GURU MERANA
Oleh : Syukur
Guru pada SMA Negeri 3 Sanggau
Pola kehidupan baru atau dalam istilahnya new normal telah mengantarkan berbagai sendi kehidupan mulai tertata ulang, begitu juga guru yang dihadapkan pada situasi dan kondisi saat wabah Corona Virus Disease -19 “Covid-19” menuntut kompetensi dirinya tetap hidup dan berkembang dalam segala aspek kebutuhan pembelajaran yang disesuaikan dengan cara baru.
Maksud guru merana di satu sisi mengandung maksud kegelisahan atau kurang nyaman dengan serba kesederhanaan metode dan strategi untuk mencapai tujuan belajar dan di sisi lain memiliki maksud pesan guru mengajar rasa corona “Merana” sebab dampak pandemi wabah yang perlu dijawab dengan kreativitas model mengajar distance learning berbasis teknologi yang mampu menjawab guru merana “perasaan” itu dengan guru merana “mengajar rasa corona” sebagai terobosan yang inovatif dalam menjawab tantangan baru.
Guru merana dengan kondisi sekarang karena memikirkan perkembangan belajar peserta didik yang sebelumnya dapat belajar ceria, bersosialisasi dengan teman dan tidak terasa asing dengan lingkungan belajar, juga tatap muka di kelas dipandu oleh guru secara langsung dan sekarang keadaan terbalik sehingga guru tidak bisa mengajar secara merdeka, semua serba terbatas mulai dari rencana pelaksanaan pembelajaran, aktivitas belajar hingga evaluasi akhir termasuk faktor dari orang tua bahkan masyarakat.
Inilah sebagian dari upaya kebijakan strategis ketika guru merana menjawab tantangan yang membelenggu kemerdekaan mengajar. Tantangan itu membutuhkan keberanian, yang harus dilawan dengan tindakan kreatif. Jika guru ingin dirinya merdeka mengajar harus berani menghadapi tantangan yang ada dihadapannya dengan beban dan tanggungjawab yang diamanahkan sebagaimana kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Melalui pelaksanaan pembelajaran distance learning berbasis teknologi guru tetap dapat memperhatikan aktivitas belajar peserta didik secara online, yaitu dengan mengeksplorasi semua kompetensi kurikulum 2013 dengan pengembangan teknologi dalam dunia pendidikan dengan mengalihkan metode konvensional dan ceramah kearah penggunaan media pembelajaran dalam bentuk media cetak buku maupun audio visual yang ditampilkan melalui jaringan internet yang hanya terpisah oleh ruang nyata.
Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran dapat mempermudah dalam mengakses sumber informasi, berkomunikasi dengan guru, dan menjadi media kerjasama yang saling menguntungkan antara guru dengan peserta didik. Mampu mengakses sumber informasi perpustakaan online, sumber literatur, akses hasil-hasil penelitian, dan dapat mengakses sumber materi belajar dengan lebih mudah, praktis dan cepat. Sedangkan sebagai media kerjasama internet bisa menjadi media untuk melakukan tinjauan ilmiah dalam pembelajaran secara online.
Ada dua model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam pengembangan sistem distance learning berbasis teknologi maupun internet selama pandemi corona
1. Web course dimaksud dapat menggunakan internet sebagai kebutuhan belajar, peserta didik dan guru yang terpisah penuh tanpa ada tatap muka. Semua bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, evaluasi, dan kegiatan pembelajaran lainnya secara menyeluruh disampaikan melalui internet.
Web course selain secara total dalam distance learning, juga memiliki keunggulan pada peserta didik diantaranya; melatih kemandirian belajar sehingga mampu mengelola kapan waktu belajar yang tepat karena tidak dipantau oleh guru secara langsung melalui jarak dekat, melatih keseriusan belajar yang lebih sungguh-sungguh dalam menghadapi persoalan yang dirasa sulit peserta didik akan meningkatkan aktivitas belajar dengan menggali sumber materi dari berbagai literature melalui teknologi internet secara online, dan melatih bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri dalam menyelesaikan seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran.
2. Web centric course dimaksud dapat menggunakan internet dengan memadukan belajar tanpa distance learning dan tatap muka “konvensional” yang sebagian materinya disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka jika sangat diperlukan, fungsinya dapat saling melengkapi. Dengan model ini guru dapat mengarahkan peserta didik untuk mempelajari materi pelajaran melalui ketersediaan menu belajar dalam web yang dipandu secara online.
Untuk cara kedua meskipun dalam situasi pandemi corona kemungkinan penerapannya berdasarkan zona pada wilayah atau tempat tertentu yang sifatnya terkendali, sehingga potensi untuk sebagian kecil waktu belajar yang sifatnya penting dapat dilakukan dengan tatap muka dengan memperhatikan kapasitas ruang 50% dari kondisi normal, walaupun dilakukan secara bergantian dalam satu kelas pembelajaran.
Penerapan distance learning dalam pembelajaran agama Islam dalam perspektif isi materi pelajaran yang diajarkan dengan menggunakan web course dapat diperhatikan dari kompetensi unsur akidah atau keimanan, kepribadian atau karakter, sejarah atau perkembangan peradaban Islam, mu’amalah dan kajian ayat-ayat al Qur’an, kesemuanya memungkinkan sekali dilakukan dengan cara web course. Disamping materi yang terkandung berpotensi memiliki literature online yang banyak juga tidak memiliki tingkat penjelasan materi yang rumit secara online karena dapat disederhanakan tanpa mengurangi maksud dan tujuan makna materi.
Sedangkan web centric course dilihat dari perpektif peserta didik bersifat pendisiplinan diri dan pemantapan bacaan pada ayat-ayat al Qur’an yang pada umumnya di sekolah umum atau SMA memiliki hambatan dalam membaca huruf hija’iyah, maka jika dimungkinkan dapat pertemuan tatap muka bergantian waktu dengan daya tampung terbatas. Meskipun begitu masih dapat dicarikan solusi dengan audio visual seolah tatap muka dengan guru secara langsung bisa dengan video whastapp, zoom claude meeting, google meeting, dan youtube.
Hakikat kedua model pembelajaran distance learning tersebut diatas tetap mengutamakan sistem yang mudah dan sederhana sehingga peserta didik dapat memanfaatkan sajian menu teknologi yang ada secara maksimal, tersedianya panel yang mudah dipahami oleh peserta didik, memaksimalkan waktu belajar dengan mengurangi aktivitas kurang penting dengan penyerapan waktu seefesien mungkin.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru merana secara perasaan dengan guru merana secara keadaan memiliki potensi solusi yang inovatif mampu merencanakan pembelajaran rasa corona dengan distance learning berbasis teknologi melalui model web course, dan web centric course agar pembelajaran tetap terkendali secara mandiri sesuai waktu, tempat, terencana, dan terukur. Motivasi guru mengajar rasa corona dengan menimbang kebaikan dan keburukan disaat pandemi sehingga tugas dan tanggungjawabnya tetap terlaksana dengan baik dan peserta didik memperoleh pengajaran yang layak. Pelaksanaan distance learning tidak sekedar menyajikan materi pelajaran secara online, tetapi harus menarik, inspiratif, dan komunikatif. Desain materi pelajaran untuk peserta didik memiliki kesan yang lebih dekat dalam belajar seakan dihadapan guru dengan media layar komputer pribadinya masing-masing