Artikel
Yang Tersingkirkan

Yang Tersingkirkan

Oleh : Ani Warnawati
Guru pada MI Al – Mustaqim

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan kekuatannya dalam pendidikan, khususnya proses belajar mengajar. Fungsi pendidikan yang paling penting adalah bagaimana menuntun peserta didik untuk mau belajar dan dapat belajar. Guru juga perlu memotivasi siswa agar dapat membentuk sikap dengan baik. Selain itu, guru juga berkewajiban mentransfer ilmu dan membimbing siswa untuk menguasai kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Melalui guru, keteladanan, ilmu dan keterampilan dapat sampai kepada siswa.

Selain guru di sekolah, lingkungan tempat tinggal juga bisa menjadi lahan untuk anak-anak belajar. Walaupun tidak menggunakan kurikulum, mereka bisa saja bermain bersama teman-teman sebaya. Yang mana dengan bermain bersama, mereka bisa merasakan dan menciptakan sikap rasa saling menghargai dan menyayangi terhadap sesama.

Faktanya, di zaman era digital ini banyak anak-anak yang sudah tidak mengenal lagi berbagai macam permainan tradisional. Di zaman moderrn dan serba IT ini, anak lebih banyak bermain gadget. Sehingga banyak hal-hal yang hampir tersingkirkan, bahkan tidak pernah, tidak tahu, apa saja bentuk permainan tradisional yang zaman dahulu sering dijadikan ajang bermain. Misalnya bermain congklak, petak umpet, galah panjang, dan masih banyak lagi permainan-permainan tradisional lainnya.

Permainan tradisional adalah permainan turun temurun dari nenek moyang yang umumnya dimainkan anak – anak. Sebagai negara yang kaya akan budaya, Indonesia ada banyak sekali permainan tradisional. Bisa dikatakan setiap daerah mempunyai permainan tradisional yang menjadi ciri khas daerah tersebut ata biasa kita kenal dengan istilah kearifan lokal.

Kali ini, kami akan mengajak para pembaca untuk bernostalgia kembali dengan salah satu permainan tradisional yang hampir tersingkirkan oleh kemajuan teknologi IT atau gadget yaitu, permainan tradisional galah panjang atau galasin dalam penyebutan bahasa di daerah kami,  di daerah Jawa dinamakan permainan Gobak sodok atau hadangan.

Permainan galah panjang ini cukup sederhana. Permainan dilaksanakan dilapangan atau halaman. Permainan ini terdiri dari 2 regu, yang mana 1 regu terdiri dari 3 – 5 orang peserta. Permainan Galah Panjang hanya memerlukan latihan fisik dan pernafasan yang kuat, berlari, mengecoh, dan menghadang lawan agar tidak lolos melewati garis secara bolak balik. Permainan Galah Panjang memerlukan kecepatan,ketangkasan,kecerdikan,serta kekompakan untuk menipu lawan. Bila penjaga garis bisa menyentuh badan lawan, maka penjaga garis bertukar ke group yang tersentuh. Group yang terbanyak bisa keluar dari area lapangan,maka group tersebut dinyatakan sebagai pemenagnya.

Mengacu pada uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa permainan tradisional dapat membentuk karakter anak bangsa untuk belajar saling menghargai,menghormati dan bersatu.

Dengan fasilitas yang serba sederhana, misalnnya dengan memanfaatkan lingkungan (halaman) tempat tinggal, tanpa memerlukan biaya yang memang harus dipersiapkan, permainan galah panjang sudah bisa dilaksanakan.

Permainan tradisional dapat membentuk karakter anak bangsa yang sangat dibutuhkan. Bagaimana cara mereka bersosialisasi dengan lingkungan tanpa mengutamakan sifat egois dan sikap selalu menyendiri.

Walaupun sekarang  kemajuan teknologi yang semakin canggih, diharapkan kita dapat menghidupkan kembali permainan tradisional. Selain baik bagi kesehatan, bermain Galah panjang juga berguna untuk melestarikan permainan tradisional yang hampir tersingkirkan oleh kemajuan teknologi seperti adanya game online, sosial media, internet dan aplikasi yang lebih menarik perhatian.

Dengan melestarikan kembali permainan tradisional galah panjang ditengah jamannya gadget, diharapkan kita dapat menciptakan rasa persatuan ,menghormati dan menghargai terhadap sesama.