Haruskah Kembali Daring?

Oleh: Linayeti, S.Pd.
Guru pada MTs Al-Falah Cilograng, Kab. Lebak-Banten

Sebagaimana yang kita ketahui, sejarah mencatat tentang pandemi Covid-19 menjadi momok bagi seluruh dunia sejak akhir 2019 lalu. Pada 11 Maret 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi. Begitu juga dengan pemerintah Indonesia, menetapkan kondisi tersebut menjadi bencana nasional. Baik di dalam negeri maupun di dunia internasional,  pandemi Covid-19 sudah memakan korban jiwa yang tak sedikit.

Sejak pandemi Covid-19, terdapat berbagai kebijakan pemerintah Indonesia untuk menekan penyebaran virus covid-19. Kebijakan tersebut mulai dari PSBB, PSBB Transisi, PPKM Darurat hingga PPKM empat kali. Selain itu, protokol kesehatan, program vaksin dan program 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun menggunakan air mengalir, dan menjaga jarak hindari kerumunana) terus digembor-gemborkan.

Akibat kebijakan tersebut, semua sektor pariwisata dan perdagangan otomatis lumpuh total. Perekonomian masyarakat semakin terpuruk, banyak pengangguran di mana-mana.

Selain sektor pariwisata dan perdagangan, pandemi Covid-19 pun menerpa pada sistem pendidikan. Sejak ditetapkannya sebagai bencana nasional, pemerintah Indonesia melalui menteri pendidikan membuat kebijakan baru. Kebijakan tersebut mengharuskan menjalankan pembelajaran secara daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Dampak kebijakan pembelajaran daring atau PJJ tentu saja membawa perubahan dalam dunia pendidikan. Semula proses belajar mengajar dengan tatap muka berubah menjadi PJJ dengan memanfaatkan tekhnologi. Pembelajaran daring atau PJJ menjadikan pendidik dan peserta didik harus memahami faktor pendukung dalam pemebelajaran. Faktor pendukung tersebut adalah internet dan gadget.

Dari segi manfaat, pembelajaran daring atau PJJ telah merubah pendidikan di Indonesia ke arah digitalisasi. Semu pihak jadi akrab dan mahir dengan digitalisasi. Internet dan gadget yang merupakan faktor pendukung dalam digitalisasi menjadi konsumsi sehari-hari.

Selain hal positif,  faktor negatif juga timbul dari adanya pembelajaran daring atau PJJ. Tanpa disadari, seringnya berinteraksi dengan internet dan gadget tak sedikit peserta didik yang kecanduan. Sedangkan interaksi dengan dunia nyata menjadi menurun dan harus berdiam diri di rumah.

Akibat dari pembelajaran daring pun banyak menimbulakan kasus yang dialami oleh pihak madrasah, peserta didik, dan juga orangtua.

1. Kasus yang dialami oleh pihak Madrasah

  1. Setiap madrasah belum tentu memiliki sarana prasarana di dalam pembelajaran daring terutama madrasah yang ada di pelosok pedesaan. Jaringan internet menjadi kendala pihak madrasah dalam pembalajaran daring.
  2. Banyak pendidik menjadi sibuk membuat konten yang menarik untuk pembelajaran daring. Seorang pendidik diharuskan pintar menggunakan tekhnologi dalam proses pembelajaran. Namun bagi pendidik yang masih awam itu menjadi masalah besar. Selain berpikir bagaimana cara mencerdasakan anak bangsa, pendidik juga harus berpikir bagaimana cara membuat konten dan pembelajaran yang efektif. Sehingga banyak pendidik yang mengikuti pelatihan terkait pembelajaran daring. Dengan mengikuti pelatihan secara daring tersebut tentu saja membutuhkan jaringan internet dan waktu yang tak sedikit. Sehingga menguras biaya dan tenaga pula.
  3. Banyak pendidik merasakan bahwa materi sukar tersampaikan pada peserta didik. Hal ini diakibatkan oleh terkendalanya jaringan internet atau akses daerah yang berada di pelosok. Kemudian semangat peserta didik pun yang mulai menurun akan belajar dan mengerjakan tugas.

2. Kasus yang dialami oleh peserta didik. Banyak kasus di lapangan yang dialami oleh peserta didik terkait pembelajaran daring. Kasus-kasus tersebut diantaranya:

  1. Learning loss merupakan hilangnya pengetahuan dan kemampuan peserta didik, baik secara spesifik atau umum, yang dipengaruhi berbagai faktor. Hal ini akibat dari pembelajaran daring yang kurang epektif sehingga menurunnya dan hilangnya minat belajar peserta didik. Mendikbud-Ristek Nadiem Makarim mengatakan pembelajaran daring atau PJJ ciptakan learning losss terbesar dalam sejarah RI (dw.com)
  2. Kecanduan game dan gadget meningkat saat pandemi Covid-19. Perusahaan Verizon menyatakan presentase pengguna game online meningkat 75 persen selama Covid-19. Peningkatan ini terjadi karena ratusan juta orang diimbau tetap berada di rumah dan banyak orang memilih bermain game untuk mengisi waktu luang (cnnindonesia.com)
  3. Putus sekolah tercatat mengalami peningkatan sebesar 1,12 persen selama pandemi Covid-19. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekhnologi (Mendikbud riset) Nadiem Makarim mengatakan, penyebab tingginya angka putus sekolah karena pembelajaran daring atau PJJ (merdeka.com)
  4. Pernikahan dini meningkat selama pandemi Covid-19. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak melaporkan peningkatan angka perkawinan anak usia 12-17 tahun sekitar 400-500 anak selama pandemi Covid-19 (kompas.com)
  5. Kasus pernikahan dini dipengaruhi beberapa factor diantaranya karena hamil di luar nikah. Kasus ini meningkat selama Covid-19 di beberapa daerah di Indonesia (liputan6.com). selain itu, Kepala BKKBN RI Hatso Wardoyo mengatakan tingkat kehamilan remaja yang tidak direncanakan selama pandemi covid-19 terus meningkat dan bisa menimbulkan akibat fatal (kompasiana.com)
  6. Kasus stress, mudah marah hingga bunuh diri meningkat pada pandemi Covid-19. Menurut catatan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), bosan, kesepian, mudah marah, dan tress dirasakan oleh sejumlah pelajar selama proses pembelajaran daring atau PJJ. Pada kasus ekstrim, depresi anak selama pandemi diduga berujung pada kasus bunuh diri (bbc.com)
  7. Kenakalan remaja hingga tawuran menunjukan indikasi meningkat pada masa pandemi Covid-19. Sepertinya pembelajaran daring atau PJJ tidak sesuai dengan harapan. Masih ada remaja yang melakukan aktivitas di luar rumah. Aktivitas di luar rumah yang dilakukan remaja tersebutdinilai sangat keterlaluan karena masih ada polisi yang berhasil menciduk dan menangkap pelajar melakukan kenakalan remaja, balapan liar, minum-minuman, hingga tawuran (kompasiana.com)

3. Kasus yang dialami oleh orangtua

  1. Banyak orangtua yang mengeluh dengan proses pembelajaran daring
  2. Terbebani dengan pembelajaran daring anaknya
  3. Stress menghadapi tugas sekolah anak-anaknya
  4. Stress menghadapi anaknya yang sulit belajar
  5. Pencurian gadget demi belajar daring anak
  6. Pembunuhan anak akibat stres

Pada September 2021, pembelajaran sudah mulai menerapkan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) karena pandemi Covid-19 dirasa sudah menurun. Semua kalangan menyambutnya dengan bahagia, baik pihak sekolah atau pun orang tua dengan proses pembelajaran tatap muka tersebut.

Banyak pihak setuju bahwa tiga semester belajar secara daring atau PJJ dianggap tidak efektif. Apalagi untuk pembelajaran di daerah terpencil yang masih darurat akan jaringan internet. Selain permasalahan jaringan internet dan tekhnologi, kasus learning loss pun mengancam sistem pendidikan.

Kini, ada kabar yang mengharuskan PTM dihentikan. Hal tersebut sesuai dengan surat edaraan nomor B-3/DJ.I/Dt.1.1/PP.00/01/2022 tentang Penyesuaian Penyelenggaraan Pembelajaran di Madrasah dalam Mengantisipasi Penyebaran Varian Omicron, Covid-19. Surat edaran ini bertujuan untuk mendorong semua penyelenggara pembelajaran di madrasah untuk melakukan prinsip kehati-hatian pada penyelenggaraan pembelajaran di masa pandemi Covid-19.

Kebijakan menghentikan PTM didasarkan pada kasus pandemi Covid-19 varian Omicron yang semakin melonjak di berbagai daerah. Hal tersebut berdasarkan info dari Kementrian Kesehatan RI bahwa pertanggal 2 Februari 2022 perkembangan covid-19 di Indonesia semakin meningkat. Jumlah kasus terkonfirmasi positif covid-19 menjadi 4.387.286 dengan 4.148.804 sembuh dan 144.373 jiwa meninggal.

Jika pembelajaran daring harus kembali diberlakukan lagi, apakah semua pihak sudah siap menghadapinya? Khususnya bagi madrasah dan peserta didik yang berada di pelosok daerah. Yang masih terkendala dengan jaringan internet dan belum kenal dengan gadget.

Jika pembelajaran daring harus kembali, apakah kasus-kasus yang terjadi selama pembelajaran daring tidak akan muncul lagi?

Harapannya, jika PTM dihentikan dan harus kembali daring, pemerintah harus menyiapkan segala kebutuhan pembelajaran bagi semua pihak dengan merata.

Namun kita berharap, PTM tetap berjalan dan pandemi Covid-19 segera sirna dari kita. Aamiin.