Krisis Etika Penggunaan Media Sosial Gen Alpha
Oleh : Rizka Desiana
MTs Negeri 1 Serang
Perkembaangan terknologi dan digital saat ini begitu pesat, informasi didalamnya mudah diakses oleh semua kalangan dan kontribusinya terhadap pendidikan bukanlah pembebasan. (Ziatdinov, R. & Cilliers, J. 2021). Sementara kemajuan teknologi akan memainkan peran penting di masa depan, pendekatan belajar-mengajar didunia pendidikan dan pendidik juga akan ditantang oleh generasi pendidikan tinggi berikutnya, yaitu Generasi Alpha (gen alpha). Dalam kegiatan belajar mengajar, pengajar sering memberikan tugas untuk mencari referensi di media sosial, baik itu dalam pembelajaran praktik ataupun teori.
Media sosial adalah sebuah media online dengan cara penggunanya dapat berpartisipasi, berbagi informasi, opini dan menciptakan isi. Media sosial diciptakan dengan tujuan agar penggunanya dapat berinteraksi dan saling berhubungan serta menjadi wadah untuk menerbitkan hasil karya kreativitas seseorang. Banyak sekali manfaat dari kehadiran media sosial di era digital seperti sekarang ini, manfaat yang bisa dirasakan dan berpengaruh di dalam berbagai bidang, seperti : pariwisata, kesehatan, pertahanan, pemerintah, bisnis, perbankan, telekomunikasi, milter, pendidikan, dan lain-lain. Media sosial membantu semua pekerjaan menjadi lebih mudah, terkhususnya adalah di dalam mempublikasikan visi, misi, target capaian, promosi dan berbagai kegiatan lainnya. Dengan kehadiran media sosial saat ini, semua menjadi mudah di akses, penyampaian dan penyebaran informasi ter-update bisa cepat diterima, media hiburan tidak melulu dari televisi dan youtube saja, tetapi sudah merambah ke media sosial. Media sosial semakin populer dalam kehidupan setiap orang, termasuk para pelajar.
Jika dahulu dikenal dengan istilah Gen Y atau era milenial dan dilanjut Gen Z, saat ini dunia memasuki Generasi Alpha atau yang lebih dikenal dengan istilah Gen Alpha. Gen alpha adalah generasi di era digital yang lahir di sepanjang abad ke-21, bermulai dari tahun 2010 hingga 2024 ini, sedangkan Usia pelajar berada di antara usia 7 tahun sampai 17 atau 18 tahun yang berarti pelajar termuda dengan kelahiran 2017 dan tertua pada kelahiran 2006. Gen alpha dengan kelahiran 2010 saat ini berusia 14 tahun dan berada di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs).
Menurut data sensus penduduk Indonesia tahun 2020, diketahui jumlah penduduk dari Generasi Z yaitu sebanyak 74,93 juta jiwa atau 27,94% dan Post Gen Z/Generasi Alfa sebanyak 29,17 juta jiwa atau 10,88%. Berkaitan dengan tabel tahun kelahiran generasi, maka sampai saat ini generasi Alfa akan terus bertambah. Seperti yang dikatakan Kihajat Dewantara ; “Didiklah para siswa sesuai dengan kodrat zaman”, situasi tersebut membawa kita sebagai pendidik harus mengimbangi keilmuan yang dimiliki dengan kecakapan digital yang mumpuni dan pentingnya memberikan fasilitasi pembelajaran yang sesuai dengan zaman dan karakteristik dari gen alfa itu sendiri.
Karakter gen alpha berdasarkan data yang berhasil di himpun oleh Yoga Prismanata (eduprisma.com) melalui beberapa publikasi penelitian, survei, dan artikel ialah sebagai berikut :
- Pengguna digital asli (digital natives)
- Tingkat kecerdasan tinggi
- Kurang bersosialisasi dan individualis
- Daya kreativitas yang kurang
- Pengguna aktif gadget dan aplikasi
- Rentang perhatian pendek
- Instan, praktis, dan kurang menghargai proses
Dari karakter tersebut, dampak era digital sangat berpengaruh terhadap gen alfa. Diperlukannya perhatian khusus, bimbingan dan arahan pendidik dari madrasah dan orang tua di rumah. Mereka nyaris tidak lepas dari gadget dan penggunaan aplikasi didalamnya, waktu yang digunakan habis untuk berinteraksi dengan media sosial, hingga interaksi dengan dunia nyata disekitarnya menjadi pasif.
Fenomena yang terjadi pada gen alpha saat ini cukup miris, intensitas penggunaan sosial media dikalangan gen alpha lebih interaktif dan peka dengan konten-konten terbaru. Diusia gen alpha, rasa ingin tau, mencoba serta menirukan konten-konten di sosial media sangat tinggi sehingga mengabaikan etika dalam bersosial media. Penggunaan media sosial ini terkadang disalahgunakan oleh gen alpha tersebut.
Pembulian, penggunaan bahasa yang kurang sopan dan aksi kekerasan adalah sedikit dari banyaknya penurunan etika yang dilakukan dalam keseharian mereka dan menjadikannya hal yang dianggap biasa. Terkikisnya rasa menghargai karya orang lain serta menjadi terbiasa menggunakan kata kasar, provokatif, porno dan menyinggung SARA sangat disayangkan terjadi di gen alpha ini.
Perkembangan media sosial secara langsung berdampak terhadap tatanan dari perilaku manusia, baik sebagai sarana informasi maupun sebagai sarana sosialisasi dan interaksi antar manusia. Diusia gen alpha masih terlalu dini dengan dampak negatif yang sangat menyita perhatian, khususnya perhatian orang tua dan pendidik.
Menurut hasil penelitian Putri Rahmadhani dkk pada jurnal JUPEIS (2022), menunjukkkan bahwa media sosial berpengaruh terhadap perkembangan moral remaja, Sosial media sebagai sumber referensi belajar dan juga hiburan bagi mereka sebaiknya diimbangi dengan kebiasaan keseharian dan peningkatan ibadah yang baik agar pembentukan karakter dan etika mereka jauh lebih baik lagi.
Editor : Ika Berdiati