Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk. Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut akhlakul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul madzmumah.
Jadi pada hakekatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Ketinggian budi pekerti atau dalam bahasa Arab disebut akhlakul karimah yang terdapat pada seseorang yang menjadi seseorang itu dapat melaksanakan kewajiban dan pekerjaan dengan baik dan sempurna, sehingga menjadikan seseorang itu dapat hidup bahagia. Walaupun unsur-unsur hidup yang lain seperti harta dan pangkat tak terdapat padanya.
Sebaliknya apabila manusia buruk akhlaknya, kasar tabiatnya, buruk prasangkanya terhadap orang lain, maka itu sebagai pertanda bahwa orang itu akan hidup resah sepanjang hayatnya dan budi
pekerti atau akhlak yang dimaksud di sini ialah bukan semata-mata teori yang muluk-muluk tetapi akhlak sebagai tindak tanduk manusia yang keluar dari hati.
Akhlak ialah tingkah laku yang dipengaruhi oleh nilai-nilai yang diyakini oleh seseorang dan sikap yang menjadi sebahagian daripada keperibadiannya. Nilai-nilai dan sikap itu pula terpancar daripada konsepsi dan gambarannya terhadap hidup. Dengan perkataan lain, nilai-nilai dan sikap itu terpancar daripada aqidahnya yaitu gambaran tentang kehidupan yang dipegang dan diyakininya.
Akhlak yang baik dan akhlak yang buruk, merupakan dua jenis tingkah laku yang berlawanan dan terpancar daripada dua sistem nilai yang berbeda. Kedua-duanya memberi kesan secara langsung kepada kualitas individu dan masyarakat. Individu dan masyarakat yang dikuasai dan dianggotai oleh nilai-nilai dan akhlak yang baik akan melahirkan individu dan masyarakat yang sejahtera. Begitulah sebaliknya jika individu dan masyarakat yang dikuasai oleh nilai-nilai dan tingkah laku yang buruk, akan porak poranda dan kacau balau. Masyarakat kacau balau, tidak mungkin dapat membantu tamadun yang murni dan luhur.
Definisi-definisi akhlak tersebut secara substansial tampak saling melengkapi, dan dari sini dapat dilihat lima ciri yang terdapat dalam perbuatan akhlak, yaitu:
Pertama, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam dalam jiwa seseorang, sehingga telah menjadi kepribadiaannya. Jika kita mengatakan bahwa si A misalnya sebagai seorang yang berakhlak dermawan, maka sikap dermawan tersebut telah mendarah daging, kapan dan dimanapun sikapnya itu dibawanya, sehingga menjadi identitas yang membedakan dirinya dengan orang lain.
Kedua, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pikiran. Ini tidak berarti bahwa pada saat melakukan sesuatu perbuatan, yang bersangkutan dalam keadaan tidak sadar, hilang ingatan, tidur atau gila. Pada saat yang bersangkutan melakukan suatu perbuatan ia tetap sehat akal pikirannya dan sadar. Oleh karena itu perbuatan refleks seperti berkedip, tertawa dan sebagainya bukanlah perbuatan akhlak.
Ketiga, perbuatan akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya, tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar. Jadi perbuatan akhlak dilakukan atas dasar kemauan, pilihan dan keputusan yang bersangkutan. Oleh karena itu jika ada seseorang yang melakukan suatu perbuatan, tetapi perbuatan tersebut dilakukan karena paksaan, tekanan atau ancaman dari luar, maka perbuatan tersebut tidak termasuk ke dalam akhlak dari orang yang melakukannya.
Keempat, bahwa perbuatan akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sesungguhnya, bukan main-main atau karena bersandiwara. Berkenaan dengan ini maka sebaiknya seseorang tidak cepat-cepat menilai orang lain sebagai berakhlak baik atau berakhlak buruk, sebelum diketahui dengan sesungguhnya bahwa perbuatan tersebut memang dilakukan dengan sebenarnya. Hal ini perlu dicatat, karena manusia termasuk makhluk yang pandai bersandiwara, atau berpura-pura. Untuk mengetahui perbuatan yang sesungguhnya dapat dilakukan dengan cara yang kontinyu dan terus menerus.
Kelima, sejalan dengan ciri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah, bukan karena ingin dipuji orang atau karena ingin mendapatkan sesuatu pujian. Seseorang yang melakukan perbuatan bukan atas dasar karena Allah tidak dapat dikatakan perbuatan akhlak.
Jadi akhlak adalah sumber dari segala perbuatan yang sewajarnya, artinya sesuatu perbuatan atau sesuatu tindak tanduk manusia yang tidak dibuat-buat, dan perbuatan yang dapat dilihat ialah gambaran dari sifat-sifatnya yang tertanam dalam jiwa, jahat atau baiknya.
Membangun karakter tidak semudah membangun rumah, jembatan, jalan, dan lainnya karena membangun karakter adalah bentuk hakekat jiwa seseorang yang terus berkelanjutan agar menjadi lebih baik dan mulia, membangun karakter banyak komponen yang harus dilibatkan instusi lembaga pendidikan, orang tua dan masyarakat sehingga berjalan dengan ideal dengan harapan bersama. disiplin diri merupakan hal yang terpenting dalam setiap upaya membangun dan membentuk karakter seseorang sebab karakter mengandung pengertian :
suatu kualitas positif yang dimiliki seseorang, sehingga membuatnya menarik dan atraktif. Reputasi seseorang dan seseorang yang unusual atau memiliki kepribadian yang eksentrik.
Akar kata karakter dapat dilacak dari kata Latin kharakter, kharassein, dan kharax yang maknanya “tools for marking”(alat untuk menandai), to engrave” (mengukir) dan pointed stake (menunjukan). Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa prancis (caractere) pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalam bahasa inggris menjadi character, sebelum akhirnya menjadi bahasa Indonesia karakter. Dalam kamus poerwardarminta, karakter di artikan sebagai tabiat, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti. Yang membedakan seseorang daripada yang lain. Dengan pengertian di atas dapat dikatakan bahwa membangun karakter (character building) adalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupa sehingga membentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah huruf aflabet yang tak pernah sana antara yang satu dengan yang lain, demikianlah orang-orang yang berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya (termasuk dengan yang tidak/belum berkarakter atau berkarakter tercela).
Tentang pembentukan proses pembentukan karakter ini dapat disebutkan sebuah nama besar “Helen Keller” (1880-1968). Wanita luar biasa ini menjadi buta dan tuli di usia 19 bulan, namun berkat bantuan seorang keluarganya dan bimbingan Annie Sullivan (yang juga buta dan setelah melewati serangkaian operasi akhirnya dapat melihat secara terbatas) kemudian menjadi manusia buta-tuli pertama kali yang lulus cum laude dari Radcliffe College di tahun 1904 pernah berkata : ”character cannot be develop in ease and quite. Only through experience of trial and suffering can the soul be strengthened, vision cleared, ambition inspired and success achieved” (karakter tidak bisa berkembang dalam kemudahan dan cukup.Hanya melalui pengalaman ujian dan penderitaan jiwa bisadiperkuat, visi dibersihkan, terinspirasi ambisi dan keberhasilan yang dicapai).
Kalimat itu boleh jadi merangkum sejarah hidupnya yang sangat inspirasional. Lewat perjuangan panjang dan ketekunan yang sulit dicari tandingannya, ia kemudian menjadi salah seorang pahlawan besar dalam sejarah Amerika yang mendapat penghargaan di tingkat Nasional dan Intenasional atas prestasi dan pengabdiannya.
Helen Keller adalah model manusia berkarakter (terpuji). Dan sejarah hidupnya mendemonstrasikan bagaimana proses membangun karakter itu memerlukan disiplin yang tinggi karena tidak pernah mudah dan seketika atau instant. Diperlukan refleksi mendalam untuk membuat rentetan moral choice (keputusan moral) dan di tidaklanjuti dengan aksi nyata sehingga menjadi praktis, reflektif, dan praktik. Diperlukan sejumlah waktu untuk membuat semua itu menjadi kebiasaan dan membentuk watak atau tabiat seseorang.
Selanjutnya, tentang nilai atau makna pentingnya karakter bagi kehidupan manusia dewasa ini dapat dikutip pernyataan seorang hakim Agung di Amerika, Antonim scalia, “bear in mind that brains and learning, like muscle and physical skills, are article of commerce. They are bought and sold. You can hire them by the year or by the hour. The only thing in the world not for sale is character. And if that does not govern and direct your brains and learning, they will do you and the world more harm than good”.(ingat bahwa otak dan belajar, seperti otot dan keterampilan fisik,artikel perdagangan. Mereka yang dibeli dan dijual. Anda dapat menyewa mereka dengan tahun atau per jam. Satu-satunya di dunia tidak untuk dijual adalah karakter. Dan jika itu tidak mengatur dan mengarahkan otak Anda dan belajar, mereka akan merugikan Anda dan dunia lebih dari yang baik. scilia menunjukan dengan tepat bagaimana karakter harus menjadi fondasi bagi kecerdasan dan pengatuan (brains and learning). Sebab kecerdasan dan pengetahuan (termasuk informasi) itu sendiri memang dapat di perjualbelikan. Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa di era knowledge is power.
Masalahnya, bila orang-orang yang dikenal cerdas dan berpengetahuan tidak menunjukkan karakter terpuji, maka tak diragukan lagi bahwa dunia akan menjadi lebih dan semakin buruk. Dengan kata lain knowledge is power akan menjadi lebih sempurna jika ditambahkan menjadi iklan yang pernah muncul Harian Kompas, bahwa knowledge is power, but character is more.
Demikian makna penting sebuah karakter dan proses pembentukannya yang tidak pernah mudah melahirkan manusia-manusia yang tidak bisa dibeli. Kearah yang demikian itulah pendidikan dan pembelajaran termasuk pengajaran di instusi formal dan pelatihan di institusi nonformal seharusnya bermuara, yakni membangun manusia-manusia berkarakter (terpuji), manusia- manusia yang memperjuangkan agar dirinya dan orang-orang yang dapat dipengaruhinya aga menjadi lebih manusiawi, menjadi manusia utuh atau memiliki integralitas. Hal ini lah yang dibutuhkan bangsa kita saat ini. Untuk bangkit dan menciptakan sumber daya manusia kedepan yang lebih baik.
Kondisi pergaulan anak remaja saat ini semakin memprihatinkan saja termasuk juga bagaimana perilaku mereka dalam kehidupan sosial. Meskipun tidak semuanya namun cukup banyak anak remaja yang kurang terdidik dalam hal akhlak untuk bersosialisasi dengan orang lain. Kondisi ini kemungkinan dipengaruhi oleh kurang pengetahuan orang tua dalam cara membentuk akhlak mulia pada anak. Sebagai contoh yang mudah dan dekat dengan kehidupan sehari-hari bisa kita lihat bagaimana anak muda tidak peduli ketika ada lansia yang berdiri di angkutan umum.
Anak yang diajarkan adab mulia oleh orang tuanya pasti akan mempersilahkan tempat duduknya untuk mereka yang lansia tersebut. Inilah pentingnya akhlak sebelum ilmu yang harus dipahami
oleh para orang tua. Lalu, bagaimanakah cara untuk memberikan pendidikan tentang akhlak kepada anak?
4 Cara Membentuk Akhlak Mulia Kepada Anak
Sebagai orang tua hendaknya Anda bisa menanamkan akhlak mulia kepada anak-anak sejak dini agar nantinya mereka menjadi insan unggul dalam kehidupan.Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk membentuk akhlak yang mulia pada anak.
1) Memberikan Teladan yang Baik kepada Anak
Sejak awal Anda harus mengetahui anak adalah peniru yang paling handal artinya apa yang mereka lihat akan cenderung dicontoh. Anak akan mencontoh apa yang mereka dengar dan lihat kemudian melakukan hal yang sama.Itulah mengapa penting bagi kedua orang tua dan orang dewasa di dalam keluarga selalu menjaga ucapan dan perbuatannya di depan anak.
Ketika anak sering melihat orang tuanya melakukan kebaikan maka otomatis dia akan belajar tentang hal tersebut dan menirukannya. Jika dilakukan berulang kali maka akan menjadi karakter yang membentuk akhlak anak.
2) Ajak Anak Melakukan Aktivitas Bersama
Anda bisa mengikuti cara membentuk akhlak pada anak seperti yang diajarkan oleh Imam Syafi’i yaitu mengajak anak mumayyiz untuk melakukan aktivitas bersama.
Anak mumayyiz adalah mereka yang telah berusia 7 tahun dimana sudah bisa membedakan hal apa saja yang baik dan buruk. Ketika telah memasuki usia 7 tahun tersebut mereka sudah tidak lagi disebut sebagai anak kecil.
Dengan melibatkan anak dalam aktivitas bersama secara tidak langsung orang tua sedang mengajarkan mengenai tanggung jawab.Anak akan belajar bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan pengetahuannya.
3) Berikan Penilaian pada Apa yang Dilakukan Anak
Cara membentuk akhlak mulia pada anak yang selanjutnya adalah dengan memberikan penilaian terhadap apa yang mereka lakukan. Berikan pujian pada anak ketika mereka telah melakukan sesuatu yang baik dan kebaikan.
Sebaliknya, berikan teguran dan peringatan pada anak setiap kali mereka melakukan sesuatu yang dilarang agama dan tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Melalui cara tersebut anak akan belajar hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan mana yang dilarang.
4) Menanamkan Nilai Kebaikan di Tengah Keluarga
Lingkungan keluarga adalah tempat dimana anak mempelajari banyak hal sehingga sangat berpengaruh pada karakter dan akhlaknya.
Sebelum anak mengenal lingkungan di luar keluarganya mereka belajar tentang banyak hal dari rumah.
Oleh sebab itu penting bagi orang tua menanamkan dan menciptakan lingkungan yang penuh kebaikan di tengah keluarga.
Dengan pondasi yang kuat dari keluarga maka pengaruh dari lingkungan luar lebih mudah diatasi dan dikendalikan sehingga anak tidak mudah terpengaruh.
Itulah beberapa cara membentuk akhlak mulia yang bisa Anda lakukan sebagai orang tua agar bisa menjadikan anak sebagai generasi unggul dan berkualitas.
Di luar lingkungan keluarga, mulailah membentuk akhlak pada anak melalui sekolah terbaik. Terima kasih