JELANTAH YANG MEMPESONA
Oleh : Erni Casriatun
Guru pada MA Negeri 1 Serang
Siapakah orang yang tak suka gorengan?. Gorengan bisa dikatakan makanan favorit hampir semua orang, sampai ada ungkapan “tiada hari tanpa gorengan”. Gorengan bisa dikatakan sebagai makanan paling populer di Indonesia. Penjual gorengan hampir selalu dijumpai di pinggir jalan atau berkeliling dengan pikulan dan gerobak. Berbagai macam gorengan dapat kita temukan misalnya, tempe tepung, tahu bunting, bakwan, kroket, odading dan lain sebagainya. Gorengan akan bertambah nikmat jika dimakan dalam keadaan hangat. Harganya yang sangat ringan di kantong, rasa yang enak, dan gampang ditemukan adalah alasan memilih makanan ini. Selain gorengan kita juga menjumpai banyak sekali pedagang pecel lele di sepanjang jalan.
Minyak goreng merupakan salah satu komponen yang baik bagi kesehatan karena mengandung sumber energi sebanyak 9 kal/gr dan membantu meningkatkan densitas kalori pada makanan. Disarankan minyak goreng yang digunakan adalah minyak yang tidak digunakan lebih dari 2 kali untuk makanan yang serupa. Namun hampir setiap pedagang gorengan menggunakan minyak tersebut lebih dari dua kali. Sekarang ini minyak goreng mahal, pedagang ingin mendapatkan untung berlebih dengan menggunakan minyak goreng berulang kali sehingga tidak merugi karena sayang kalau di buang percuma.
Minyak sisa pakai lebih dari dua kali sering kita sebut Jelantah. Menurut Wikipedia Minyak jelantah (bahasa Inggris: waste cooking oil) adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat digunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan.
Minyak jelantah mempunyai penampilan warna yang tidak menarik, lebih kecoklatan bahkan menghitam, beraroma dan berasa tidak enak bila dibandingkan dengan minyak goreng biasa. Selama proses pemanasan minyak goreng akan mengalami proses oksidasi yang menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimia minyak tersebut, Ketika minyak mengalami oksidasi, minyak dapat membentuk radikal bebas dan senyawa berbahaya yang tentu saja tidak baik dikonsumsi, sehingga merubah warna, aroma, fungsi dan manfaat minyak goreng. Minyak yang sering digunakan berulang kali dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh. Dengan demikian, penggunaan minyak ini dapat menyebabkan ketengikan yang dapat merusak struktur, kandungan gizi, dan mutu bahan makanan yang digoreng dan bersifat karsinogenik (kanker) jika sering dikonsumsi. Minyak yang sering digunakan berulang kali dapat berbahaya bagi kesehatan tubuh.
Keinginan untuk menjalani lifestyle atau gaya hidup yang sehat dan ramah terhadap lingkungan (Zero Waste Lifestyle) bisa mendasari dan mendorong seseorang untuk berpola pikir jernih dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Salah satunya dalam permasalahan “minyak jelantah”. Gaya hidup Zero Waste (Zero Waste Lifestyle) mendorong untuk mengurangi bahkan tidak menggunakan minyak goreng terlalu banyak setiap harinya. Selain tidak sehat untuk dirinya, juga tidak sehat untuk lingkungannya.
Kita sering lupa bahwa sampah adalah tanggung jawab kita sendiri, sehingga seringkali kita membuang minyak jelantah di sembarang tempat, misalnya : ke wastafel, solokan, wc, atau dicampur dengan sampah-sampah yang lain begitu saja. Ternyata limbah minyak jelantah dapat mencemari tanah yang dilaluinya. Pencemaran tanah akan menyebabkan pori-pori tanah tertutup dan tanah menjadi keras sehingga tidak mampu lagi mendukung aktivitas manusia.
Kalau sudah begitu, Apa harus yang kita lakukan sebagai warga masyarakat yang akrab setiap harinya dengan gorengan?. Apa yang harus kita perbuat dengan begitu banyaknya minyak jelantah di sekitar kita? Apakah minyak jelantah harus dibuang? Tentu tidak bukan”! Minyak jelantah dapat kita olah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan tidak memberikan dampak yang negatif bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Selain untuk penerangan dan biodiesel, minyak jelantahpun bisa digunakan untuk membuat sabun cuci dan pupuk tambahan tanaman.
Sabun Cuci Baju
Sabu cuci baju bisa kita hasilkan dari minyak jelantah yang kita punya di rumah, atau kita dapatkan dari pedagang gorengan.
Bahan-bahan yang dibutuhkan adalah Minyak Jelantah 450 gram, Arang kayu/ Batok. Lebih baik arang batok karena daya serapnya lebih tinggi, NaOH/Soda Api 80 gram, Air saringan sereh/kopi/pandan 170 gram. Adapun cara pembuatannya sebagai berikut :
- Masukan Arang ke dalam minyak jelantah selama 1-2 hari minimal. Bisa untuk stok direndam sampai 3 minggu. Saring minyak jelantah dengan saringan kain bersih (boleh kaos bekas), lalu timbang 450gram
- Siapkan air sereh/pandan/kopi. Caranya: 200ml/1 gelas air minum standar untuk 7-10 lembar daun sereh/daun pandan, blender lalu saring dengan saringan teh. Untuk air kopi, larutkan 2 sdm ke air panas layaknya kita membuat kopi. Dinginkan, saring dengan saringan teh, kemudian air saringan ditimbang 170gram tuang ke wadah untuk adonan.
- Campur 80gr NaOH ke dalam air sereh/kopi/pandan sedikitpun demi sedikit, aduk dengan pengaduk kayu hingga larut. Yang harus diperhatikan tidak boleh dibalik. Jangan air yang di masukan ke NaOH karena bisa menimbulkan ledakkan. Proses ini reaksinya eksoterm, jadi akan menimbulkan panas pada wadah. Tunggu sampai suhunya turun ke suhu normal, baru masuk ke langkah berikutnya.
- Masukan minyak jelantah sedikit demi sedikit sambil terus diaduk. Kecepatan adukan kurang lebih 15-20 menit bila manual, sampai trace, kental berjejak seperti mayones. Kalu menggunakan handblender lebih cepat 3 menit.
- Tuangkan adonan ke dalam cetakan, tunggu hingga mengeras sekitar 12-24 jam.
- Proses curing. Sabun yang sudah dicetak, diangin-anginkan atau disimpan ditempat yang sirkulasi udaranya bagus selama 1 bulan.
Setelah satu bulan, sabun sudah siap di gunakan. Dan ternyata hasilnya sangat memuaskan. Pernyatan ini didapatkan dari beberapa orang yang sudah menggunakan sabun ini. Menurut mereka, sabun ini rekomen untuk mencuci popok bayi, noda darah, lap dan sebagainya. Bersih kinclong, menyenangkan bukan?(Kursus online Mijel)
Pupuk Tambahan Untuk Tanaman
Beberapa bahan dan alat untuk membuat pupuk dari minyak jelantah adalah sebagai berikut , Alat : Saringan, Jerigen/Ember bertutup, Selang bening kecil, Gayung, dan Botol. Sedangkan Bahan yang dibutuhkan adalah minyak jelantah 500-1000 cc, Bekatul, Air, EM4, Molase/Tetes Tebu.
Proses ini akan memanfaatkan mikroorganisme EM4 untuk mendekomposisi minyak jelantah menjadi pupuk tanaman. Proses ini akan memakan waktu agak lama (bisa 1 bulan) akan tetapi hasil yang didapat akan sangat bagus untuk tanaman. Langkah pembuatan pupuk jelantah adalah sebagai berikut :
- Campurkan bahan berupa jelantah, air, bekatul, molase dan EM4 lalu aduk rata
- Masukkan adonan tadi dalam jerigen atau ember yang memiliki tutup dan letakkan pada tempat yang terhindar dari paparan sinar matahari langsung
- Lubangi tutup lalu masukkan selang kecil hingga masuk ke adonan. Pada ujung selang yang diluar tadi dimasukkan pada botol kecil berisi air. Tujuannya adalah untuk mengontrol suhu selama proses fermentasi berlangsung.
- Biarkan proses fermentasi berlangsung hingga minimal 30 hari
- Tanda fermentasi yang berhasil adalah tidak berbau busuk tetapi bau masam manis khas POC. Selain itu apabila digoyang maka muncul gelembung-gelembung kecil dalam jumlah banyak membentuk busa.
- Setelah pupuk jelantah jadi, maka selanjutnya dilakukan penyaringan agar didapat pupuk cair tanpa kotoran padat. (ilmubudidaya.com/cara-membuat-pupuk-dari-jelantah)
Setelah mengetahui cara mengolah minyak jelantah, masih mau buang minyak jelantah sesukanya? Mari kita coba mengolah minyak jelantah menjadi mempesona.