Menembus Dinding Kokoh Zona Integritas
Zona intergritas adalah sebuah wilayah yang dibatasi dinding kaca gelap berlapis-lapis. Mungkin bentuknya seperti Iron Dome Protection yang dibuat Israel untuk melindungi negaranya dari serangan lawan-lawannyanya. Wilayah tersebut hanya dapat dilihat oleh aparatur yang memiliki dan menggunakan kaca mata tembus pandang saja seperti kaca mata infrared atau sejisnya. Bagi aparatur yang tidak menggunakan kaca mata tersebut dinding zona integritas terlihat hitam kelam.
Bagi aparatur yang dapat melihatnya, di dalam zona integritas terlihat surga birokrasi yang menjanjikan kenyamanan, keamanan, kemakmuran dan karir yang jelas. Bagi aparatur yang memakai kaca mata, memiliki visi dan menyukai tantangan, wilayah tersebut menjadi destinasi tempat berkarya dan mengabdi yang tepat. Bagi yang lainnya, meskipun melihat dengan kaca mata infrared, zona integritas hanya cita-cita. Bahkan ada yang apatis karena merasa tidak memiliki kemampuan untuk menembusnya. Apa lagi bagi yang tidak memiliki dan menggunakan kaca mata infrared tersebut, zona integritas hanya cerita saja. “‘Katanya….”
Bagi para aparatur yang memiliki kaca mata, visi dan tantangan seperti yang disebutkan; menembus zona integritas menjadi target tahun depan karena kesempatan untuk menembusnya dibatasi waktu. Dinding gelap berangka regulasi, politik, perkembangan teknologi dan perubahan budaya terus berubah sehingga di masa yang akan datang akan lebih sulit menembusnya. Atau malah akan tertutup sama sekali.
Kelompok aparatur ini, berupaya menembusnya. Sayangnya, menembus zona integritas tidak dapat sendirian. Melainkan harus membawa serta seluruh aparatur yang ada di instansinya. Begi kelompok tersebut, selain membutuhkan tenaga besar untuk menembus dinding kokoh, juga harus menarik gerobak berisi aparatur lain yang apatis, tidak punya cita-cita dan tidak mau tahu. Paraahnya, jumlah aparatur yang punya visi tersebut hanya sedikit, sedangkan yang harus ditariknya banyak. Ahirnya perjuangan terlalu berat untuk dilakukan.
Selan itu harus menggunakan senjata yang memiliki penetrasi sangat kuat untuk menjebol dinding gelap kokoh dan berlapis-lapis tersebut. Mungkin senjatanya berbentuk bor yang digunakan untuk membuat terowongan subway seperti yang digunakan membuat terowonngan MRT di Jakarta. Atau menggunakan rudal yang memiliki daya ledak cukup tinggi agar dindning kokoh itu roboh dan semua aparat dapat melihat apa yang berada didalamnya dengan terang benderang.
Menjadi bagian dari tim pembangunan zona integritas rasanya begitu berat. Namun demikian setelah setahun menjalaninya, mulai agak mengerti apa maksud dan bagaimana caranya. Itu pun sebagian baru menebak-nebak saja. Menggunakan kaca mata infrared yang dimiliki belum dapat melihat semuanya dengan terang benderang. Di beberapa bagian nampak blur seperti terhalang patamorgana. Karena tidak jelas kadang berpikir: Jangan-jangan yang terlihat cuma ilusi. Ketika kebingungan, muncul keputusasaan: menyerah atau lanjut?
Sayang sekali posisinya bukan pilihan. Perjuangan tidak dapat ditolak, atau dihentikan. Bagai seekor katak berada di mulut ular, bisa masuk tapi tak bisa keluar. Akhirnya perjuangan dilanjuktkan dengan cara manarik gerbong penuh sesak. Berupaya agar setiap aparatur menjadi bagian dari instansi yang merangsek penuh keyakinan untuk dapat menembus dinding zona integritas dengan target maksimal.
Di tahun yang akan datang seluruh instansi pemerintah akan dididorong untuk menembus zona integritas menuju Wilayah Birokrasi Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani (WBBM). Bercermin dari pengalaman sebelumnya, untuk melanjutkan atau utnuk memulai menembus zona integritas harus memiliki 2 hal. Pertama membelikan kaca mata infrared bagi setiap aparatur untuk melihat isi dari zona integrtias, dan kedua menyiapkan senjata ampuh untuk menembusnya.
Yang dimaksud dengan kaca mata infrared adalah pengetahuan dan wawasan mengenai zona integritas bagi seluruh aparatur dari pemegang jabatan tertinggi sampai terendah tidak terkeculai pelaksana teknis seperti pelayan kebersihan (office boy) dan sejenisnya. Tanpa pengetahuan dan wawasan tesebut zona integritas tidak dapat dilihat secara transparan. Jangan sampai sampai terjadi hanya beberapa gelintir saja yang memahaminya sehingga sekolmpok kecil aparatur yang bertindak sebegai penggerak harus sambil menarik gerbong aparatur lainnya yang tidak paham. Kondisi ini tak memungkinkan untuk menembus zona integritas.
Konsep mengenai zona integritas harus disosialisasikan sangat dini agar setiap apartur memaminya dengan baik dan benar. Upaya ini dilakukan melalui kegiatan sosialisasi menggunakan berbagai metode dan media sehingga setiap aparatur memiliki kesempatan yang sama untuk memehaminya. Metode sosialisasi dapat berupa diklat, workshop, rapat baik formal maupun informal, obrolan keseharian, bimtek dan lain-lain. Sedangkan media informasi zona integritas dapat berupa news letter baik cetak maupunelektronik, benner, spanduk, brosur, dan artikel di media sosial. Pimpinan dan tim pembangun harus gencar melakukan sosialisasi sehingga menjadi sangat ramah didengar, dilihat dan diucapkan.
Yang dimaksud dengan senjata adalah mesin penjebol dinding zona integritas yang didalmnya terdiri dari komponen sikap mental, kompetensi teknis dan kekutan fisik. Yang termasuk sikap mental diantaranya niat, tekad, keyakinan, kemauan, komitmen, kesabaran dan lainnya. Yang dimaksud dengan kompetensi teknis adalah keterampilan mengerjakan tugas sesuai dengan tugas dan fungsi. Sedangkan kekuatan fisik adalah ketahanan otot untuk mengerjakannya. Komponen-komponen tersebut bersinergi menjadi sebuah mesin bor yang kokoh. Namun demikian mesin tersebut bulum dapat berfungsi karena memerlukan suplai bahan bakar berbentuk dukungan dan motivasi dari pimpinan. Termasuk sistem reward and punishment.
Senjata tersebut harus sangat kokoh karena akan digunakan untuk menembus didnding zona integrtitas yang terdiri dari 6 lapis. Keenam lapis yang dimaksud yaitu manajemen perubahan, penataan tatalaksanan, penataan manajemen SDM, penguatan akuntabilitas kinerja, penguatan pengawasan, dan peningkatan kualitas pelayanan publik. Lapisan-lapisan tersebut keras dan liat. Memerlukan teknologi dan trik yang canggih utuk menembusnya.
Itu ilustrasi sederhana pengalaman keikutsertaan mengantar instansi menuju zona integritas. Ilustrasi di atas sepertinya hiperbolik. Seperti film horor. Sengaja agar cerita zona integritas tambah seru. Bukan untuk menakuti. Hanya memberikan warning saja bagi instansi yang belum memulai agar menyambut pembangunan zona integritas dengan serius karena tidak dapat dilakukan seadanya.
Sebenarnya ceritanya dapat disederhanakan. Zona integritas adalah budaya bersih, tertib, terukur dan akuntabel. Ketika budaya tersebut sudah tertanam, maka menembus zona integritas tidak akan menemui kendala. Namun sebaliknya bagi instansi yang belum memiliki budaya tersebut, cerita di atas dapat dibuktikan kebenarannya.
Semoga zona integritas tidak sekedar retorika. Melainkan upaya besar untuk menata instansi pemerintah agar menjadi birokrasi berkelas dunia seperti yang dicita-citakan program reformasi birokrasi. Menembus zona integritas juga tidak sekedar untuk mencari legitimasi administrasi saja, melainkan harus ada substansinya, yaitu perubahan. Seperti yang pernah dipesankan oleh Kepala BDK Jakarta kepada Tim Zona Integritas BDK Jakarta. Menjadi instansi ber-zona integritas bukan sekedar mencari legiatimasi melalui selembar kertas, melainkan harus terjadi perubahan yang sebenarnya. Yang penting bukan kulinya, tapi kacangnya.