RESTART BUMI ALA COVID-19
Oleh : Silvi Anhar
Guru pada MAN 13 Jakarta
Yup, diawal tahun 2020 ini, bumi merestart dirinya karena covid 19. Salah satunya kualitas udara di berbagai kota didunia, seperti diungkapkan oleh berbagai media sosial. Salah satunya NASA membagikan hasil citra satelit, yang mengungkapkan udara di China sebelum dan sesudah wabah covid melanda China. (sumber: kompas.com tanggal 1 maret 2020).
Foto: Kompas.com
Mengapa bumi merestart dirinya?
Dipenghujung tahun 2019, dunia dikejutkan dengan munculnya sejenis virus baru yang mematikan. Yang penularannya berkembang dengan cepat pada manusia. Sehingga tanpa disadari sudah puluhan jiwa meningal akibat virus ini hanya hitungan hari dan minggu.
Dalam hitungan bulan, virus tersebut sudah berkelana ke beberapa negara didunia, hingga akhirnya hampir sebagian besar negara didunia mengalami serangan virus ini. Banyak korban jiwa yang meninggal, terutama mereka yang usia tua. Akibatnya semua negara memberlakukan pembatasan warganya untuk melakukan aktivitas diluar rumah. Tiba-tiba saja dalam sekejap aktivitas manusia bekerja diluar, aktivitas perekonomian, aktivitas sekolah, aktivitas dunia penerbangan, dan lain-lain hampir diseluruh negara berhenti total untuk beberapa waktu lamanya.
Itulah Covid-19. Virus yang tiba-tiba muncul di bumi ini. Akibat kemunculan virus ini, maka bumi sedang melakukan re-start ala Covid-19. Bumi seperti memperbarui dirinya akan kesemrawutannya selama ini akibat ulah manusia juga.
Karena sebelum virus ini datang, bumi begitu luar biasa menanggung beban yang amat berat. Yaitu polusi udara yang begitu mengkhawatirkan kesehatan mahluk hidup didunia umumnya dan di Indonesia khususnya, serta adanya ledakan penduduk yang luar biasa.
Berkaitan dengan polusi udara di Jakarta seperti diungkapkan oleh www.cnnindonesia.com, Laman resmi AirVisual mencatat konsentrasi PM 2,5 di udara Jakarta pada Sabtu, 10 Agustus 2019, mencapai 92,4 mikrogram per meter kubik. Angka tersebut jauh di atas jumlah standar konsentrasi udara menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) yakni 25 mikrogram per meter kubik dalam jangka waktu 24 jam. Salah satu indikator untuk mengukur Pencemaran atau Polusi Udara adalah dengan mengukur kadar PM 2,5 yang terkandung dalam udara.
PM adalah singkatan dari Particle Matter yaitu Partikel-partikel halus yang terdapat dalam udara sedangkan 2,5 merupakan ukuran dari partikel tersebut yaitu 2,5 mikron (2,5µm). Jadi pada dasarnya PM 2,5 adalah partikel-partikel halus yang terkandung dalam udara atau lebih tepatnya adalah Polutan halus yang berbentuk partikel dalam udara dengan ukuran dibawah 2,5 mikron. Partikel yang berukuran kurang dari 2,5 mikron ini sangat membahayakan kesehatan manusia karena dapat menimbulkan iritasi pada mata, mengganggu sistem pernapasan manusia dan bahkan dapat masuk ke aliran darah. Selain menimbulkan masalah kesehatan, kandungan PM2,5 dalam udara dengan jumlah yang banyak juga akan menimbulkan kabut sehingga mengganggu jarak pandang kita yang akhirnya juga akan mengganggu kegiatan-kegiatan kita sehari-hari. PM2,5 umumnya berasal dari asap kendaraan bermotor, asap pemrosesan logam dan juga asap kebakaran hutan (Sumber : https://ilmupengetahuanumum.com)
Ketika covid 19 melanda dunia, maka yang terjadi adalah berhentinya segala aktivitas diluar rumah. Seperti sekolah, perkantoran, dunia penerbangan dan sebagainya. Hanya sebagian kecil manusia yang beraktivitas diluar rumah. Langkah-langkah ini membuat kondisi Bumi menjadi lebih baik dan sehat. Seperti diberitakan oleh national geographic, pencemaran udara di Tiongkok dan Italia dilaporkan berkurang, bahkan menurut laporan terbaru, emisi karbon dunia mengalami penurunan terbesar sejak Perang Dunia II.Seperti diungkapkan juga oleh NASA, Citra satelit yang diterbitkan oleh NASA dan Badan Antariksa Eropa mendeteksi pengurangan emisi nitrogen dioksida, yang sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, dari Januari hingga Februari di Cina. Temuan oleh Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih (CREA) menunjukkan bahwa emisi karbon dioksida China telah berkurang 25 persen.
Kemudian berkaitan dengan masalah ledakan penduduk, dengan menggunakan data yang dirilis oleh Divisi Populasi, Departemen Ekonomi dan Masalah Sosial, PBB, diperkirakan jumlah penduduk dunia pada tahun 2020 ini adalah sebesar 7.794.798.739 jiwa atau hampir sebesar 7,8 milyar jiwa. Dan, menurut CIA World Factbook untuk Tahun 2020. Republik Rakyat China menempati urutan pertama dan merupakan Negara yang memiliki Populasi atau Jumlah Penduduk terbanyak di Dunia dengan jumlah penduduknya sekitar 1,39 milliar jiwa atau tepatnya adalah 1.394.015.977 jiwa. Angka tersebut merupakan 18,14% dari keseluruhan Jumlah Penduduk Dunia ini. Yang begitu mengkhawatirkan akan ancaman kekurangan pangan dimasa-masa mendatang.
Dengan kedatangan covid-19 ini, Kepadatan penduduk berkurang akibat banyak yang menjadi korban akibat terserang covid 19 ini. Hampir ratusan ribu penduduk didunia meninggal akibat covid 19. Seperti diberitakan media massa. Berdasarkan Worldmeters yang dikutip hari ini, Kamis 25 Juni 2020 pukul 10.20 WIB, jumlah kematian karena Covid-19 di dunia sudah mencapai 484.972. (sumber:https://galamedia.pikiran-rakyat.com/news)
Karena Covid 19, seolah bumi melakukan perbaikan dirinya baik dari segi alam dan manusianya.
Namun, kita tidak dapat memungkiri, bahwa hal yang terjadi akibat covid 19 terhadap bumi, seolah membawa kebaikan bagi bumi itu sendiri. Namun bukan seperti ini harapan kita, bumi merestart dirinya.
Karena jika kita melihat dampak yang diakibatkan covid 19, tidak hanya sekedar membuat bumi ini bersih secara polusi, dan mengurangi angka kepadatan penduduk saja, tapi dari sisi kemanusiaan, begitu besar dampak negatif yang ditimbulkan. Banyak manusia yang harus kehilangan nyawa dan pekerjaan, yang ujungnya mempengaruhi perekonomian negara secara global.
Memang kita menginginkan bumi ini menjadi lebih bersih, lebih sehat, dan kepadatan penduduk tidak menjadi momok bagi persediaan pangan dimasa mendatang. Tapi tentunya kita ingin bumi merestart dirinya dengan cara kesadaran manusia itu sendiri dalam menjaga lingkungannya. Bukan karena virus yang menyebabkan kerugian bagi manusia itu sendiri.
Semoga, kedatangan virus ini,menjadi pelajaran buat kita semua, untuk menjaga bumi ini dengan baik, tidak serakah dalam mengeksploitasi bumi, dan menjaga keseimbangan alam dibumi ini.
Dengan kita berbuat baik pada alam, maka alampun akan memberikan dampak yang baik pula bagi manusia. Seperti, kita menjaga untuk tidak membuat polusi udara tentu akan menghasilkan udara yang baik, tanpa harus melalui kemunculan virus-virus lain.
Akhir kata, dengan bumi merestart dirinya karena covid, maka ini saatnya bagi kita untuk mulai bersama-sama menata diri menjaga lingkungan kita. Kita bisa mulai menerapkan gaya hidup ramah lingkungan. Saat ini, ketika banyak melakukan aktivitas di rumah, maka bisa dimanfaatkan untuk belajar memilah sampah sendiri di rumah dan membuat kompos. Mungkin saja, setelah pandemi berakhir, muncul kesadaran pada setiap individu untuk lebih menjaga alam. Maka kelak bumi merestart dirinya bukan karena covid tapi adalah karena manusia itu sendiri.