Artikel
Point of View Orang Tua Siswa Menyikapi Pembelajaran Daring

Point of View Orang Tua Siswa Menyikapi Pembelajaran Daring

Oleh : Hartuti, SE
Guru pada MAN 2 Kota Bogor

Awal tahun 2020 dunia diguncangkan dengan virus Corona. Virus Corona atau Covid-19 yang bermula dari China ini telah menyerbu berbagai penjuru dunia tak terkecuali Indonesia. Dan Covid-19 memaksa tatanan kehidupan manusia berubah, salah satu yang terkena dampaknya adalah bidang pendidikan. Pada masa pandemi seperti sekarang, orang-orang mesti menjaga jarak sebagai ikhtiar untuk meminimalisasi penyebaran virus. Salah satu implementasinya di dunia pendidikan adalah dengan melakukan pembelajaran jarak jauh yang diharapkan bisa menekan angka penyebaran virus.

PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) saat ini sangat dipengaruhi oleh pesatnya kemajuan teknologi informasi dan konumikasi (TIK). Dan salah satu yang ikut berkembang pada dunia pendidikan saat ini yaitu pembelajaran Daring. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) istilah daring memiliki arti terhubung melalui jejaring komputer, internet dan sebagainya. Maka terhitung dari bulan Maret 2020 sampai sekarang hampir semua pendidik melakukan pengajaran melalui daring dikarenakan satu kondisi pandemic. Media daring yang digunakan oleh para pendidik bermacam-macam seperti WhatsApps, Google Classroom, Zoom meet, Google Meet dan E-learning Madrasah.

Selama masa new normal, sebagian besar masyarakat kita telah berusaha mencoba menjalani tatanan kehidupan baru. Termasuk sistem daring di dunia pendidikan yang kini diterapkan bagi para peserta didik demi menjaga kesehatan dan keselamatan dari penyebaran virus covid 19. Meski di sinyalir pembelajaran daring ini banyak mengisahkan banyak keluhan dari sebagian masayarakat dengan ekonomi ke bawah. Bukan hanya sekedar dari perekonomian dan pendapatan masyarakat tetapi karena bayak orang tua siswa yang berpendapat tidak tersampaikannya materi dengan baik kepada para siswa dirumah. Nah semenjak masa pandemik dari awal Maret sampai pertengahan tahun ajaran baru 2020-2021, banyak mengisahkan berbagai cerita yang sangat menggelitik kami sebagai pendidik. Semua itu berawal dari curhatan salah satu orang tua siswa kepada wali kelas dan di share di grop para guru. Diantaranya:

  1. Jangan terlalu menekan siswa dalam penyetoran tugas sesuai dengan jadwal yang diberikan
  2. Siswa sudah mulai merasakan kejenuhan dalam metode daring
  3. Bahkan siswa tersebut sudah mulai kena radiasi
  4. Buatlah metode/model belajar yang membuat anak senang bahagia dalam belajar
  5. Tugas tidak terlalu menumpuk hingga dalam 1 minggu harus menyelesaikan tugas video lebih dari 1 pelajaran

Saat ini penyampaian materi ajar melalui daring yang bersifat interaktif sehingga siswa atau peserta didik mampu berinteraksi dengan teknologi informasi contohnya gadget dan laptop mereka. Biasanya sebelum adanya sistem daring dikarenakan oleh satu pandemik covid 19, gadget mereka dipergunakan untuk bermain game online, nonton drakor, tiktok dsb. Nah untuk saat ini semua pembelajaran yang harusnya dilakukan secara tatap muka di dalam kelas beralih ke sistem daring. Sebagai salah satu contoh yang dapat peserta didik lakukan untuk bertemu dan berinteraksi dengan kami para pendidik adalah dengan menggunakan gadget mereka dengan aplikasi zoom meet, google meet, video call dan google classroom.

Untuk menjawab point satu yang telah dijabarkan kami pendidik madrasah khususnya MAN 2 Kota Bogor tidak pernah menekan siswa dalam penyetoran tugas yang diberikan, kebijakan selalu kami berikan. Kalau di kondisi normal siswa belajar secara tatap muka dari pukul 07.00 – 15.45 wib, diwaktu inilah semua pembelajaran yang diberikan oleh para guru langsung diselesaikan bersama. Nah untuk masa pandemik ini siswa hanya belajar dari 07.30 – 12.00 wib dengan begitu banyak kebijakan yang telah diberikan dari sekolah.
Pendidikan dan pengajaran saat masa pandemik ini hampir 100% dikembalikan pengawasannya kepada orang tua dirumah. Maka ortu harus menyediakan waktunya untuk memberikan pendampingan yang sangat luar biasa, bukan hanya sekedar mendampingi tetapi sekaligus sebagai guru di rumah. Disini diperlukan koordinasi yang sangat baik antara duru dan orang tua siswa, jalinan koordinasi dan komunikasi kita jalin via grop wag khusus perwalian.

Sejumlah tantangan dihadapi pendidik dan siswa dalam melaksanakan proses belajar mengajar secara online atau daring, antara lain, pemahaman tentang karakter psikologis siswa dan pendidik supaya pembelajaran jarak jauh yang diberikan tepat guna dan persiapan pendidik untuk menyiasati kesulitan siswa belajar dari rumah yang notabene berpotensi mengalami banyak gangguan (liputan 6 juli;2020).

Pembelajaran daring muncul di Indonesia bagaikan bayi yang dilahirkan secara terpaksa. Sebagaimana lazimnya sesuatu yang muncul karena paksaan, cacat dan celah adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari. Tidak ada rencana yang matang dan tata aturan yang lengkap membuat banyak aspek dalam pembelajaran daring menjadi berjalan begitu lamban dan berantakan. Hingga akhirnya ketaksiapan untuk menghadapi metode pembelajaran ini menimbulkan keluh-kesah dari berbagai pihak, di antaranya para orang tua murid dan pelajar maupun pengajar itu sendiri.

Maka seharusnya dalam menyikapi pembelajaran daring ini adalah dengan semua pihak yaitu unsur sekolah, guru, serta orang tua siswa mau bekerja sama untuk saling bahu-membahu terus mengevaluasi metode pembelajaran baru ini. Sebab, meskipun pembelajaran jarak jauh punya banyak hambatan, bukan berarti. Masalahnya adalah tinggal bagaimana kita mengatasi hambatan-hambatan itu. Yang perlu ditekankan dalam hal ini adalah bagaimana pemerintah bisa mendukung pembelajaran daring yang agaknya akan berlangsung cukup lama ini dengan memberi akses yang memadai bagi seluruh elemen pendidikan (tanpa terkecuali) yang ada di Indonesia. Dengan kerja evaluasi yang konsisten, saya kira pembelajaran daring bisa menjadi pilihan yang menyenangkan. Pembelajaran tatap muka mungkin lebih banyak orang sukai, tapi dengan pergerak zaman yang begitu cepat seperti sekarang (dan pandemi yang tak jelas kapan usainya), saya kira mau tak mau kita harus bersiap menyambut pembelajaran daring dengan jiwa yang tabah dan terus berinovasi.
Beberapa strategi yang bisa kalian dilakukan :

  1. Setiap pengajar mempunyai cara penyampaian yang berbeda, untuk itu jangan terlalu memikirkan perbedaan tersebut yang dapat berdampak kurang antusiasnya dalam belajar. Persiapakan dengan baik kebutuhan media dan penunjangnya, termasuk pulsa internet, aplikasi penunjang, laptop/komputer dan materi pembelajaran dan catatan
  2. Fokuskan kegiatan kalian saat di rumah untuk belajar, jangan dianggap pada sat pandemi ini sebagai masa liburan, sehingga digunakan untuk jalan jalan karena pada kondisi seperti ini rawan tertular virus CORONA.
  3. Pahami rencana pembelajaran, keterkaitan materi yang akan diajarkan dan materi lalu yang sudah pernah diajarkan.
  4. Ketika belajar jarak jauh, tentu guru tidak ada di samping kalian. Maka harus bisa mengendalikan diri dengan benar-benar serius belajar, tidak untuk main game, nonton drakor atau main handphone. Jika kamu ikut pembelajaran online, maka harus diikuti dengan baik. karena kalau tidak diikuti maka bisa tertinggal atau materinya akan menumpuk.
  5. Gunakan dan Tingkatkan penguasaan penggunaan mesin pencari seperti Google untuk mendapatkan informasi lebih tentang materi yang diajarkan. Hasil yang diperoleh dari mesin pencari seperti Google sangat tergantung dari “Keyword” atau “kata kuci” yang benar, hasil yang lebih luas akan diperoleh Ketika digunakan kata dalam Bahasa inggris.
  6. Kerjakan tugas dan ujian dengan baik, jangan melakukan copy paste karena menunjukkan kurangnya profesionalisme seseorang.

Jelas adanya bahwa orang tua adalah pengganti guru di rumah dan diharapkan bisa ikut terlibat dalam proses belajar anak secara langsung. “Tentunya peran orang tua sangat besar dan seharusnya mendukung pembelajaran daring anaknya. Namun kenyataannya ada orang tua yang tidak bisa mendukung. Pertama karena kurang paham (dalam hal wawasan), kurang memiliki pengetahuan, sehingga pembelajaran bisa terhambat. Kedua, tentang penggunaan smartphone itu kan membutuhkan kuota dan dana lebih untuk membelinya, karena mungkin ekonominya terbatas karena di keadaan seperti ini kan orang tua penghasilannya berkurang. Jangankan untuk membeli kuota untuk belajar, untuk makan sehari-hari saja terbatas.

Inilah sisi lain yang terjadi pada masa pandemic, maka pemerintah harus memberikan solusi dan bantuan untuk pelajar agar Pendidikan dari rumah tetep berjalan dengan baik.