Artikel
Indahnya Belajar Tanpa Paksaan

Indahnya Belajar Tanpa Paksaan

Oleh : Nelia Pujihastuti, S.Pd
Guru pada MTs. Terpadu Yapisa Cibareno

Pengertian belajar menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Bell Gredler (2008) belajar adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan (skill) dan sikap (attitude), yang diperoleh secara bertahap dan berkelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui rangkaian proses belajar sepanjang hayat. Dalam Islam dijelaskan bahwa belajar itu merupakan kewajiban setiap muslim (baik laki-laki maupun perempuan), dan hasil dari belajar itu harus diamalkan baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain. 

Belajar memiliki arti yang  penting sekali bagi setiap manusia, sehingga hampir setiap waktu manusia tidak lepas dari aktivitas belajar. Dalam konteks pedidikan, hampir semua aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas belajar. Setiap saat dalam kehidupan manusia pasti terjadi suatu proses belajar, baik disengaja ataupun tidak disengaja, baik disadari ataupun tidak disadari.

Banyak para pakar terutama pakar pendidikan membuat teori mengenai belajar dengan pandangan teori dan konsep- konsep belajar menurut pandangannya masing-masing. Salah satunya adalah konsep pendidikan menurut Tokoh Pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang memerdekakan. Tujuan dari pendidikan adalah kemerdekaan. Merdeka berarti setiap orang bisa memilih apa saja, dengan catatan adanya penghargaan terhadap kemerdekaan yang dimiliki orang lain (Kompaspedia.Compas id)

Pandangan Ki Hajar Dewantara tersebut sejalan dengan kebijakan Mendikbud-Ristek, Bapak Nadiem Anwar Makarim, atau yang biasa dipanggil ‘Mas Menteri’ yang mencetuskan program Merdeka Belajar. Merdeka Belajar mungkin bisa dibilang istilah baru yang sering terdengar saat ini. Salah satu tujuan konsep Merdeka Belajar yang bisa ditangkap penulis adalah agar peserta didik bahagia dalam menempuh pendidikan. Merdeka Belajar  diartikan sekolah, guru-guru, dan peserta didiknya mempunyai kebebasan berinovasi dalam bertindak dalam proses belajar mengajar. Diantaranya guru sangat dianjurkan untuk tidak bersikap monoton dan berorientasi pada guru saja saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pada dasarnya pendidikan merdeka belajar bertujuan untuk memerdekakan guru dan siswa.

Dalam dunia pendidikan, yang menjadi subyek belajar itu adalah siswa. Pihak sekolah merasa berhasil kalau nilai peserta didiknya bagus-bagus. Begitu pun dengan  orang tua, pasti mereka merasa bangga jika anaknya mendapatkan nilai yang bagus dan sempurna. Sayangnya, tidak semua anak memiliki kemampuan belajar yang sama. Ada anak yang mudah mendapatkan nilai bagus di sekolahnya dan begitupun sebaliknya.

Yang berhubungan langsung dalam mendidik  anak adalah orang tua  dan pendidik. Mengasuh dan mendidik anak jadi faktor penting bagi tumbuh kembang anak. Ketika anak dipaksakan untuk belajar tanpa melihat psikologis anak justru akan berdampak negatif buat anak. Anak-anak atau pun pelajar harus belajar tanpa perlu dipaksakan. Sehingga hal ini menjdi PR buat guru dan orang tua bagaimana caranya supaya anak-anak bisa belajar tapi tanpa adanya tekanan atau paksaan sehingga hasilnya menjadi indah.

Prestasi anak memang penting untuk masa depannya. Namun yang terpenting adalah bagaimana usaha atau proses untuk mencapainya bukan bagaimana hasil akhirnya. Untuk itu diperlukan bimbingan  supaya dapat mencapai hasil yang baik. Bila kita menghargai usaha anak, akan membuatnya lebih percaya diri pada kemampuannya sendiri dan tentunya akan memotivasi anak untuk belajar lebih baik tanpa merasa dipaksa.

Setiap orang tentunya akan merasa tidak nyaman apabila melakukan sesuatu karena paksaan. Begitupun dengan anak-anak atau peserta didik, mereka butuh kenyamanan dan kebahagiaan saat belajar. Mereka akan lebih enjoy apabila belajar sesuai dengan dunianya. Tapi ini bukan berarti anak dibiarkan sendiri tanpa adanya aturan atau kedisiplinan. Berikan kebebasan cara belajar anak sesuai dengan karakternya. Cara belajar anak itu beragam. Ada anak yang suka belajar/menghapal  dengan bersuara, anak yang suka belajar/meghapal tanpa bersuara, ada yang terbiasa belajar/menghapal  ditempat yang ramai atau malah sebaliknya ada anak yang biasa belajar/menghapal  ditempat kesunyian. Fasilitasi setiap aktivitas belajar anak sesuai dengan karakternya dengan tetap memperhatikan kedisiplinan.

Dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KMB) di sekolah, ketika  menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, peserta didik  merasa bosan dan merasa terpaksa mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru, biasanya ditandai dengan respon peserta didik  yang biasa saja. Hal itu akan berbeda ketika guru  menggunakan metode yang lebih inovatif.  Seperti yang pernah penulis lakukan, mengajar menggunakan model pembelajaan Index Card Match. Ternyata peserta didik  lebih aktif dan antuasias dalam belajar.  Respon serta keaktifan peserta didik terlihat jelas. Secara tidak langsung mereka menikmati pembelajaran tanpa paksaan.

Selain inovatif dalam memberikan metode pembelajaran, seorang pendidik pun harus memahami karakteristik peserta didik, harus tahu latar belakang peserta didik yang menyebabkan mereka merasa terpaksa belajar atau malas belajar. Hal itu tentunya perlu pendekatan secara psikologis. Ketika peserta didik mendapat nilai dibawah rata-rata, jangan sekali-kali mengatakan bahwa mereka itu bodoh apalagi sampai mempermalukannya di depan peserta didik yang lain. Karena hal itu justru akan membuat mental peserta didik menjadi terganggu. Justru seharunya peserta didik seperti itu dirangkul, supaya kepercayaan dirinya tetap tumbuh.

Guru merupakan figur sentral dalam dunia pendidikan. Seperti pepatah  menyebutkan guru digugu ditiru. Dalam hal ini guru bukan hanya mentransfer ilmu pengetahuan saja kepada peserta didiknya, tetapi juga harus bisa membina sikap dan ketermpilan. Contoh kecil, ketika seorang anak memperhatikan gurunya yang selalu memungut sampah saat di lingkungan sekolah, itu akan menjadi figur yang baik buat mereka. Tanpa banyak bercakap-cakap pun anak akan mengikuti perilaku gurunya tersebut. Lain lagi kalau anak-anak selalu disuruh tanpa diberi contoh apalagi menyuruh dengan nada yang tinggi, tentu akan membuat anak tidak suka dan walaupun melakukannya itu karena terpaksa. Itupun bagian dari pembelajaran karakter. Indah bukan, belajar tanpa paksaan?

Mungkin banyak contoh  yang terjadi pada peserta didik yang merasa terpaksa saat belajar, yang tertekan saat belajar. Ingat, bahwa anak-anak butuh pembelajaran yang menyenangkan, bukan pembelajaran yang menekan atau malah membuat mereka stres karena keterpaksaan belajar apalagi ketakutan saat belajar.

Sebagai pendidik atau pun orang tua tentunya harus dibarengi dengan niatan yang ikhlas dan kesabaran dalam mendidik anak, jangan terpaku kepada hasil tapi hargailah proses atau usaha yang telah anak lakukan, beri apresiasi ketika anak melakukan sesuatu karena itu akan membuat mereka merasa dihargai atas pencapaian prestasinya, berikan perlengkapan belajar yang menarik, dan tentunya disesuaikan dengan usia anak.

Pada dasarnya untuk mencapai keberhasilan anak dalam belajar, perlu kerja sama yang baik antara pendidik, orang tua, dan peserta didik itu sendiri. Belajar akan terasa indah apabila didasari dengan ketulusan dari ketiga pihak tersebut. Namun sebaliknya sebaik apapun metode yang pendidik  berikan apabila masih ada keterpaksaan saat belajar tentu tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal. Pendidik harus terus menciptakan ide-ide kreatif tentang bagaimana menguji kompetensi siswa tanpa harus membuat mereka stres. Menciptakan pembelajaran tanpa paksaan dan memotivasi peserta didik untuk mau belajar seumur hidup.