Artikel
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN  TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MEMBANGKITKAN PEMBELAJARAN ABAD 21

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MEMBANGKITKAN PEMBELAJARAN ABAD 21

Ipat Apipah, S.Si
Guru pada MTs Negeri 1 Pandeglang

Sebuah pepatah mengatakan “usaha tidak akan menghianati hasil”. Untuk mendapatkan hasil yang baik tentunya harus dibarengi dengan usaha yang baik, juga diawali dengan perencanaan yang baik, Plan-Do-See. Termasuk halnya dalam sebuah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Dalam kurikulum 2013 disebutkan bahwa tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu kompetensi sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan/atau ekstrakurikuler. Sebagai pendidik apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik untuk keempat kompetensi tersebut?

Jika sebelumnya dengan menggunakan model ceramah dan latihan, KBM belum berlangsung baik sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, yaitu peserta didik kurang aktif dalam mengemukakan pendapatnya atau mengajukan pertanyaan serta pembelajaran hanya bersifat satu arah, maka pada abad 21 ini aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan, karena dengan meningkatnya aktivitas peserta didik hasil belajar dapat lebih meningkat. Menurunnya semangat belajar peserta didik, pada umumnya selain disebabkan oleh ketidaktepatan metodologis yang digunakan guru dalam mengajar, juga berakar pada paradigma pendidikan konvensional yang selalu menggunakan metode pembelajaran klasikal dan ceramah, tanpa pernah diselingi berbagai metode pembelajaran yang menantang untuk berusaha. Termasuk adanya penyekat ruang struktural yang begitu tinggi antara guru dan peserta didik. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematika mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Kekurangan yang terjadi dalam model pembelajaran ceramah tersebut harus diperbaiki yaitu dengan memanfaatkan model pembelajaran Two Stay Two Stray. Pembelajaran tidak lagi bersifat satu arah tetapi terjadinya keseimbangan pembelajaran antara guru dan peserta didik.

Pada model pembelajaran Two Stay Two Stray semua anggota kelompok menjadi aktif dan menekankan mereka untuk memahami materi yang didiskusikan karena akan disampaikan kepada temannya dari kelompok lain (tahap Stay) dan dari kelompoknya sendiri (tahap Stray). Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu model pembelajaran aktif yang bisa diterapkan untuk membangkitkan pembelajaran di abad 21 ini. Model pembelajaran ini mengedepankan aktivitas peserta didik (melibatkan setiap peserta didik) yaitu dengan peserta didik mampu untuk bertanya dan menjawab dari setiap permasalahan yang dihadapinya karena menggunakan model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS),  “dua tinggal dua tamu” dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan  kegiatan-kegiatan individu. Peserta didik bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan peserta didik yang lain.

Dalam model pembelajaran ini peserta didik dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu (Stray), yang secara tidak langsung peserta didik akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut (Stay). Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada peserta didik. peserta didik diajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran TSTS akan mengarahkan peserta didik untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, peserta didik dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi peserta didik yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak. Ketika peserta didik menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu peserta didik yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di jelaskan oleh temannya, materi kepada teman lain. Demikian juga ketika peserta didik kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang didapat dari kelompok yang dikunjungi. Peserta didik yang kembali tersebut menjelaskan materi yang didapat dari kelompok lain, peserta didik yang bertugas menjaga rumah menyimak hal yang dijelaskan oleh temannya. Dalam proses pembelajaran dengan model Two Stay Two Stray, secara sadar ataupun tidak sadar, peserta didik akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan menerapkan model pembelajaran TSTS seperti itu, peserta didik akan lebih banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat peserta didik jenuh.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray (dalam Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut:

  1. Membentuk kelompok dengan menggunakan teknik pengelompokkan undi.
  2. Memberi nama setiap kelompok sesuai dengan tema pembelajaran dan memberi kesempatan kepada setiap kelompok untuk memilih ketua dan sekretaris kelompok baik laki-laki maupun perempuan.
  3. Peserta didik bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa mendiskusikan tentang materi yang sudah ditugaskan.


Ket: Gambar diambil sebelum masa Covid 19

  1. Setelah selesai, dua peserta didik dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.
  2. Dua peserta didik yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.


Ket: Gambar diambil sebelum masa Covid 19

  1. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
  2. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
  3. Salah satu kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok yang lain menanggapi.


Ket: Gambar diambil sebelum masa Covid 19

Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, peserta didik juga akan terlibat secara aktif, sehingga akan memunculkan semangat peserta didik dalam belajar (aktif). Tanya jawab dapat dilakukan oleh peserta didik dari kelompok satu dan yang lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang disampaikan. Dengan begitu, peserta didik dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir narasumber. Diharapkan tidak hanya kompetensi pengetahuan saja yang dapat dicapai, tapi juga kompetensi spiritual, sikap, dan keterampilan. Karena disini siswa belajar bagaimana bersikap amanah, jujur, dan bertanggung jawab. Kemudian bagi guru, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini dalam meningkatkan aktivitas peserta didik dalam bertanya dan menjawab pertanyaan. Model pembelajaran ini sangat tepat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran di abad 21 ini.