Artikel
Konsep Fleksibelitas dan Kebebasan Dalam Kurikulum Merdeka

Konsep Fleksibelitas dan Kebebasan Dalam Kurikulum Merdeka

Oleh : Heni Setiana
Guru pada MAN 5 Tangerang

Seiring dengan perkembangan zaman dan tantangan global yang semakin kompleks, sistem pembelajaran di Indonesia perlu melakukan penyesuaian untuk menghadirkan pembelajaran yang relevan dan bermakna bagi siswa. Ditambah dengan adanya Pandemi Covid-19 yang memberi dampak ke segala aspek, termasuk aspek guruan sehingga mengakibatkan learning loss. Menurut Wibawati 2022 (dalam Nasser et al., 2024) learning loss berdampak terhadap ketertinggalan pembelajaran, kehilangan kompetensi yang telah dipelajari sebelumnya, tidak mampu menuntaskan pembelajaran di jenjang kelas maupun mengalami efek majemuk karena tidak menguasai pembelajaran pada setiap jenjang. Dalam konteks ini, pemerintah melalui Kemendikbud Ristek memperkenalkan Kurikulum Merdeka sebagai salah satu langkah reformasi guruan. Kurikulum ini merupakan bagian dari kebijakan merdeka belajar yang bertujuan untuk memberikan ruang lebih besar bagi guru dan sekolah dalam menentukan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

Prinsip dasar kurikulum merdeka adalah menjadi kerangka kurikulum nasional, dan memberi fleksibelitas yang besar, serta bisa diterjemahkan dalam konteks yang berbeda (Litbang Kompas, 2024). Kurikulum merdeka menawarkan konsep fleksibelitas dan kebebasan yang sebelumnya tidak tersedia dalam kurikulum-kurikulum sebelumnya. Fleksibelitas ini mencakup kebebasan bagi satuan guruan dan guru untuk menyesuaikan kurikulum berdasarkan kondisi lokal, kemampuan siswa, serta sumber daya yang tersedia di satuan guruan. Kurikulum merdeka juga memberikan kebebasan kepada guru, siswa, dan masyarakat untuk menciptakan konten dan metode pembelajaran yang lebih inovatif serta kreatif (Tunas & Richard, 2024).

Keberagaman kemampuan siswa perlu diakomodasi menggunakan pembelajaran berdiferensiasi. Pembelajaran berdiferensiasi memiliki pandangan bahwa setiap siswa diberikan kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan bakatnya. Hal tersebut memerlukan kreativitas guru dalam memberikan pembelajaran yang bermakna bagi setiap siswa untuk mencapai kompetensi yang ingin dituju (Nasser et al., 2024).

Perubahan kurikulum bukan hal yang aneh, pro dan kontra muncul demi memastikan perubahan kurikulum benar-benar bermanfaat untuk meningkatkan kualitas guruan. Pada dasarnya, setiap anak itu unik, untuk itu pendekatan yang digunakan dalam kurikulum merdeka adalah holistik fleksibel dan fokus pada kompetensi anak. Pendekatan holistik fleksibel diharapkan mampu mengembangkan minat dan bakat masing-masing individu (Litbang Kompas, 2024). Adapun ciri-ciri dan prinsip fleksibel, yaitu fleksibel dalam implementasi, menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi, pengembangan karakter dan kompetensi, serta gotong royong dan kolaborasi (Tunas & Richard, 2024).

Konsep kebebasan dalam implementasi kurikulum merdeka memiliki arti bahwa guru memiliki kesempatan kepada siswa untuk mendesain metode pembelajaran secara mandiri. Guru dan siswa dapat memperoleh kebebasan berpikir tanpa bergantung pada kendala guruan, sehingga memungkinkan guru mengembangkan potensi diri untuk merancang tujuan pembelajaran sesuai dengan potensi satuan guruannya. Menurut Aini (2022) konsep kebebasan belajar menekankan pentingnya siswa mempunyai kesempatan untuk belajar sendiri dengan kreativitasnya. Dalam hal ini, guru menjadi fasilitator pembelajaran agar siswa tidak keluar dari konteks materi yang diberikan (Tunas & Richard, 2024).

Menurut Tunas dan Richard (2024), cara guru memanfaatkan kebebasan kurikulum merdeka, yaitu dengan cara mengembangkan modul ajar sesuai kondisi siswa, menggunakan metode dan perangkat ajar yang sesuai, mengembangkan kemampuan dan kompetensi yang efisien, dan membangun suasana belajar yang menarik. Menurut Fitra (2023) satuan guruan memiliki lebih banyak otonomi dalam merancang kurikulum dengan menciptakan program- program unik yang menarik bagi siswa dan mencerminkan nilai-nilai kearifan lokal daerahnya. Keunggulan kurikulum merdeka terurai sebagai berikut:

  1. Fleksibel dalam penyusunan kurikulum
    Salah satu fitur utama kurikulum merdeka adalah memberikan keleluasaan kepada sekolah dalam menyusun kurikulum sesuai dengan kebutuhan minat bakat siswa, sesuai sumber daya yang tersedia dan materi yang relevan dengan kearifan lokal. Sehingga setiap daerah dapat menyusun kurikulum pengajaran tanpa mengeluhkan keterbatasan teknologi, karena pembelajaran dapat disesuaikan dengan kondisi serta sumber daya yang tersedia.

  2. Kebebasan guru dalam metode pengajaran
    Dalam kurikulum merdeka, guru memiliki kebebasan lebih besar untuk memilih metode pengajaran yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa di kelas. Ini memungkinkan guru untuk menjadi lebih kreatif dalam merancang aktivitas pembelajaran yang menarik dan interaktif. Sebagai contoh, beberapa satuan guruan telah mengadopsi pendekatan berbasis proyek (project-based learning) di mana siswa terlibat langsung dalam pemecahan masalah nyata, yang mendorong kreativitas dan keterampilan berpikir kritis.

  3. Penilaian berbasis Proses
    Salah satu perubahan besar dalam kurikulum merdeka adalah pergeseran fokus dari penilaian berbasis akhir (output-based assesment) ke penilaian berbasis proses (process-based assessment). Dalam model ini, siswa dinilai berdasarkan perkembangan dan keterlibatan mereka dalam proses pembelajaran, bukan semata-mata hasil ujian. Guru perlu membuat rubrik penilaian proses untuk melihat kemajuan pembelajaran setiap siswanya.

  4. Peluang dan tantangan di masa depan
    Kurikulum merdeka membuka banyak peluang bagi peningkatan kualitas guruan di Indonesia terutama dengan memberikan kebebasan dan fleksibelitas yang lebih besar bagi satuan guruan dan guru. Sekolah yang dapat mengoptimalkan kebebasan ini berhasil menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih dinamis dan relevan dengan kebutuhan siswa di era modern ini. Proses pembelajaran diharapkan mampu memberikan jawaban kepada siswa dalam menjawab tantangan zaman.

Kurikulum merdeka merupakan upaya reformasi pendidikan yang menekankan felsibilitas dan kebebasan dalam proses pembelajaran. Kurikulum merdeka bertujuan untuk memberikan ruang bagi guru dan sekolah dalam menyesuaikan kurikulum sesuai kebutuhan lokal, potensi siswa serta kondisi sekolah masing-masing. Kebebasan dalam metode pengajaran memungkinkan guru lebih kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi, yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan mendorong pembelajaran yang bermakna. Kurikulum Merdeka diciptakan bukan sekedar mengganti kurikulum sebelumnya, melainkan untuk memperbaiki sistem agar siswa mampu beradaptasi dengan perkembangan saat ini.

Melalui pembelajaran fleksibel dan kebebasan, pengembangan keterampilan abad ke-21, pemberdayaan guru, mendorong inovasi, pembangunan kemandirian siswa, dan relevansi guruan yang efektif dan relevan sesuai zamannya. Dengan perencanaan yang tepat, kurikulum merdeka dapat menjadi alat yang efektif dalam membentuk generasi yang lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan masa depan.


DAFTAR PUSTAKA
Nasser, M. K., Muhammad, N., Muhammad, N., Sumarni. (2024). Kebijakan dan Implementasi Pembelajaran Berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka yang Fleksibel; Apakah Memang Fleksibel?. Jurnal Review Guruan dan Pengajaran, 7 (1) from https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jrpp/article/download/24801/17279/ 79633

Litbang Kompas. 2024. Guruan Tawaran dari Kurikulum Merdeka. Jakarta: Kompas.

Tunas, K. O., Richard, D. H. P., (2024). Kurikulum Merdeka: Meningkatkan Kualitas Pembelajaran dengan Kebebasan dan Fleksibelitas. Journal on Education, 06 (04) from https://jonedu.org/index.php/joe/article/download/6324/5049/

Fitra, D., (2023). Kurikulum Merdeka dalam Guruan Modern. Jurnal Inovasi Edukasi, 06 (02) from https://ejournal.unaja.ac.id/index.php/JIE/article/download/953/707