Artikel
Efektifitas Pembelajaran Daring Dalam Kegiatan Belajar Dan Mengajar Untuk Mencapai Tujuan Keterampilan Abad 21

Efektifitas Pembelajaran Daring Dalam Kegiatan Belajar Dan Mengajar Untuk Mencapai Tujuan Keterampilan Abad 21

Oleh : Aris Priyanto, S.T, M.M.
Guru SILN Sekolah Indonesia Makkah

Peningkatan jumlah kasus positif di Indonesia akibat COVID-19 membuat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) merekomendasikan pembelajaran daring sebagai upaya menurunkan angka penyebaran virus.

Meski terdapat beberapa sekolah dan universitas ternama di Indonesia yang sudah siap melakukannya, hadirnya COVID-19 menunjukkan ketidaksiapan jauh lebih banyak institusi pendidikan di Indonesia dalam menerapkan sistem pembelajaran daring. Misalnya, pemanfaatan teknologi pembelajaran daring masih didominasi oleh sekolah dan universitas di kota besar karena kapasitas finansial dan ketersediaan sistem pembelajaran digital yang lebih baik dibandingkan sekolah dan universitas kecil di daerah rural.

Muncul Permasalahan
Implementasi pembelajaran daring yang sudah berjalan beberapa bulan ini secara umum berjalan lancar. Kendati demikian, seiring perjalanan waktu sudah muncul banyak permasalahan. Di antaranya tugas guru yang terlalu banyak sampai keluhan soal kuota dan jaringan internet.

“Pak, saya tidak takut virus korona, tapi saya takut apabila saya sakit gegar otak. Tugas tiap hari mengalir seperti banjir bandang tiada henti. Saya ingin segera sekolah saja Pak Guru,” itulah pernyataan berantai yang  muncul di media sosial. Ternyata pembelajaran daring yang sudah berjalan, di ranah praksis banyak menimbulkan permasalahan.

Tentu saja alangkah tidak bijak kalau serta merta menyalahkan para guru. Dalam situasi darurat, guru waktu itu harus bertindak cepat agar pembelajaran bisa berjalan efektif. Ponsel yang semula hanya sebagai media komunikasi, sekarang  bermulti fungsi. Termasuk dalam memberikan materi dan tugas dalam durasi yang sangat pendek. 

Apresiasi layak diberikan kepada guru, sekolah, dan peserta didik karena mereka bisa beradaptasi dengan cepat. Namun, seiring berjalannya waktu semua pihak perlu mengevaluasi pembelajaran daring tersebut agar tujuannya bisa tercapai secara optimal. 

Prinsip Pembelajaran Daring
Secara proses, sebenarnya model pembelajaran secara Daring ini sudah diatur dalam Permendikbud no. 22 tahun 2016 tentang Standar Proses dengan prinsip sebagai berikut:

  1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
  2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar
  3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah
  4. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi
  5. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu
  6. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi
  7. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif
  8. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills)
  9. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat
  10. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani)
  11. Pembelajaran yang berlangsung di rumah di sekolah, dan di masyarakat
  12. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas
  13. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran
  14. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

Apabila prinsip pembelajaran di atas diselaraskan dengan 4 pilar pendidikan yang disusun oleh UNESCO, yaitu Learning to Know (belajar untuk mengetahui), Learning to Do (belajar untuk melakukan sesuatu), Learning to Be (belajar untuk menjadi sesuatu), dan Learning to Live Together (belajar untuk hidup bersama), maka saat ini adalah kesempatan paling tepat untuk mengatur ulang arah dunia pendidikan kita yang selama sudah tersesat jauh dari tujuan.

Dunia pendidikan harus kembali mengajarkan cara belajar (Learning How to Learn), bukan Learning What to Learn (belajar tentang sesuatu). Semua ini tercermin dari isi pembelajaran daring ini di mana awalnya para guru masih berkutat tentang konten atau materi yang dibuat untuk memberi tahu peserta didik daripada membiarkan mereka untuk mencari tahu sendiri.

Dengan adanya internet peserta didik dapat belajar untuk tahu, belajar untuk melakukan, belajar untuk menjadi sesuatu, dan belajar untuk hidup bersama dengan pendekatan yang sangat berbeda di masa pra internet di mana guru menjadi satu-satunya sumber belajar. Para pendidik cukup memfasilitasi bagaimana peserta didik dapat mencari tahu sumber belajar yang dapat dipercaya, bukan hoax, dan bukan sekedar opini seseorang yang kredibilitasnya masih diragukan.

Jika para pendidik dan orangtua memahami bahwa keterampilan-keterampilan tersebut yang dibutuhkan untuk dikembangkan dalam diri para peserta didik dalam menghadapi tantangan di abad ke-21 ini, maka model pembelajaran dapat diarahkan agar bermuara ke sana. Misalnya selama masa belajar di rumah ini peserta didik dapat diarahkan untuk mencari pemecahan masalah yang berhubungan dengan Covid-19. Solusinya bisa dari sisi kesehatan, pangan, sosial, ekonomi, dan lain sebagainya.

Solusi yang ditawarkan harus memiliki landasan teori yang kuat dan bukan sekedar ide liar; di sinilah letak peserta didik akan belajar mencari tahu. Solusi tersebut harus dikerjakan secara kelompok walaupun tidak bertemu tatap muka. Solusi yang ditawarkan harus dipresentasikan dalam bentuk video dan diunggah ke media sosial seperti Youtube, Facebook, Linkedin, Line, ataupun yang lain. Penilaian akan berdasarkan jumlah views (berapa kali ditonton), berapa jempol (like), dan berapa banyak komentar/interaksi yang muncul dari unggahan tersebut.

Kita semua akan dikagetkan dengan kreativitas dan inovasi generasi penerus bangsa yang selama ini tidak diberi kesempatan karena waktu belajarnya habis untuk diberi tahu belajar apa. Dan, konsep ini akan mengubah pandangan para orangtua dan pendidik yang selama ini melihat gawai konsumsi semata, sekarang akan berubah menjadi alat produksi. Dan inilah proses pembangunan SDM unggul yang sesungguhnya.

Beban Terukur
Banyaknya tugas dari guru seringkali menjadi keluhan dalam pembelajaran daring. Beban belajar peserta didik tentunya harus diperhitungkan, terukur, baik secara materi maupun waktu. Tentunya perlu diingat bahwa pembelajaran di kelas tidak setiap saat diisi dengan tugas atau mengerjakan soal dalam jumlah banyak. Guru bisa memberikan tugas mengamati, mencoba, dan menganalis, sehingga lebih menarik dan menantang.

Meskipun pembelajaran jarak jauh, sapaan, respon, dan umpan balik atau penghargaan terhadap tugas yang dikerjakan merupakan hal yang tidak boleh dilupakan. Jangan sampai ada asumsi, peserta didik merasa diperdayai karena banyaknya tugas yang diberikan, tetapi tidak ada umpan balik dari guru, seperti pekerjaan yang sudah dikerjakan maksimal tapi guru tidak mengoreksi.

Apresiasi kepada pekerjaan peserta didik perlu diberikan guru agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Salah satu tujuan pembelajaran termasuk daring ini adalah pencapaian kompetensi  peserta didik yang dikenal dengan 4 C, yaitu Critical thinking (berpikir kritis) yang mengarahkan peserta didik untuk untuk dapat menyelesaikan masalah (problem solving). 

Creativity thinking (berpikir kreatif) dapat dimaknai guru dapat mendampingi peserta didik yang memiliki kreativitas tinggi mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi atau perspektif.

Collaboration (bekerja sama atau berkolaborasi). Aktivitas ini penting diterapkan dalam proses pembelajaran agar peserta didik mampu dan siap untuk bekerja sama dengan siapa saja dalam kehidupannya mendatang.

Communication (berkomunikasi) dapat  dimaknai sebagai kemampuan peserta didik  dalam menyampaikan ide dan pikirannya secara cepat, jelas, dan efektif (Direktorat PSMK, 2019). 

Tugas pembelajaran daring yang diberikan  kepada peserta didik selayaknya menuju kecakapan abad 21 tersebut. Aplikasi ponsel seperti WhatsApp bukan lagi sekadar sarana memberi informasi searah. Tetapi targetnya yaitu sebagai sarana membangun berbagai kecakapan dalam 4C.

Pandemi Covid-19 kiranya bisa menjadi pintu masuk  untuk mengubah pembelajaran tekstual menjadi kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang mengaitkan antara materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Peserta didik diharapkan dapat menemukan dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan baru sesuai dengan pengetahuan yang mereka miliki. Dengan demikian, mereka akan lebih memahami dan lebih memaknai pengetahuannya.

Dalam pelajaran matematika bisa diasah kemampuan membuat grafik perkembangan pandemi Covid-19 beserta prediksinya. Melalu pelajaran seni budaya bisa dilatih menganalisis dampak Covid-19 terhadap perkembangan seni pertunjukan dan alternatif solusinya. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia dilatih membuat proposal menggali dana bantuan untuk penanggulangan pandemi Covid-19 atau membuat puisi, artikel, cerpen diharmonikan dengan situasi yang baru terjadi. 

Dengan demikian, ketika peserta didik diasah kemampuannya untuk melihat dunia nyata dan memviralkan kepada publik melalui hasil analisisnya, sudah membuktikan nilai penguatan pendidikan karakter terutama nilai integritas sebagai aspek ungkapan bela rasa maupun empati kepada sesama.

Harapannya, jangan sampai pembelajaran daring hanya menghasilkan peserta didik sebagaimana robot yang hanya melulu mengerjakan latihan soal dengan seabreg tugas-tugas tanpa mampu berpikir dalam level tinggi. 

Untuk itu keberhasilan pembelajaran daring tersebut  perlu adanya kerjasama sinergis antara guru, sekolah, orang tua, dan peserta didik. Sekolah perlu menaruh kepedulian kepada orang tua peserta didik yang tidak mampu membeli kuota atau tidak memiliki ponsel memadai dengan memfasilitasi, agar pembelajaran daring bisa berjalan optimal.

Di samping itu, kesuksesan pembelajaran daring selama masa krisis Covid-19 ini tergantung pada kedisiplinan semua pihak. Oleh karena itu, pihak sekolah di sini perlu membuat skema dengan menyusun manajemen yang baik dalam mengatur sistem pembelajaran daring. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat jadwal yang sistematis, terstruktur dan simpel untuk memudahkan komunikasi orang tua dengan sekolah agar putra-putrinya yang belajar di rumah dapat terpantau secara efektif. 

Daftar Pustaka :

  1. Permendikbud no. 22 tahun 2016 tanggal 6 Juni 2016 , Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
  2. Indra Charismiadji, Mengelola Pembelajaran Daring yang Efektif, Detik News,  Tanggal 01 April 2020.