Artikel
Menelisik dengan Cerdik, Problematika Penggunaan HP pada Anak dan Remaja

Menelisik dengan Cerdik, Problematika Penggunaan HP pada Anak dan Remaja

Oleh: Riska Lestari
Guru pada MAN 1 Lebak

Jaman semakin berkembang, era teknologi semakin hari semakin banyak pembaharuan. Manusia seakan dituntut untuk mengikuti dan memahami teknologi agar tidak ketinggalan jaman. Salah satu contohnya adalah keberadaan gadget. Menurut www.telkomsel.com gadget (English) atau gawai (Indonesia) memiliki arti sebagai perangkat elektronik dalam ukuran kecil yang memiliki fungsi khusus dan terus mengalami perubahan.

Rasanya orang jaman sekarang semuanya mengenal gadget dan tentu saja di berbagai belahan dunia sudah banyak orang yang memilikinya. Sebut saja telepon genggam atau yang memiliki sapaan akrab yaitu handphone yang disingkat menjadi HP.  Pengertian handphone menurut student-activity.binus.ac.id  merupakan alat telekomunikasi elektronik dua arah yang dapat dibawa kemana-mana dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan berupa suara.

HP menjadi benda primadona bagi seluruh umat manusia, si kecil yang dapat dibawa kemanapun dan memiliki berbagai fungsi ini rasanya sangat mampu membuat orang merasa nyaman bahkan ketergantungan. Orang-orang menggunakan HP dengan keperluan yang beragam tentunya. Ada yang menggunakan HP untuk belajar, untuk pertemuan online, untuk komunikasi dengan kerabat dan keluarga, bahkan untuk keperluan belanja dan memesan ojek dapat dilakukan hanya dengan menggunakan HP. Maka tak heran, jika penggunaan HP kini sudah banyak diperbolehkan diberbagai perkantoran, kampus, bahkan di beberapa sekolah.

Namun sayangnya, di balik berbagai manfaat dari penggunaan HP dan internet ternyata justru dapat juga menimbulkan bahaya. Terlebih jika yang menggunakan adalah anak-anak dan para remaja. Bagi mereka yang masih memiliki jiwa eksplorasi tinggi, dapat dengan mudahnya mengakses berbagai macam aplikasi namun justru tidak begitu memiliki banyak manfaat atau hanya untuk memenuhi kepuasan semata saja. Misalnya pada saat mengakses media sosial. Pada beberapa anak dan remaja yang tidak bijak dalam penggunaan HP dan internet, media sosial dapat menjadi ruang yang mereka senangi tidak hanya untuk berbagi cerita positif saja, namun yang disayangkan dapat menjadi celah juga dalam melontarkan kata-kata yang tidak baik bahkan sebaran foto dan video yang tidak senonoh, sehingga hal seperti ini justru akan merugikan diri mereka sendiri.

Pada kejadian lain, HP yang digunakan untuk bermain game online rupanya dapat menimbulkan kecanduan dan tentu saja ini akan sangat berbahaya bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Sudah bukan wacana lagi, bahwa ada banyak kasus pada anak dan remaja yang mengalami penyakit  karena kecanduan HP. Hal ini sesuai dengan berita yang dikutip dari sumber terpercaya yaitu jawapos.com bahwa Psikiater Konsultan Anak dan Remaja RS Jiwa Menur, Ivana Sajogo, menyatakan rata-rata kasus kecanduan gadget dialami oleh usia 14-19 tahun. Ia bahkan telah menangani kasus seorang anak berusia 11 tahun yang merupakan anak termuda yang kecanduan gadget. Kasus ini bahkan naik sekitar 20 persen. Usia 14-19 tahun sering mendapatkan perawatan. Internet itu mengerikan dan menjadi penanganan yang kompleks.

Pada kasus lainnya, penggunaan HP di sekolah juga dapat memberikan efek bahaya jika tidak bijak dalam penggunaannya. Pasalnya di beberapa sekolah yang membolehkan siswanya untuk membawa HP dengan dalih untuk mendukung proses pembelajaran, rupanya justru dimanfaatkan oleh beberapa siswa ‘nakal’ untuk memainkan HP disaat jam belajar saat tidak ada guru. Bahkan yang lebih parah dari itu, siswa bisa saja diam-diam menggunakan HP saat proses belajar mengajar berlangsung padahal gurunya sedang dalam kelas. Tentu saja ini sangat berbahaya. Proses penerimaan materi menjadi tidak maksimal, proses belajar dianggap main-main, fokus siswa terganggu, dan dapat menimbulkan gesekan antar siswa dan guru.

Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika HP dapat lebih bijak lagi dalam penggunaannya dan hal ini merupakan PR kita bersama, baik dari pihak orang tua, pihak sekolah, bahkan personal anak sebagai pelaku utama yang memegang HP. Jangan sampai, keberadaan teknologi yang semakin hari semakin maju justru membuat pola pikir anak sekarang malah menjadi mundur. Jangan sampai, penanaman karakter yang sudah direncanakan dan dibentuk dengan baik oleh lingkungan keluarga dan sekolah justru menjadi terganggu hanya karena keberadaan HP di sekitar mereka.

Alangkah lebih baiknya jika orang tua tidak lelah untuk terus memberi tahu kepada anak-anak mereka agar lebih bijak dalam penggunaan HP agar mereka memahami etika penggunaan HP dan internet sehingga tidak sembarang akses. Tidak hanya itu, untuk pihak sekolah juga tentunya akan lebih baik apabila siswa yang dibolehkan membawa HP ke sekolah dalam pengawasan yang ketat dan dilakukan razia secara berkala untuk mewaspadai penggunaan HP yang tidak sesuai dengan mata pelajaran yang dibutuhkan akses internet di dalamnya.

Jika hal ini dapat dilakukan secara kolaboratif dan intensif, maka bahaya penggunaan HP dan akses internet dapat diminimalisasi dan kesadaran para pengguna khususnya untuk kalangan anak-anak dan remaja akan semakin tumbuh mengakar, sehingga mereka memahami bahwa dalam penggunaan teknologi harus dilakukan secara bijak agar tidak salah pijak.

Editor : Ika Berdiati