Artikel
Intip Alat dan Bahan Pendeteksi Boraks Yuk!

Intip Alat dan Bahan Pendeteksi Boraks Yuk!

Oleh : Iflah Aninda Wahdani, S.Si

Guru pada MAN 3 Pandeglang

Penggunaan boraks pada makanan seringkali meresahkan masyarakat. Meski telah dilarang keras oleh pemerintah, masih saja ditemukan makanan yang mengandung boraks. Saat ini pengunaan bahan tambahan makanan yang dilarang masih sering ditemukan, bahkan semakin meningkat terutama pada pengusaha pangan yang umumnya dihasilkan oleh industri kecil atau rumah tangga. Makanan yang baik (sesuai standar POM) untuk manusia adalah yang memenuhi persyaratan kesehatan dan kebersihan. Di indonesia pada umumnya, setiap makanan dapat dengan leluasa beredar, dan dijual tanpa harus terlebih dahulu memalui BPOM kesehatan lebih dari 70% makanan yang beredar dan dijual dihasilkan oleh produsen yang masih jauh dari memenuhi persyaratan kesehatan dan layak konsumsi masalah yang sering kita hadapi dari waktu ke waktu adalah masalah dibidang keselamatan yaitu keracunan makanan (Asterina : 2008).

Boraks adalah campuran garam mineral konsentrasi tinggi berwarna putih yang mengandung atom Boron (B) dan Oksigen (O) yang memiliki sebutan kimia Natrium tetraborat decahydrate dengan rumus molekul Na2B4O7.10H2O atau Na2[B4O5(OH)4].8H2O, CAS number 1303-96-4, HS, memiliki berat masa molekul 381.37 Dalton. Boraks berbentuk serbuk atau kristal yang tidak berbau. Bahan kimia ini dapat dengan mudah larut dalam air, Gliserol (Glycerol) dan Alkohol (Alcohol), tetapi tidak larut dalam asam. Jika larut dalam air akan menjadi Natrium hidroksida (Sodium hydroxide) dan asam borat (H3BO3).

Sumber boraks di alam adalah dari tempat-tempat yang mengandung deposit hasil penguapan, seperti tambang garam dan kawah lumpur di Bledug Kuwu, Jawa Tengah. Boraks secara lokal dikenal juga sebagai air bleng jika dalam bentuk larutan jernih,atau garam bleng jika dalam bentuk kristal padat. Cara pembuatan boraks mirip dengan cara produksi garam tradisional. Air mineral bleng dituangkan dalam bambu, kemudian dikeringkan. Hasilnya adalah padatan atau cairan bleng yang merupakan bentuk tidak murni dari asam borat

Pada umumnya, boraks digunakan untuk bahan non pangan seperti campuran pembuatan gelas, pengawet kayu, salep kulit, boraks gliserin, dan campuran pupuk tanaman. Namun pada kenyataannya, boraks banyak disalahgunakan terutama oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Boraks banyak dijadikan sebagai campuran bakso, mie kerupuk, empek-empek dan banyak lainnya. Namun perlu diingat bahwa boraks sangat berbahaya bagi kesehatan manusia apabila terhirup, terminum, termakan lalu masuk ke dalam tubuh manusia dalam jumlah banyak. Makanan mengandung boraks yang dikonsumsi sedikit demi sedikit akan mengakibatkan terjadinya akumulasi bahan kimia boraks yang bersifat karsinogen dalam organ tubuh manusia seperti hati, otak, ginjal dan testis.

Boraks yang dikonsumsi cukup tinggi dapat menyebabkan gejala pusing, muntah, mencret, kejang perut, kerusakan ginjal, hilang nafsu makan. Bahkan hingga kejadian meninggal dunia dapat terjadi pada bayi dan anak kecil hanya dengan dosis toksin boraks dalam tubuh yang telah mencapai lebih dari 5 gram. Sementara kematian pada orang dewasa dapat terjadi jika dosis toksin boraks sudah mencapai 10-20 gram. Batas aman penggunaan boraks pada makanan secara legal adalah 1 gram per 1 kilogram pangan (1/1000). Karena dampak bahaya karsinogennya terhadap kesehatan manusia maka pemerintah secara resmi telah melarang penggunaan boraks sebagai bahan tambahan dalam proses produksi makanan.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kandungan boraks pada makanan, maka harus dilakukan uji laboratorium. Sedangkan kita tahu bahwa biaya dan proses pengujian tidaklah mudah dan murah. Di sisi lain masyarakat juga perlu dibekali pengetahuan untuk mendeteksi kandungan boraks pada makanan menggunakan teknik yang sederhana agar mudah diterapkan. Padahal untuk mendeteksi borkas sangatlah mudah dan tidak memerlukan biaya yang besar. Ada 3 cara yang dapat digunakan, diantaranya adalah cara menggunakan kertas saring, cara tusuk gigi, dan cara kalium permanganat. Namun menurut penulis, cara yang paling mudah karena alat dan bahannya mudah ditemukan adalah cara yang kedua yaitu menggunakan tusuk gigi. Berikut skema pengujian boraks.

Pengujian boraks dapat dideteksi dengan langkah awal menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti tusuk gigi, kunyit, air, kertas saring, wadah, dan sampel. Pertama, rendam tusuk gigi dengan air kunyit yang telah disaring dengan menggunakan kertas saring selama 10 menit, kemudian angin-anginkan tusuk gigi agar kering, jika sudah kering maka tusuk gigi ditusukkan ke sampel dan lihat bagaimana perubahan yang terjadi pada tusuk gigi.

Mengacu pada skema diatas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila sampel diuji namun warna sampel tidak berubah berarti sampel tersebut tidak mengandung boraks, namun jika sampel berubah menjadi warna merah bata maka sampel tersebut mengandung boraks. Dengan adanya tulisan ini, diharapkan masyarakat dapat sadar dan melakukan tes sendiri untuk mendeteksi adanya boraks di rumah masing-masing sehingga ini dapat dijadikan sebagai upaya preventif.