WFH DALAM PERSPEKTIF RECOVERY KEHIDUPAN
Bekerja dari rumah atau yang dikenal dengan WFH (Work from Home) merupakan salah satu solusi yang dianggap jitu untuk mencegah penularan Covid-19 pada saat semua orang tidak diajurkan bepergian ke tempat umum. WFH dianggap dapat meminimalisir atau bahkan menghindari berkumpulnya orang pada satu lokasi dengan prinsip bahwa bekerja bisa dilakukan dari rumah tanpa harus berkumpul di tempat kerja.
Namun setelah melakukan WFH, work from home, timbul pertanyaan sejauh mana efektifitasnya kalau dilihat dari sisi output maupun target yang harus dicapai, disisi lain bagaimana serapan anggaran yang telah direncanakan. Berbagai pertanyaan serupa mempertanyakan tentang WFH. Namun ada satu hal yang selama ini tidak menjadi perhatian hampir dari semua orang bahwa WFH; work from home bisa bermakna work for home; kerja untuk rumah, kerja untuk keluarga. Dengan WFH ini intensitas keberadaan orang tua, baik bapak atau ibu menjadi sangat tinggi di tengah keluarga. Kebiasaan yang tidak pernah atau jarang dilakukan menjadi kegiatan rutin, yaitu makan bersama, ibadah bersama, bercanda bersama. Ternyata selama ini kebiasaan tersebut sudah lama hilang dari kelurga para pekerja, yang berangkat pagi pulang petang atau malam, bahkan akhir pekan baru bisa berkumpul bersama keluarga.
Sekarang semua orang dipaksa untuk di rumah, semua kegiatan dilakukan dari rumah bahkan dapat dilakukan dengan melibatkan sebagian atau seluruh anggota keluarga. Ini berarti work from home tidak hanya menyelesaikan tugas kantor, tetapi juga memberikan dampak positif untuk pembinaan keluarga dan menjalin kembali kedekatan yang semakin merenggang. Kembali hangatnya hubungan suami istri, kedekatan antara ibu bapak dan anak anak. Mungkin hal ini tadinya tidak menjadi perhitungan, tetapi sekarang fakta bahwa WFH menjadi salah satu jalan untuk membangun kembali keintiman keluarga dan kerharmonisan keluarga, sebagaimana tujuan pernikahan yang telah diikrarkan yaitu untuk membangun keluarga yang Sakinah mawaddah Waraamah. Selama ini hanya menjadi slogan semata untuk membangun keluarga yang SAMAWA pada setiap pernikahan. Atau ini merupakan salah satu solusi untuk membangun kembali keharmonisan keluarga, agar orang tua lebih banyak di rumah, memberikan perhatian kepada anak-anak, sehingga dampak negatif yang sering menjadi akar penyebab kriminal, keterpurukan anak anak dan remaja. Adanya brokenhome yang menjadi sebab anak terjerumus kepada tawuran, narkoba, pergaulan bebas dan munculnya odipus sindrome dikalangan remaja, sebagai akibat dari kurangnya perhatian orang tua dapat dieliminir atau dihilangkan sama sekali. Sekarng timbul pertanyaan baru, apakah kita harus berterimakasih kepada covid 19, karena makhluk ini kedekatan antara anggota keluarga terjalin kembali. Dampak lain, timbulnya penghargaan kepada profesi yang tadinya dipandang sebelah mata, yaitu terhadap para Guru, ternyata mendidik anak itu tidak semudah yang disangka, setelah orang tua harus berjibaku menjadi guru dadakan untuk anak anaknya. Selama ini, mereka menganggap enteng terhadap profesi guru, baru timbul penghargaan setelah mengalami sendiri, betapa sulitnya mendidik anak anak. Para orangtua merasakan hanya mendidik anaknya sendiri satu atau dua orang sudah menyebabkan stress, bagaimana dengan guru yang harus mendidik satu kelas dan dilakukan setiap hari dalam satu tahun.
Berbagai dampak yang ditimbulkan oleh Covid 19, menimbulkan keyakinan, bahwa dibalik semua musibah pasti ada hikmah dan sekarang sudah terbukti. Hikmah itu bukan hanya umtk lingkungan yang kecil seperti keluarga, tapi untuk linkungan besar yaitu dunia, bumi yang kita tempati ini. Berdasarkan laporan para ahli terjadi penurunan polusi udara sampai kepada titik tertimggi dalam sejarah dunia modern yaitu 35%, dan adanya perkembangan recovery alam disemua aspek kehidupan, dimana dilaporkan ikan-ikan kecil kembali bermunculan di jalur air Venesia Italia, burung liar mulai tampak di jalanan dan bebek bebek dapat kembali menikmati terusan air Venesia tanpa harus terganggu oleh gondola. Recovery alam ini menjadi pertanda ada perlambatan kegiatan manusia disemua aspek kehidupan. Hal ini berdampak positf untuk recovery dunia agar kembali kekondisi alaminya. Begitu juga China yang setiap hari menjadi penyumbang Carbon Monoksoisda (CO) 30% kepada atmosfir sekarang pun terdiam, langit Jakarta yang biasanya seperti ada lapisan kabut tipis sekarang cerah. Apa ini menjadi pertanda alam memang menginginkan adanya perlambatan ini, untuk keselamatan kehidupan jangka panjang. Mari kita renungkan bersama bahwa covid 19 ini juga memberikan dampak positif buat manusia dan alam semesta, apaabila semua orang berpikir jernih dan mau melihat dari sisi yang berbeda, bahw Tuhan Yang Maha Kuasa tidak akan memberikan sesuatu cobaan melainkan untuk kebaikan umat manusia itu sendiri, Wallahu’alam