Suku Baduy dan Segala Keunikannya
Oleh: Riska Lestari
Guru pada MAN 1 Lebak
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan keragaman suku, budaya, dan juga ras yang dimiliki oleh masyarakatnya. Maka tidak heran, jika banyak para wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang senang sekali menjelajah Indonesia untuk sekedar menggali informasi seputar kekayaan yang ada di tiap daerah negeri ini. Tentu saja tiap daerah yang ada di Indonesia memiliki keunikan masing-masing, dan hal ini pula yang menjadikan Indonesia dilirik oleh berbagai negara di belahan dunia.
Salah satunya adalah suku Baduy, yang terletak di Provinsi Banten, Kabupaten Lebak, Kecamatan Leuwidamar, Desa Kanekes. Baduy menjadi suku yang begitu menarik untuk ditelisik, karena Baduy memiliki banyak keunikan baik dari segi penduduknya bahkan alam membentang yang ada disekitarnya.
Jika menginjakkan kaki di terminal Ciboleger yang merupakan pemberhentian terakhir untuk mencapai tanah Baduy, kita sudah disuguhi oleh patung yang menggambarkan keluarga suku Baduy dengan pakaian khas mereka, tak lupa ukiran gambar angklung dan alam hijau bersih yang merupakan ikon suku Baduy. Saat kita mulai memasuki tanah Baduy dan menaiki tangga menuju ke pemukiman warga, kita juga akan disuguhi tulisan “Selamat Datang di Saba Budaya Baduy, Lojor Teu Beunang Dipotong Pendek Teu Beunang Disambung”. Kemudian, saat kita menyusuri jalanan semakin masuk lebih dalam lagi, kita akan disuguhi dengan tulisan sunda yang tidak lain adalah jargon khas mereka yaitu “gunung ulah dilebur, lebak ulah dirusak”.
Ternyata memang begitu romantisnya hubungan antara penduduk Baduy dengan alam. Kecintaan mereka terhadap alam rupanya sebagai bentuk menghormati alam dan lingkungan hidup yang telah diberikan Tuhan untuk mereka sebagai ladang melanjutkan hidup. Hal ini juga terlihat jelas dari gaya hidup yang diterapkan oleh para penduduk Baduy. Pantang bagi mereka membersihkan tubuh menggunakan sabun dan sampo yang beredar dipasaran, karena tentu saja bagi mereka zat kimianya bisa membuat air di sungai tidak jernih lagi dan sampah plastik yang dihasilkan bisa mengotori dan menyebabkan polusi.
Tidak hanya itu, bagi para penduduk Baduy pantang untuk membangun rumah menggunakan paku dan memanggil tukang. Biasanya, mereka melakukan itu dengan gotong royong bersama para tetangga, dan mengganti paku dengan memanfaatkan material lain dari hutan seperti tali dari kulit atau akar pohon atau bahkan pasak dari kayu.
Gaya hidup lain yang mereka terapkan adalah memanfaatkan hasil kebun untuk kebutuhan makan sehari-hari. Ternyata dalam kesehariannya, para penduduk Baduy jauh terlihat lebih sehat karena mamanfaatkan hasil alam dan minim pengolahan kompleks seperti produk-produk pabrik yang biasa masyarakat umum konsumsi.
Sementara itu, dari sisi teknologi penduduk Baduy cenderung menutup diri dari kecanggihan teknologi di masa kini, namun hal ini masih kental diterapkan oleh Baduy Dalam, sementara penduduk luar beberapa masyarakatnya sudah mengenal baik teknologi canggih, sebut saja smart phone atau yang biasa kita kenal dengan sebutan HP. Bagi penduduk Baduy Dalam, menerima masuknya teknologi sama dengan mengkhianati amanah para leluhur dan jika ada penduduknya yang melanggar maka tentu saja akan terkena sanksi dari ketua adat Baduy Dalam.
Dari penjelasan tentang keunikan suku Baduy yang dipaparkan diatas, rupanya kita dapat banyak belajar, bahwa hubungan antara manusia dengan alam begitu erat kaitannya. Jangan sampai, modernisasi membuat kita lupa dengan makhluk hidup lain yang Tuhan ciptakan, karena mereka juga berhak hidup dengan layak tanpa ancaman, dan jangan sampai segala kemudahan hidup yang kita dapatkan, membuat kita lupa untuk memberikan timbal balik yang baik kepada alam, karena bagaimanapun juga alam yang Tuhan berikan adalah amanah yang harus dijaga dengan sebaik-baiknya untuk generasi di masa depan nanti.