Hubungan Antara DILAN (Pendidikan Dalam Jaringan) dan MILEA (Milennial Era) Pada Masa Pandemi COVID-19
Oleh: Riska Lestari, S.Pd
Guru pada MAN 1 Tangerang
Indonesia dan banyak Negara di dunia tahun ini tengah mengalami musibah besar, berupa penyakit yang disebabkan oleh virus jenis baru yang dikenal dengan istilah COVID-19 (Corona Virus Diseases). Virus Corona membuat aktivitas manusia berubah total untuk beberapa minggu bahkan bulan. Perubahan ini terjadi pada banyak aspek, mulai dari aktivitas perekonomian, industri, sosial, bahkan pendidikan.
Aktivitas manusia dalam mengenyam pendidikan biasanya identik dengan interaksi secara langsung (tatap muka) antara guru dan juga siswa-siswi di gedung sekolah. Menyampaikan bahan ajar dan menerima materi pelajaran, kegiatan tanya jawab, diskusi, presentasi, dan segala macam metode pembelajaran kreatif digunakan guru agar pembelajaran di lingkungan sekolah dapat berjalan efektif dan menarik hati peserta didik.
Namun sayangnya, virus Corona membuat suasana belajar di bangku sekolah sirna untuk beberapa waktu lamanya, pembelajaran tatap muka, kini beralih pada kegiatan belajar tatap maya. Guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mengemas pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi. Sementara siswa, dituntut untuk tetap aktif dan disiplin dalam pembelajaran online atau terjemahan bahasa yaitu daring (dalam jaringan).
Pada sumber tek.id menyebutkan bahwa aktivitas yang memanfaatkan teknologi dikenal dengan istilah Industry 4.0, yang pertama kali digemakan pada Hannover Fair, 4-8 April 2011. Istilah ini digunakan oleh pemerintah Jerman untuk memajukan bidang industri ke tingkat selanjutnya dengan bantuan teknologi.
Sementara itu, seiring berjalannya waktu Indonesia juga menjadi Negara yang mengikuti arus perkembangan zaman dengan melakukan transformasi menuju industri 4.0. Ternyata memang benar adanya. Industri 4.0 terjadi pada masa kini, teknologi membuat aktivitas manusia bergantung padanya. Terlebih dengan adanya Corona, mau tak mau manusia harus pandai memanfaatkan teknologi untuk menunjang kehidupannya sehari-hari.
Tapi ternyata, untuk sebagian masyarakat perkembangan teknologi dan segala kecanggihannya justru terasa menyulitkan. Seperti pada kegiatan belajar mengajar yang mengharuskan guru dan siswa menggunakan Handphone ataupun laptop sebagai alat penunjang, tentunya tak lupa kuota internet untuk mengakses info perintah belajar. Mungkin jika hanya satu hari atau satu minggu bisa saja terasa nyaman dan menyenangkan. Tidak perlu susah payah bersuara keras untuk sekedar menjelaskan materi agar siswa memahami, tidak perlu lelah memikirkan tingkah siswa-siswi yang terkadang menyulut emosi, dan tak perlu menghabiskan banyak tenaga untuk melangkah ke sekolah. Para siswa juga tentu setuju, jika pada pekan pertama, mereka merasa senang karena belajar beralih di rumah. Tidak perlu bergegas mandi terlalu pagi untuk siap-siap ke sekolah, tidak perlu datang lebih awal agar tidak terkena hukuman, tidak perlu menahan kantuk karena mendengar penjelasan guru yang terlalu panjang, atau tugas diskusi dan presentasi yang bisa membuat mereka grogi tak terkendali.
Iya, kenyamanan itu terjadi hanya pada pekan awal saja, saat Pemerintah mengumumkan untuk belajar dari rumah dengan jeda tidak lebih dari satu bulan. Tetapi seiring berjalannya waktu, ternyata virus corona mampir di Indonesia lebih lama dari yang kita semua kira, lima bulan berjalan para siswa belajar dari rumah dan entah akan sampai kapan.
Rasa bosan mulai menyelimuti para siswa, keluhan dari para orangtua pun kerapkali muncul. Mulai dari masalah jaringan, biaya kuota internet yang mahal, laptop yang mengalami kerusakan, handphone hasil pinjaman, hingga perasaan malas belajar kian hari kian menghantui. Ternyata, gurupun mengalami hal serupa, terlebih hampir setiap hari harus memikirkan terkait bahan ajar dan metode yang tepat, agar materi dapat diterima dengan baik dan siswa dapat memahaminya.
Oleh karena hal tersebut, pendidikan dalam jaringan benar-benar menjadi tantangan besar. Semua elemen masyarakat terlibat dalam mewujudkan proses belajar dan mengajar di masa Pandemi, sebab bagaimanapun juga pendidikan merupakan hal yang sangat vital dalam mementukan masa depan bangsa.
Lantas, hal apa saja yang kiranya dapat dilakukan? agar guru dapat menjadi seorang Pendidik yang tidak hanya khatam dalam menguasai materi, tetapi juga mampu menjawab tantangan zaman yaitu dengan menguasai teknologi untuk kepentingan dalam dunia pendidikan.
Berikut merupakan beberapa cara yang menurut saya dapat diterapkan oleh para guru, guna kelancaran proses pembelajaran selama masa Pandemi:
- Hendaknya guru membiasakan diri untuk mengikuti berbagai seminar atau workshop secara daring (webinar) untuk menambah wawasan tentang pembelajaran di era New Normal.
- Merancang materi ajar sekreatif mungkin (baik dalam bentuk power point, pdf, atau bahkan video)
- Memanfaatkan social media (facebook, instagram, google+, youtube, dll) atau social messaging (whatsapp, telegram, dll) sebagai media belajar agar dalam proses belajar tidak monoton.
- Mencoba dengan melakukan tatap maya/video conference pada pertemuan belajar tertentu.
- Tidak membebani siswa dengan setumpuk tugas di setiap pertemuan.
- Mengimplemtasikan pendidikan karakter sesuai mata pelajaran pada siswa agar tidak terfokus pada buku/catatan/tayangan materi formal saja.
- Menerapkan komunikasi serius tapi santai kepada siswa, agar mereka tidak merasa tegang dengan cara pengajaran yang dilakukan guru.
- Memberikan respon kepada siswa yang telah tunai dalam melaksanakan tugas atau perintah belajar, agar mereka merasa dihargai dan tidak merasa sia-sia mengerjakan tugas sekolah meski secara daring.
Lalu, berdasarkan paparan di atas, apa hubungannya antara Dilan dan Milea? Serupa judul film yang sempat digandrungi para remaja milennial, dan kini nama tokoh yang viral tersebut rasanya cocok untuk dijadikan singkatan yang berkaitan dengan peristiwa saat ini.
Pendidikan dalam Jaringan atau kita sebut saja DILAN, memiliki pengaruh besar terhadap Milennial Era atau kita singkat menjadi MILEA. Bagaimana tidak? Pembelajaran daring membuat siswa suka tak suka harus mampu menguasai teknologi, generasi milennial mungkin kerapkali merasa bosan dan dibuat pusing karena tidak memahami sepenuhnya tentang teknologi pembelajaran secara daring, namun secara tidak langsung hal ini juga dapat menjadi bekal mereka kelak menghadapi tantangan zaman yang semakin rumit di masa mendatang nanti.
Jika sekarang kita sedang ada dalam masa industri 4.0, tidak menutup kemungkinan beberapa tahun kemudian industri 5.0 semakin menuntut kemampuan penguasaan teknologi yang lebih dari pada ini, dan sudah menjadi tugas generasi millennial untuk dapat bersaing dan mengikuti perkembangan zaman. Sebab jika tak mau dan tak mampu, maka ia akan tergilas oleh zaman. Bukan begitu?
Transformasi digital memang bukan pilihan, tetapi sebuah keharusan, dan merupakan tugas kita bersama selaku Pendidik untuk mau belajar lagi dan lagi menghadapi perkembangan teknologi. Sementara tugas orang tua, membimbing anak-anaknya dengan penuh sabar dan tulus agar tidak merasa jenuh untuk belajar sebagai langkah menata masa depan mereka. Terlebih untuk siswa, sebagai pribadi yang memegang kendali penuh untuk merangkai mozaik masa depan mereka sendiri.
Pada akhirnya, walau bagaimanapun juga masing-masing kita turut mengambil bagian dalam mencetak generasi millennial masa kini. Sebab, kalau bukan kita, siapa lagi?
Semangat mengemban amanah mulia untuk para Pendidik dimana pun berada,
dan semangat menata masa depan, para Generasi Milennial Indonesia!