Artikel
Ramadhan dan Kesehatan Hati

Ramadhan dan Kesehatan Hati

Beberapa hari lagi insya Allah kita akan kedatangan tamu agung yaitu bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh keberkahan, ampunan dan rahmat bagi umat Islam di muka bumi ini, bahkan bagi seluruh alam semesta, karena di bulan itu diturunkan kitab suci Al-Qur’an yang menjadi petunjuk kehidupan bagi seluruh manusia. Tamu ini datangnya hanya satu tahun sekali, dan kalau sudah datang ia tidak akan kembali lagi, karena yang hadir setahun berikutnya adalah bulan Ramadhan yang baru dengan lembaran amalan baru pula.

Meskipun Ramadhan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, karena  Ramadhan tahun ini masyarakat dunia masih menghadapi pandemic global Covid-19, akan tetapi kita sebagai umat Islam harus optimis bahwa dibalik ujian ini akan ada hikmah yang lebih baik dari Allah SWT. Oleh karena itu kita harus lebih meningkatkan iman dan taqwa, dengan selalu membersihkan hati kita dari prasangka buruk terhadap sesama manusia, dan terlebih terhadap Allah SWT.

Hati dalam artian sanubari, merupakan bagian terpenting dalam diri manusia, ia menjadi poros dan sentral dari seluruh perilaku manusia, dari hati ini seluruh anggota badan lainnya mengambil keleladanan baik dalam bentuk ketaatan maupun kemungkaran. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya, ”Ketahuilah, sesungguhnya didalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia itu. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”   (HR. Bukhari – Muslim)

Dari hati inlah dua potensi keinginan akan saling bertolak belakang dan disana pula terjadi dua kutub yang saling bertentangan dan berlawanan. Dua potensi itu adalah mengajak kepada kebaikan atau kejahatan, ketaatan atau kemungkaran, kecintaan atau kedengkian. Dan semua itu tergantung dari nutrisi yang diserap oleh hati, semakin baik asupan/nutrisi yang diberikan kepada hati, semakin baik pula hati mengontrol dan mengarahkan anggota tubuhnya, inilah yang disebut dengan proses tazkiyah nafs (penyucian jiwa).

Sebaliknya, apa bila seseorang tidak mampu memberikan asupan/nutrisi terbaik bagi hatinya, maka hati akan dipenuhi dengan berbagai penyakit, sehingga perilaku yang dilahirkan adalah kehinaan. Allah SWT berfirman dalam Qur’an surat Asy-Syams ayat 7 – 10 yang artinya, “Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Di bulan suci Ramadhan ini, kita dilatih untuk mampu melakukan proses tazkiyah nafs, menjaga hati dengan memberikan asupan/nutrisi yang terbaik dan menjaganya dari berbagai penyakit yang merusaknya. Itu semua bisa ditempuh dengan melakukan berbagai ibadah seperti puasa, shalat malam, membaca Al-Qur’an, mendengarkan taushiyah, bersedekah, serta menjauhkan hati dari berbagai penyakit seperti riya’, sombong, kikir, membanggakan diri dan lainnya.

Semua itu diharapkan membuat hati menjadi sehat, karena dengan hati yang sehat, jiwa akan selalu memberikan potensi yang baik dan bergerak pada hal-hal yang positif. Hati yang penuh dengan cahaya keimanan akan cenderung membuat seseorang untuk memberi manfaat kepada sesame dan menjauhkannya dari perbuatan yang merugikan sesama.

Seseorang yang berpuasa harus mampu mempertahankan kesehatan hatinya dan mengobati hatinya yang sedang sakit, harus mampu menghiasi hari-harinya dengan dengan sesuatu yang membawa kemanfaatan bagi dirinya maupun bagi orang lain. Untuk itu mari kita membiasakan diri untuk selalu berfikir positif dan meningkatkan kesehatan hati kita di bulan Ramadhan ini.