Artikel
BELAJAR GEOGRAFI LEWAT KAMPANYE DI SOSIAL MEDIA? <i>WHY NOT?</i>

BELAJAR GEOGRAFI LEWAT KAMPANYE DI SOSIAL MEDIA? WHY NOT?

Oleh : Dessy Caesarani Nurfirdaus
Guru pada MAN 1 Tangerang

Kurikulum 2013 sejatinya menghendaki adanya implementasi atas dukungan penuh terhadap kreativitas, keaktifan dan kemandirian siswa dalam pembelajaran, sehingga guru hanya menjadi fasilitator bagi para siswa untuk mengkaji lebih dalam keilmuan yang diajarkan. Para siswa dituntut untuk aktif mencari bahan bacaan, informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber, yang bahkan dewasa ini dapat dilakukan dalam sekali klik lewat mesin pencarian di internet.

Keberhasilan pembelajaran tentu saja diukur dari seberapa aktif dan kreatif siswa dalam menjalani pembelajaran di kelas. Semakin guru dapat menumbuhkan minat siswa terhadap pelajaran yang diampunya tentu siswa akan semakin kreatif dan aktif dalam mencari bahan informasi yang dibutuhkan untuk memahami pelajaran tersebut.

Hanya saja sebagian besar guru di sekolah acapkali masih menggunakan metode yang dinilai monoton dan membosankan bagi siswa. Metode ceramah masih menjadi andalan untuk media transfer ilmu di dalam kelas. Belum lagi di masa pandemi ini yang lebih mengusung pembelajaran dalam jaringan, guru dirasa belum siap memfasilitasi siswa untuk belajar daring dan pada akhirnya hanya terpaku pada pemberian materi dan berakhir dengan tugas. Jika sebagian besar guru di sekolah menerapkan gaya belajar yang seperti itu, maka tidak menjadi sesuatu keanehan jika benyak siswa yang akhirnya mengeluh dan lebih memilih belajar tatap muka saja padahal keadaan masa pandemi belum juga membaik.

Salah satu solusi yang ditawarkan untuk menghilangkan kejenuhan siswa yang dihadapkan pada metode yang itu-itu saja yaitu dengan menggunakan atau memanfaatkan media yang selama ini perkembangannya selalu diikuti oleh siswa, yang selalu dicek, bahkan sampai dicaritahu apa saja yang sedang ramai diperbincangkan di sana. Apakah solusi yang dimaksud? Yup! Sosial media.

Jika selama ini guru mengeluhkan siswa karena terlalu sering membuka sosial media, mengapa tidak kita libatkan saja sosial media dalam pembelajaran siswa di masa yang serba dalam jaringan ini. Kita bisa mengubah paradigma mengenai sosial media yang berisi konten yang kurang bermanfaat menjadi suatu wadah untuk siswa belajar, bahkan lebih dari itu mereka bisa mengedukasi pengguna sosial media lain melalui produk pembelajaran yang mereka bagikan di sosial media.

Lalu, sosial media apakah yang cocok? Berdasarkan riset Hootsuite (We Are Social) yang berbasis survey di tahun 2019, mempublikasikan bahwa Youtube dan Instagram menjadi platform sosial media terpopuler dan paling banyak digunakan di Indonesia. Pemanfaatan kedua sosial media tersebut sangat mudah diakses oleh siswa untuk diarahkan menjadi media belajar yang menyenangkan namun masih berada pada koridor materi pelajaran yang dipelajari di kelas contohnya dalam mata pelajaran Geografi. Setelah siswa berhasil mengakses lalu membagikan produk pembelajaran karya mereka di sosial media, kemudian dipresentasikan dan divaluasi oleh guru sehingga guru hanya menjadi pengarah dan pemantau saja, selebihnya kreativitas dan keaktifan siswa yang berperan dalam mengedukasi para pengikut mereka di sosial media.

Produk yang nantinya dihasilkan oleh siswa tersebut dapat berupa poster yang mengajak pengguna sosial media secara lebih luas agar peduli terhadap isu-isu global mengenai lingkungan. Tentu isu tersebut sangat menarik dan selalu menjadi trending di sosial media terlebih lagi isu ini sangat erat kaitannya dengan Geografi.
Poster dinilai dapat mengembangkan literasi dan dapat mempresentasikan keadaan yang sedang terjadi jika menyisipkan pesan-pesan berupa kampanye atau ajakan kepada pembaca dan tidak lupa mencantumkan gambar yang sesuai dengan isu yang diangkat.

Langkah awalnya yaitu guru mengaitkan Kompetensi Dasar yang sedang dipelajari dengan isu lingkungan yang sedang ramai, contohnya pada KD 3.2 mengenai flora dan fauna di Indonesia juga KD 3.3 mengenai pemanfaatan Sumber daya alam di kelas 11. Lalu siswa memilih isu apa yang ingin diangkat dan menuangkannya dalam desain poster. Akan tetapi kendala yang mungkin saja terjadi adalah tidak semua siswa memiliki kemampuan dalam membuat desain atau gambar poster yang menarik, maka sebagai langkah antisipasinya yaitu guru bisa memberikan contoh poster kampanye dengan berbagai panduan. Poster dapat dibuat secara manual (dengan tangan) atau dibuat dengan aplikasi khusus, seperti Canva, Adobe Photoshop, Flyers, Poster Maker, Graphic Design, PiscArt, dan aplikasi lain yang mendukung yang tersedia di gawai pintar.

Setelah desain rampung, barulah siswa membagikan poster mereka di sosial media, atau memposting foto mereka sedang berkampanye dengan sentuhan caption yang berisi ajakan kepada para pengikutnya di sosial media. Berbagai respon akan bermunculan baik itu berupa seberapa banyak yang menyukai postingan siswa akan posternya, maupun berupa komentar yang berisikan pujian, kritik, maupun saran.  Secara tidak langsung, proses mengedukasi pun terjadi dengan sendirinya, dan hal tersebut dilakukan oleh siswa yang kita ampu yang kontennya pun berupa ajakan ke arah yang positif. Guru dan siswa pun menjadi berperan aktif dalam pelestarian lingkungan hidup.

Jadi, yuk ajak para siswa untuk bersosial media lebih positif dan edukatif !