Menumbuhkan Budaya Membaca Novel sebagai Pembentuk Karakter
Oleh : Lala Nurmala, M.Pd.
Guru pada MAN 2 Kota Bogor
Novel sebagai karya sastra. Kata novel berasal dari bahasa Italia yaitu novella, dalam bahasa Jerman adalah novella, sedang dalam bahasa Latin adalah noveltus. Dalam bahasa Indonesia menggunakan istilah novel yaitu serapan dari bahasa Inggris. Novel adalah cerita mengenai salah satu episode dalam kehidupan manusia, suatu kejadian yang luar biasa dalam kehidupan itu, sebuah kritis yang memungkinkan terjadinya perubahan nasib pada manusia.
Ungkapan pengalaman manusia dalam bentuk bahasa yang ekspresif dituangkan dalam sebuah novel. Isi novel sering dihubungkan dengan keindahan. Akan tetapi sesuatu yang dapat dikatakan indah tentulah mempunyai indikator tertentu yang menyebabkan orang dapat mengategorikan apakah suatu karya memenuhi standar keindahan atau tidak. Argumentasi yang muncul kemudian adalah: kalau tulisan memenuhi standar tersebut, tulisan tersebut dapat dikategorikan sebagai sebuah karya novel.
Novel memiliki sifat menyenangkan dan bermanfaat. Novel bersifat menyenangkan karena dengan membaca novel, pembaca akan memperoleh suatu hiburan atau kesenangan. Sedangkan novel bermanfaat karena dengan membaca novel pembaca akan memperoleh nilai-nilai kehidupan. Melalui novel, pengarang berusaha memberikan amanat kepada pembacanya. Namun pesan moral atau amanat yang disampaikan melalui cerita tentulah memiliki efek yang berbeda bila dibandingkan dengan penyampaian secara langsung.
Kegiatan kecintaan akan membaca novel akan memberi banyak manfaat, antara lain:
- Kegiatan membaca novel sebagai ajang pembangun jiwa. Jiwa yang kering atau kosong akan terasa hidup bila ditumbuhkan dengan membaca kisah orang lain walaupun cerita itu dalam bentuk fiktif atau khayal.
- Novel sebagai media pembentuk karakter, ketika tertarik dengan salah satu karakterb tokoh dalam cerita itu, pembaca akan menginginkan tokoh seperti dalam novel itu
- Novel sebagai wadah memperkaya khasanah berpikir dan ilmu pengetahuan …
- Novel banyak mengandung nilai, baik itu nilai moral, sosial, agama, atau budaya.
Pelajaran sastra khususnya novel, penting untuk mendapat perhatian baik oleh siswa maupun guru sebagai penikmat karya sastra. Pembaca akan menentukan nilai-nilai dan makna dari sebuah novel. Pembaca bisa menangis, tertawa, bersedih, bahagia, atau keadaan lainnya. Pengaruh semacam ini menunjukkan sebuah novel itu mampu atau tidak menggerakkan batin atau kejiwaan si pembaca. Pembaca setelah membaca sebuah novel akan merasakan manfaat dengan adanya nilai-nilai yang berguna dari isi novel tersebut.
Hal ini sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro, bahwa sastra dapat menjadi salah satu alat pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, Peran sebagai charakter building. Artinya sastra dapat diyakini mempunyai andil yang tidak kecil dalam usaha pembentukan dan pengembangan kepribadian anak. Jka dimanfaatkan secara benar dan dilakukan dengan strategi yang benar pula, sastra diyakini mampu berperan dalam pengembangan manusia yang seutuhnya dengan cara yang menyenangkan. Namun usaha pembentukan kepribadian tersebut lewat kesusastraan berlangsung secara tidak langsung dan tidak sebagaimana halnya pembelajaran etika, agama, budi pekerti, atau yang lain yang langsung.
Novel sebagai salah satu alat komunikasi, novel adalah salah satu media komunikasi aktif antara pengarang dan pembaca. Harapan dengan membaca novel menimbulkan perubahan terhadap pembaca baik itu perubahan menjadi pribadi yang lebih walaupun ada isi novel yang kurang baik akan malah akan menjerumuskan pembaca kepada kepribadian yang tidak baik.
Sebuah novel yang baik memiliki nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan pembelajaran bagi pembaca. Nilai-nilai kehidupan dapat disampaikan pengarang secara tersurat dalam isi novel tersebut dapat juga disampaikan secara tersirat. Kita sebagai pembaca dapat mengambil nilai-nilai sebuah cerita dengan secara tidak langsung oleh penulis. Dengan nilai-nilai kehidupan dalam isi cerita ini, pembaca akan memperoleh banyak pembelajaran dari kisah cerita yang terdapat dalam sebuah novel ini. Nilai-nilai kehidupan yang penting dalam menjalani hidup ini untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki baik itu di dunia apalagi di akhirat nanti sebagai masa kehidupan yang kekal abadi adalah nilai-nilai religius. Nilai-nilai religius ini dalam sebuah sastra adalah sebagai pembelajaran bagaimana kita sebagai pembaca dapat memetik hikmah di balik cerita sebagai bekal kehidupan di akhirat nanti. Novel dapat memberikan kontribusi yang besar dalam penyadaran diri manusia untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Pembaca yang memahami sebuah novel akan merasakan memiliki banyak manfaat. Manfaat utama dari sebuah novel adalah untuk memenuhi kebutuhan rohani. Selain jasmani melalui kesenangan dari hasil membaca novel. Manfaat rohani yaitu membaca novel dapat mengubah pribadi seseorang menjadi pribadi yang lebih baik, mengetahui mana yang termasuk perbuatan yang baik yang perlu dicontoh, dan mana perbuatan yang tidak baik yang mesti kita hindari dalam menjalankan kehidupan ini. Sehingga isi novel memberi banyak manfaat dari hasil kegiatan membaca novel ini.
Novel yang baik akan memberi kesan yang mendalam bagi para pembaca dan penikmatnya. Diawali dengan kegiatan membaca novel tersebut secara saksama dan mendalam lalu mengetahui semua struktur atau unsur intrinsik novel tersebut. Unsur-unsur intrinsik akan saling mendukung untuk membentuk sebuah cerita yang menarik. Seperti dari segi perwatakan, alur, sudut pandang, amanat, nilai-nilai, dan tema sebagai struktur novel tersebut.
Dalam hal perwatakan, akan diketahui apakah penulis menggambarkan perwatakan secara konsisten mengekspresikan jiwanya dengan baik atau sekedar asal-asalan. Jiwa manusia selalu bergelombang. Jiwa tidak pernah diam ketika menanggapi sebuah fenomena yang ada di sekitarnya. Unsur perwatakan ini pun sangat penting dalam cerita rekaan karena tokoh ini memiliki konflik yang nantinya berkaitan dengan unsur intrinsik alur atau plot. Mengetahui pentingnya kedudukan unsur tokoh akan memengaruhi pola pikir pembaca. Perwatakan yang terdapat dalam sebuah cerita akan menimbulkan persepsi bagi pembaca yaitu ada pembaca yang akhirnya menyukai tokoh tersebut atau malah dapat pula akhirnya membenci akan tokoh tersebut.
Selain unsur perwatakan atau penokohan tersebut, tak kalah penting kita bahas unsur latar atau setting. Latar berupa perbuatan atau kejadian di mana berlangsungnya cerita tersebut, kapan berlangsungnya, serta dalam suasana yang bagaimana cerita itu terjadi. Sebuah cerita akan terasa hidup bila kita sebagai pembaca dapat berimajinasi atau menimbulkan daya khayal karena cerita itu menggambarkan di mana, kapan, atau dalam suasana bagaimana cerita itu terjalin.
Unsur intrinsik lain yang memiliki ketertarikan pembaca terhadap sebuah novel adalah nilai-nilai atau amanat yang dapat diambil dari isi cerita novel tersebut. Nilai-nilai inilah yang membuat pembaca akan merasa senang setelah membaca sebuah novel. Penulis menginginkan ide yang disampaikan melalui tulisannya merupakan wadah dalam menyampaikan nilai-nilai atau maksud agar pembaca dapat berbuat seperti dalam cerita tersebut atau menginginkan agar pembaca jangan sampai melakukan perbuatan yang dilakukan para tokoh karena perbuatan yang tidak baik. Semua itu merupakan modal dasar yang sangat berarti dalam pengembangan pendidikan akhlak.
Namun dari semua unsur intrinsik yang memiliki peranan penting adalah unsur intrinsik tema. Tema adalah inti dari permasalahan yang ingin diungkapkan penulis melalui karyanya. Tema atau pokok permasalahan memiliki peranan penting dalam sebuah cerita. Tema akan muncul dengan bantuan unsur-unsur lain dalam membangun cerita yaitu perwatakan, latar, sudut pandang, gaya bahasa, maupun amanat dari sebuah cerita. Yang dapat menentukan tema adalah pembaca sendiri dengan syarat pembaca telah membaca novel tersebut secara keseluruhan dan saksama.
Novel sebagai Pembentuk Karakter
Karakter adalah seperangkat sifat yang selalu dikagumi sebagai tanda-tanda kebaikan, kebajikan dan kematangan moral seseorang. Secara etimologi, istilah karakter berasal dari bahasa Latin character, yang berarti watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian dan akhlak. Pengertian karakter menurut KBBI V adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabiat: watak.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS). Gerakan Literasi Sekolah memperkuat gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “Kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca peserta didik serta meningkatkan keterampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik. Materi baca berisi nilai-nilai budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai tahap perkembangan peserta didik.
Gerakan Literasi Sekolah yang merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik memiliki tujuan:
- Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
- Keterampilan membaca berperan penting dalam kehidupan kita karena pengetahuan diperoleh melalui membaca. Oleh karena itu, keterampilan ini harus dikuasai peserta didik dengan baik sejak dini.d
Berdasarak hal di atas diharapkan dengan menggiatkan gerakan literasi di sekolah, akan menghasilkan semua warga sekolah yang dapat membudayakan cinta membaca. Membaca berbagai jenis buku baik fiksi atau nonfiksi. Dan diharapkan pula bisa membetuk karakter baik dari hasil membaca tersebut.
Karakter dapat terbentuk karena kebiasaan-kebiasaan yang baik dan juga lingkungan yang baik. Novel sebagai salah satu media dalam menceritakan kehidupan manusia dapat dijadikan sarana dalam pembentukan karakter. Karakter yang baik bisa terbentuk dari
- Bergaul dengan lingkungan yang baik.
- Memiliki keyakinan yang benar
- Motivasi hidup
- Kenali diri-sendiri
- Tempatkanlah malu pada tempatnya
- Hidup teratur dan disiplin
- Mencontoh orang-orang baik
- Mempunyai prinsip hidup
Kebiasaan membaca novel akan melahirkan sebuah kebiasaan bagi dirinya, sekaligus memberikan pendidikan karakter, keterampilan, sikap, perilaku, dan juga nilai-nilai penting seperti nilai agama, nilai pendidikan, dan sosial. Kesemuannya itu akan bermanfaat dalam kehidupan anak di masa depan. Bacaan sastra terdapat delapan belas nilai karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yakni religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat / komunikastif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Dari kedelapan belas nilai karakter inilah yang akan memiliki peran penting dan membantu seorang anak dalam memperkuat nilai-nilai agama, pendidikan dan sosialnya
Berdasarkan paparan di atas tentang pembahasan novel berdasarkan unsur intrinsik novel yang memuat perwatakan tokoh, nilai-nilai atau amanat yang terdapat dalam novel, serta tema yang diungkapakn dalam sebuah novel akan membentuk karakter pembaca menjadi karakter yang baik, apalagi bila isi cerita itu menimbulkan daya khayal pembaca yang menginginkan kejadian dalam novel itu bisa dialami si pembaca.
Diharapkan teknologi yang memanjakan masyarakat karena membaca novel tidak harus dengan membeli novel tersebut terlebih dahulu, semua menjadi serba mudah, cepat, dan instan. Dengan membaca novel dapat mengajarkan pembaca untuk berpikir kreatif dan cerdas, dapat memilih mana isi cerita yang membawa kebaikan atau kesalahan, sehingga sudah saatnya kita baik itu siswa, guru, kepala sekolah, dan semua warga sekolah untuk melirik bacaan novel sebagai media yang menyenangkan, penuh nilai dan manfaat.
Sumber:
- Kompas, Cara Membentuk Karakter yang Baik, 26 September 2017
- https://www.apajake.id/2017/03/opini/peran-budaya-baca-dalam-pembentukan-karakter/ Tatang Hidayar, 24 Maret 2017.”Peran Budaya Baca dalam Pembentukan Karakter”
- Nurgiyantoro. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press.