Artikel
TMII Versus Las Casas Filipinas de Acuzar, Mana Yang Lebih Baik?

TMII Versus Las Casas Filipinas de Acuzar, Mana Yang Lebih Baik?

Oleh : Yuliana Dwi Asworo
Guru pada MAN 10 Jakarta Barat

Siapa yang tak kenal dengan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) yang merepresentasikan provinsi di Indonesia yang terkenal dengan kereta gantung dan danaunya yang menampilkan pulau-pulau yang ada di Indonesia? Taman Mini merupakan salah satu ikon destinasi wisata yang wajib dikunjungi untuk melihat Indonesia.TMII didirikan pada tahun 1975 atas prakarsa Ibu Tien Soeharto, istri dari Presiden ke-2 yang merupakan bapak Pembangunan, Soeharto. Tujuannya untuk memperkenalkan keragaman budaya Indonesia dalam satu tempat. Di dalam TMII, terdapat paviliun dari setiap provinsi di Indonesia, yang menampilkan arsitektur tradisional, seni, dan kerajinan khas daerah tersebut, museum, taman, dan berbagai fasilitas rekreasi lainnya dan saat ini yang lebih spektakuler lagi menampilkan Air Mancur Tirta Cerita yang merupakan panggung khayal di layar air yang menciptakan pertunjukan visual memukau menampilkan pesona masa lalu dan masa kini berpadu menjadi satu dalam persembahan musikal modern mengkolaborasikan seni dan teknologi yang menampilkan penggalan kisah cerita rakyat Indonesia. 

      Las Casas Filipinas de Acuzar terletak di Bagac, Bataan, Filipina. Tempat ini merupakan hasil dari visi seorang pengusaha bernama Jose Acuzar yang ingin melestarikan rumah-rumah tua bersejarah dari berbagai penjuru Filipina. Setiap rumah di Las Casas dipindahkan secara hati-hati dari lokasi aslinya dan dipulihkan untuk mencerminkan kejayaan masa lalu. Las Casas Filipinas de Acuzar adalah peninggalan budaya, sehingga lebih dari sekadar museum. Tempat ini adalah desa yang hidup di mana pengunjung dapat menginap di rumah-rumah bersejarah, berjalan-jalan di jalanan berbatu, dan merasakan kehidupan pada masa kolonial Filipina.

Las Casas menampilkan arsitektur yang merefleksikan pengaruh Spanyol selama masa kolonial di Filipina. Bangunan-bangunan di Las Casas adalah replika dari rumah-rumah kolonial yang dibangun pada abad ke-18 dan ke-19. Detail-detail arsitektural, seperti balkon kayu yang rumit, jendela besar, dan lantai ubin yang artistik, menunjukkan gaya hidup kelas atas pada masa itu, gambar (1). Proses pemindahan dan restorasi bangunan dilakukan dengan cermat untuk menjaga keaslian dan nilai sejarahnya. Sedangkan di sisi lain, TMII menampilkan berbagai gaya arsitektur tradisional dari seluruh Indonesia. Setiap paviliun provinsi dirancang untuk mereplikasi rumah adat daerah tersebut. Misalnya, Rumah Gadang dari Sumatera Barat dengan atap melengkungnya yang khas, atau Anjungan Bali yang menampilkan pola arsitektur tradisional dan mengusung falsafah Tri Hita Karana, mengajarkan bahwa kebahagiaan bersumber dari hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, antara sesama manusia, dan antara manusia dengan alam (lingkungan hidup). Di area anjungan, sambutan pertama datang dari Candi Bentar, sebuah bangunan kembar yang berhadapan dan dikenal sebagai gapura belah seperti pada gambar (2). Selain itu, TMII juga menampilkan bangunan modern seperti Teater IMAX Keong Emas dan Masjid At-Tin, yang menambah dimensi kontemporer pada taman ini.

Pengalaman yang didapatkan saat berada di Las Casas, pengunjung bisa merasakan suasana masa lalu yang autentik dengan berjalan-jalan di desa bersejarah, menginap di rumah-rumah kolonial, dan menikmati tur yang dipandu untuk memahami sejarah dan budaya Filipina. Tempat ini juga sering menjadi lokasi untuk acara budaya, pernikahan, dan pemotretan, memberikan pengunjung pengalaman yang mendalam dan personal, serta pengunjung diberikan kesempatan menikmati tur keliling danau untuk melihat secara lebih detail bangunannya, kecantikan arsitekturnya dan mempercepat waktu mengunjungi satu rumah ke rumah lainnya disini karena disini juga terdapat pemandu wisata yang menjelaskan historinya di masa lampau, seperti terdapat pada gambar (a).

Sebaliknya, TMII menawarkan pengalaman yang lebih beragam lagi. Kawasan TMII yang terhampar luas memang tak akan habis dijelajahi dengan berjalan kaki. Untuk melengkapi aneka sarana angkutan darat yang tersedia, yaitu Angkutan Keliling (Angling) listrik gratis yang disediakan juga sangat membantu untuk menjelajahi arena TMII, pengunjung sudah tak dibolehkan membawa kendaraan pribadi dengan BBM, sehingga dapat menikmati wisata dengan lebih praktis dan ramah lingkungan. Selain itu, kereta gantung sebagai wahana rekreasi sekalian moda eksplorasi yang mengizinkan pengunjung menelusuri pesona kepulauan Indonesia dari Sabang sampai Merauke dari perspektif yang berbeda. Tak diragukan lagi, keindahan Anjungan Daerah, peta Indonesia di kawasan Archipelago seperti terdapat pada gambar (b), serta deretan museum dan rumah ibadah semakin elok saat disaksikan dari ketinggian. Pemandangan hijau meliputi seluruh area TMII dengan segala bangunan dan   kerimbunannya bisa dinikmati di wahana Kereta Gantung, yang ditempuh dengan dua rute arah yang berlawanan dalam sekali perjalanan. 

Pengunjung bisa menjelajahi paviliun dari berbagai provinsi dan belajar tentang kebudayaan, adat istiadat, dan kehidupan sehari-hari masyarakat di seluruh Indonesia. Selain itu, TMII juga menyediakan berbagai fasilitas rekreasi seperti taman air, kebun binatang mini, dan taman bunga. Acara-acara budaya, festival, dan pertunjukan seni sering diadakan di TMII, membuat tempat ini selalu hidup dan dinamis. Suguhan terbaru di TMII yaitu air mancur Tirta Cerita dengan yang menggunakan 300 drone yang terbang di angkasa tiap akhir pekan dan libur nasional menghadirkan bentuk-bentuk animasi dongeng Nusantara. Kisah Kancil dan Buaya, Roro Jonggrang, Malin Kundang, dan berbagai legenda lainnya terangkum dalam kemasan kisah yang modern, yang mempersembahkan keanggunan di setiap detiknya, tepatnya di Plaza Promenade, di sisi depan anjungan D.I. Yogyakarta yang bisa dinikmati keajaibannya setiap hari, mulai pukul 18.30 WIB. Pengunjung merasakan suasana yang romantis berpadu dengan kecantikan dan kesyahduan suasana di malam hari dengan alunan musik dan pertunjukan yang sangat memukau.

Saat penulis berkunjung Las Casas, kami disuguhkan aneka pertunjukan tarian-taria ndaerah di Flipina, dimana pada tarian tersebut ada yang mirip dengan tarian yang ada di Indonesia dengan menggunakan 2 pasang bambu yang dimainkan ke lantai dan penari melompat ke dalam batang bambu tersebut mengikuti alunan lagu. Serta penari yang menaiki batang bambu tersebut dan menari dengan seimbang dengan indahnya, Ada lagi tarian yang mengadopsi seperti tarian Salsa dengan memakai pakaian adat dan pakaian semi kolonial Eropa. Budaya ini terjadi karena Filipina merupakan jajahan spanyol.

Las Casas dan Taman Mini Indonesia Indah adalah dua destinasi wisata yang menawarkan wawasan mendalam tentang warisan budaya dan sejarah negara masing-masing. Las Casas Filipinas de Acuzar lebih menekankan pada pelestarian bangunan bersejarah dan memberikan pengalaman yang mendalam tentang kehidupan masa kolonial Filipina. Di sisi lain, TMII menawarkan gambaran luas tentang keragaman budaya Indonesia melalui paviliun-paviliun yang mereplikasi rumah adat dari berbagai provinsi. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda, tujuan utama mereka tetap sama, yaitu melestarikan dan mempromosikan warisan budaya. Dengan mengunjungi kedua tempat ini, kita tidak hanya akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan budaya, tetapi juga menghargai upaya pelestarian yang dilakukan oleh kedua negara. Dan yang lebih menarik lagi, keduanya juga memberikan peta kepada pengunjung yang datang untuk melihat dengan jelas kemana mereka akan berkunjung dan dimana posisi mereka sekarang agar tidak tersesat. Ayo berkeliling Indonesia dengan mengunjungi TMII dengan mengajak anak, cucu, saudara dan handau taulan agar semakin mencintai budaya kita. Budaya yang melahirkan kita menjadi bangsa yang bear dan dikenal dunia.

#AkuBanggaIndonesia

Editor : Ika Berdiati