Artikel
Memendar Simpul Tari Pendidikan : ataukah Pendidikan Tari

Memendar Simpul Tari Pendidikan : ataukah Pendidikan Tari

Oleh : Neno Suhartini
Guru pada MAN 2 Kota Bogor

Dalam sebuah diskusi santai  bersama teman-teman  yang berlatar belakang pendidikan seni, pembahasan tentang tari pendidikan bergulir renyah, seru dan menggelitik. Bagaimana tidak,  berawal dari meja juri sebuah ajang lomba tari untuk pelajar justru obrolan mengerucut dan  berakhir pada diskusi tentang tari pendidikan ataukah pendidikan tari, hal tersebut berangkat dari keprihatinan terhadap tontonan yang dipertunjukkan pada  beberapa lomba tari yang sering diselenggarakan. Serta bagaimana proses pembelajaran seni tari yang selama ini berlangsung di sekolah masing-masing. Lho memang ada bedanya? Tentu saja.

Pembelajaran seni tari diajarkan sejak usia dini hingga tingkat atas atau SLTA. Sudah bukan rahasia lagi jika proses pembelajaran seni tari saat ini lebih menekankan hasil di bandingkan proses. Mengapa demikian, tentu banyak hal situasi dan kondisi yang melatarbelakanginya. Antara lain memenuhi kebutuhan mengikuti perlombaan yang sering di adakan, desakan orang tua  atau guru yang selalu ingin mengikutsertakan anak-anaknya dalam berbagai pentas seni dan perlombaan, motivasi untuk mendapatkan piagam atau sertivikat serta adanya rangsangan berbagai pertunjukan dance yang ada di media sosial. Beberapa hal yang disebutkan turut andil dalam mempengaruhi perkembangan proses pendidikan seni tari di sekolah-sekolah.

Mengurai Simpul Tari Pendidikan
Tari pendidikan bertujuan mendidik anak-anak melalui pengalaman hidup agar tak canggung menggerakkan tubuh tetapi juga agar siswa memahami, merasakan, menerima dan menjadi sahabat dari tubuh mereka sendiri. Tari  pendidikan tujuan akhirnya untuk menciptakan lingkungan agar mendorong melahirkan individu yang kreatif. Oleh sebab itu  di dalam tari pendidikan siswa tidak diajar semata-mata menirukan gerak akan tetapi justru siswa diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan memahami diri mereka sendiri agar peka terhadap kehidupan alam dan lingkungan. Melalui tari pendidikan diharapkan siswa dapat bergembira, sehat dan memaknai hidup. Namun tidak menutup kemungkinan sekolah juga tetap memfasilitasi bagi siswa yang berminat menekuni seni tari atau berprestasi secara serius. Sebaliknya di dalam pendidikan tari, pada proses pembelajarannya memiliki orientasi melahirkan siswa berprestasi dibidang tari, piawai menari bahkan bisa saja dikemudian hari menjadi pekerja seni tari yang profesional.

Tari pendidikan seyogyanya diberikan dengan memperhatikan berbagai pertimbangan karakteristik seperti karakter gerak fisik. Pada tari pendidikan dalam memilih gerak, beberapa hal harus disesuaikan dengan fungsi dan kondisi fisik siswa, hal tersebut mempertimbangkan jika siswa memiliki keterbatasan kemampuan tubuh. Bagaimana  keseimbangan jasmaninya apakah sudah mantap, apakah sudah bisa meloncat atau berputar, naik turun, melempar, menunduk, memegang properti dengan benar, menangkap. Gerak fisik anak di dalamnya juga mengajari siswa untuk belajar mengkordinasikan seluruh tubuhnya menjadi seimbang dan seirama. Misalnya antara gerak mata, tangan, kaki dan leher harus seirama. Dalam tari pendidikan pembelajaran eksplorasi gerak motorik halus dan kasar diberikan secara bertahap dan terstruktur. Seorang guru harus mampu memilih gerakan yang sesuai dengan usia siswa sehingga motorik siswa  akan tumbuh dengan baik. Tidak ada gerak yang dipaksakan. Gerak tari harus lebih banyak melibatkan siswa dan harus sesuai dengan karakter fisik siswa. Teba gerak dalam tari pendidikan berbentuk sederhana, mempunyai makna dan tematik, dan cenderung bersifat imitatif yakni meniru gerak keseharian orang-orang dilingkungan sekitar, bisa juga menirukan gerak binatang.

Perkembangan sosial, sebagian siswa pada kelas bawah dan menengah  identik dengan  dunia anak yang penuh kegembiraan, bermain dan cenderung kekanakan. Hubungan  sosialnya masih sekitar siswa yang dalam hal ini adalah teman di sekitar rumah atau atau terbatas teman di kelas. Maka untuk membina dan membimbing rasa kepekaan sosial, tari yang cocok di berikan pada tari pendidikan adalah tari berpasangan atau tari kelompok. Dalam tari kelompok siswa akan belajar bagaimana caranya bersosialisasi, berbagi, semakin akrab dengan teman sebaya, saling simpati, tulus, empati terhadap kesulitan teman. Dalam tari kelompok juga siswa akan belajar berkompetisi sehingga perlu diarahkan pemahaman tentang bagaimana estetika menari secara berkelompok, tidak menonjolkan diri, tapi lebih pada mengutamakan keberagaman dalam kebersamaan.

Perkembangan kognitif, pada proses belajar tari, pemilihan materi juga akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif siswa. Pada tahapan tertentu kecerdasan siswa berkembang seiring bertumbuhnya usia, misalnya ada yang sudah mulai muncul kecerdasan linguistiknya, logika, intrapersonal, interpersonal, musikal, spasial, kinetik, naturalis serta kecerdasan moral. Kecerdasan tersebut di wujudkan dan ditandai dengan rasa keingintahuan yang tinggi, sehingga dalam memberikan materi tari juga harus memperhatikan keseimbangan kecerdasan tersebut. Misalnya saat memilih materi tari Kijang maka diberikan juga informasi dan pengetahuan tentang Kijang seperti habitatnya di mana, makannya apa, ciri-ciri tubuhnya, gerak gerik tingkah lakunya seperti apa sehingga siswa tidak hanya sekedar bergerak akan tetapi juga memahami tentang latar belakang tarian yang dipelajarinya.

Tari pendidikan memang mampu memberi peluang luas bagi kebebasan dan pengembangan kreativitas anak dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi. Salah satu Sumbangan yang terbesar dari tari pendidikan terhadap kehidupan manusia adalah dalam pendidikan emosional. Demikian kata Sal Murgiyanto seorang ahli seni pertunjukan. Mengapa demikian, karena dalam pembelajaran tari selain mengajarkan pengetahuan juga mengasah kepekaan rasa.

Dalam mengembangkan materi pelajaran seni tari prinsip pertama yang perlu dipertimbangkan adalah aktivitas pembelajaran seni tari harus menarik. Karena  seni tari masuk pada ranah seni pertunjukan maka unsur yang paling mendasar adalah gerak oleh sebab itu gerakan tari harus menarik. Susunlah gerak tari yang akrab dengan karakter dan kemampuan tubuh. Ya kalau untuk anak Sekolah Dasar sebaiknya dikemas dalam bentuk permaianan. Permaianan yang sehari-hari biasa dilakukan seperti gerak berputar, melompat, berjalan, jongkok, berguling. Coba sesekali  siswa diperdengarkan lagu anak, dirangsang dengan musik yang akrab dengan telinga, biasanya langsung merespon melakukan improvisasi atau gerak spontan, maka selanjutnya tugas guru mengeksplorasi dan membentuknya dengan proses stilisasi atau penghalusan gerak dasar menjadi gerak indah.

Prinsip kedua adalah kreativitas, banyak ahli mengatakan bahwa pendidikan seni khususnya seni tari adalah sarana yang paling efektif bagi pembinaan kreativitas. Dengan kreativitas dapat memunculkan manusia yang cepat dan tanggap untuk memecahkan masalah dan dapat mencari peluang mendapatkan solusi. Saat siswa melakukan gerakan-gerakan tari sesungguhnya siswa tersebut sedang menggerakkan seluruh kecerdasan yang dimilikinya. Karena semua kecerdasan yang ada dalam diri siswa bekerja dan di stimulus secara bersamaan. Menggerakkan kemampuan motoriknya, menghafal gerak, mengukur intensitas tenaga, mengolah kualitas rasa, menghitung ketepatan ritme dan irama, berkomunikasi dengan penari lain merupakan pembelajaran yang mengasah daya kreatif, kognisi dan estetik.

Prinsip ketiga pemanfaatan potensi muatan lokal yang dapat digunakan sebagai sumber gagasan atau tema dalam pengembangan materi pembelajaran seni tari. Obyek kehidupan laut sangat cocok bagi anak-anak yang tinggal di sekitar pantai. Maka dibuatlah tari nelayan, tari burung camar, tari ombak, tari ikan, tari dayung. Pemandangan  persawahan sangat relevan bagi anak sekolah yang tinggal di pedesaan, Sehingga terciptalah kreasi tari tani, tari panen, tari bajak sawah, tari tanam padi, tari potong padi, tari petik teh, tari caping. Bagi anak-anak yang tinggal diperkotaan bisa mencari sumber tema dari persoalan-persoalan perkotaan dan urban, sehingga terciptalah tari kereta api, tari pemulung, tari wisata. jadi dalam kegiatan eksplorasi dan improvisasi gerak bisa bersumber pada tema dengan kultur yang dominan dalam lingkungan dan akrab dengan kehidupan siswa seperti persawahan, pedesaan, kehidupan pantai atau kehidupan perkotaan.

Prinsip keempat adalah prinsip relevansi, prinsip ini merujuk pada pertimbangan kurikulum yang ada. Pemilihan materi harus disesuaikan dengan petunjuk kurikulum yang berlaku, pokok-pokok bahasan yang ada senantiasa perlu menjadi pertimbangan guru. Selain itu juga harus mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada, termasuk didalamnya adalah kondisi sekolah dan lingkungan.

Mencari Jalan Tengah
Membaca perkembangan kekinian tentang tari pendidikan dan pendidikan tari maka perlu menanggapinya dengan beberapa catatan sebagai jalan bijaknya. Membagi kegiatan pembelajaran menjadi 2 jenis kelas yakni kelas umum dan kelas khusus. Dalam kelas umum siswa diajarkan materi pendidikan seni tari sesuai dengan karakteristik tari pendidikan seperti yang sudah dibahas pada paragraf sebelumnya. Pada kelas umum siswa diberikan pembelajaran seni tari yang sesuai dengan kurikulum tari pendidikan.

Dalam memberikan atau memilih materi pembelajaran dengan konsep tari pendidikan, harus memperhatikan adanya pemilihan tema, pemilihan materi dan penggunaan model pembelajaran yang sesuai. Tema yang diambil harus sesuai dengan lingkungan, aktivitas keseharian, minat dan perhatian anak misalnya gerak imitatif kegiatan hidup sehari-hari apa yang siswa rasakan, lihat, lakukan dan di pahami. Untuk usia bawah, SD misalnya pilihan materinya lebih konkret dan sederhana, sedangkan untuk usia tinggi SMP dan SMA bisa diberikan yang lebih abstrak atau bisa juga tari yang mengeksplorasi gerak tradisi daerah setempat. Jika pilihannya pada eksplorasi gerak tradisi maka siswa sekaligus diperkenalkan atau dirangsang dengan musik dan lagu tradisional. Pada tahapan ini siswa sudah bisa diperkenalkan gerak tari tradisi yang memiliki pola atau pakem yang baku tentu penerapannya dengan bentuk-bentuk yang lebih disederhanakan.

Saat ini begitu marak adanya pertunjukan tari di berbagai media sosial sebut saja yang paling populer youtube dan tik tok, ketertarikan siswa terhadap pertunjukan tari pada media sosial perlu diapresiasi dan dibimbing. Bahkan guru bisa bersama-sama siswa melihat tutorial berbagai jenis tarian dari media sosial tersebut. Dalam sebuah proses koreografi ada yang disebut tahapan eksplorasi menggunakan rangsang audio visual dengan  melihat berbagai tayangan tari, lalu siswa mengembangkan gerak-gerak tersebut menjadi perbendaharaan tarinya. Tentu saja boleh selama di bawah bimbingan guru, hal tersebut untuk menghindari terjadinya cidera, memilih dan memaksakan gerak yang belum waktunya atau tayangan yang berkonten dilarang. Setiap gerak dalam tari pendidikan harus benar-benar terukur kualitasnya dari mulai konsep teoritis hingga proses studio seperti  pemilihan gerak, evaluasi, forming (penggabungan), begitu juga dengan proses latihannya pun harus terstruktur mulai pemanasan hingga  latihan inti,  dan tidak boleh terjadi pilihan gerak yang kurang patut atau kurang pas, oleh sebab itu semua proses pembelajaran ada di bawah bimbingan dan pengarahan guru.

Menggunakan model yang tepat sesuai dengan perkembangan dan sebaiknya dicontohkan secara demonstrasi oleh guru, materi tari pendidikan diberikan secara bertahap dari gerak dasar yakni gerakan yang paling dasar dalam sebuah koreografi adalah mengenali kemampuan tubuh seperti gerak kepala, mata, pundak, dada, tangan, lengan, torso, pinggul, pinggang, lutut, kaki. gerak peralihan yaitu gerak yang menghubungkan dari gerak satu ke gerak berikutnya misalnya dengan meloncat, geser kanan atau kiri, berputar, berpindah tempat, tepuk tangan. Gerak pengulangan, salah satu dari ciri tari pendidikan adalah adanya gerak pengulangan yakni gerak yang diulang sesuai dengan hitungan yang dikehendaki misalnya 2 X 8 hitungan. Jika digambarkan dalam pola:  gerak 1 ( MEMETIK TEH ) hitungan 2×8—-gerak peralihan BERPUTAR hitungan 1X8—-gerak 2( MEMAINKAN CAPING ) hitungan 2×8. Dalam berproses menciptakan tari , siswa dilibatkan untuk mengembangkan gerak tersebut sesuai dengan imajinasinya.

Tari pendidikan diberikan oleh seorang guru kesenian yang memiliki latar belakang pendidikan seni bagi jenjang SMP maupun SMA dan bagi tingkat TK/SD diajarkan oleh guru kelas minimal  guru tersebut sudah pernah mendalami konsep dan proses mata kuliah pembelajaran seni yang pernah dipelajarinya semasa pendidikan baik PGTK maupun PGSD.

Kelas khusus atau sering disebut dengan jalur pengembangan diri. Dalam lingkungan dunia pendidikan kegiatan pengembangan diri diaplikasikan dalam bentuk  wadah ekstrakurikuler. Pada kelas ini pembelajaran di lakukan di luar jam pelajaran kesenian. Anggota ekstrakurikuler tari bisa merupakan siswa pilihan yang memiliki kemampuan atau bakat menari yang terjaring saat  pembelajaran atau bisa juga siswa yang berminat mendalami seni tari. Ekstrakurikuler bisa diajarkan oleh guru kesenian, guru umum yang memiliki kemampuan menari, atau mencari pelatih seorang seniman tari yang memiliki kemampuan sangat baik karena sudah ditempa di sebuah sanggar tari. Di sinilah siswa dilatih secara konsisten dengan mengutip dan menerapkan sedikit teknik maupun prinsip kepenarian seperti pada konsep pembelajaran pendidikan tari. Pemilihan materi yang diajarkan dalam kelas  ekstrakurikuler juga menyesuaikan kemampuan siswa yang memang berbakat tari maka materi yang diberikan bisa berupa tari bentuk, repertoar tari yang sudah ada ataupun tarian kreasi baru. Namun secara keseluruhan materi yang diajarkan pada kelas khusus  tetap di bawah bimbingan dan pantauan guru mata pelajaran seni sebagai bentuk kontrol terhadap proses dan hasilnya.

SUMBER BACAAN
Humprey, Doris. 1983. Seni Menata Tari. Terj. Sal Murgiyanto, Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta.
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press.
Murgiyanto Sal. 1983. Koreografi. Jakarta: Dirjen Pendidikan Dasar Menengah DEPDIKBUD.
Murgiyanto, Sal. 2015. Pertunjukan Budaya Dan Akal Sehat. Jakarta:FSP-IKJ.
Sedyawati, Edi. 1984. Tari Tinjauan Dari Berbagai Segi. Jakarta: Pustaka Jaya.
Smith, Jacquelin. 1985. Dance Compotition: A Practical Guide For Teacher. Terj. Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalasti.