Artikel
MEMBACA:  KONSEP PENDEKATAN PENDIDIKAN MELALUI SENI

MEMBACA: KONSEP PENDEKATAN PENDIDIKAN MELALUI SENI

Oleh Neno Suhartini
Guru MAN 2 Kota Bogor

Sebagian besar mata pelajaran yang didapatkan siswa di sekolah bersifat kognitis teoritis dan cenderung mengaktifkan otak kiri. Sementara penggunanan otak kanan sangat terbatas. Oleh sebab itu pelajaran seni budaya  diharapkan dapat mengeksplorasi  pada materi yang bersifat praktis,  estetis dan kreatif yang lebih mengaktifkan otak kanan. Merunut pada hal tersebut maka proses pembelajaran serta pengambilan nilai atau evaluasi mata pelajaran seni budaya lebih ditekankan pada aspek psikomotor, afektif dan bukan pada aspek kognitif. Sehingga pada mata pelajaran seni akan lebih di dominasi materi praktik dibanding dengan teori. Hal tersebut diharapkan  dapat melengkapi ketimpangan kerja otak yang cenderung kognitis teoritis.

Pelajaran seni budaya merupakan pelajaran yang paling lengkap, sebut saja paket komplit. Kenapa, karena pelajaran seni budaya mencakup tiga nilai kehidupan yang di asah yakni truth ‘kebenaran’ yang dikaji melalui logika, goodnes  ‘kebaikan’ yang dikaji melaui etika serta beauty  ‘cantik/indah’ yang dikaji melalui estetika. Estetika erat hubungannya dengan perasaan, keharuan dan keindahan. Sedangkan keindahan berkaitan erat dengan kemampuan manusia untuk menciptakan karya yang indah, menilai karya atau benda yang indah serta memilih dan menggunakan sesuatu yang indah. Termasuk di dalamnya bertingkah laku yang indah.

Dapat dikatakan jika estetika adalah penerapan dari indra manusia terhadap apa yang diamatinya, yakni dengan timbulnya rasa indah, rasa seni dan cita rasa, sehingga kelak akan muncul ilmu estetika yang dipendar lagi lebih spesifik menjadi ilmu seni atau kesenian. Obyek dari seni adalah bentuk cita manusia yang tertinggi yakni perasaan yang indah.  Sedangkan keindahan hanya bisa diperoleh melalui pengalaman seseorang dimana ia dapat mengungkapkan emosi, ide, cita rasa, yang pada akhirnya terwujud dalam bentuk karya seni.  Pengalaman seseorang yang secara masif melibatkan diri dalam proses berkesenian baik berupa seni tari, musik, teater, rupa, desain, sastra, menyanyi, mencipta lagu, Pokoknya semua hal yang bisa diciptakan melaui sebuah proses kreativitas, Maka orang tersebut telah mengasah pengalaman estetika, kreatif, emosi, dan pengalaman inovasi. Merujuk pada hal tersebut maka sangatlah penting adanya mata pelajaran  seni budaya dan diajarkan di sekolah-sekolah dari usia TK/RA, SD/MI, SMP/MTS hingga SMA/MA.

Education Through Art

Meminjam istilah Plato seorang filsuf, ahli filsafat yang sangat terkenal, menyatakan bahwa seni seharusnya menjadi dasar pendidikan. Memendar pendapat ini maka menunjukkan sesungguhnya seni atau pendidikan seni budaya memiliki posisi, peran dan fungsi yang sangat penting bagi dunia pendidikan.

Salah satu konsep pendekatan yang memiliki takaran yang pas adalah education throught art atau pendidikan melalui seni. Pada pendekatan ini seni tidak menjadi enkultrurasi dan konservasi atau upaya pengembangan maupun proses pewarisan. Konsep pendekatan pendidikan seni yang memiliki tujuan enkulturasi biasanya diterapkan pada sekolah-sekolah seni seperti Sekolah Menengah Karawitan, Sekolah Menengah Seni Rupa yang sekarang berubah menjadi SMK.

Sedangkan untuk konsep pendidikan melalui seni diterapkan di sekolah-sekolah umum seperti SD, SMP, SMA/MA. Pendekatan pendidikan melalui seni terasa amat penting dan signifikan dalam proses belajar mengajar di sekolah umum. Tentu dengan pertimbangan jika pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus menempatkan seni sebagai suatu proses kreasi dan rekreasi. Di mana proses pembelajarannya mengutamakan rekreatif. Baik guru maupun siswa mengolah proses pembelajaran dengan cara yang menyenangkan dan menghibur. Hal tersebut sejalan dengan konsep pendidikan melalui seni maka pendidikan seni berfungsi sebagai media bermain, yang bermanfaat dalam mencapai bentuk keseimbangan atas kejenuhan yang dihadapi siswa dengan rutinitas pembelajaran yang kognitis teoritis.

Pendidikan Seni Sebagai Media Untuk Mencapai Tujuan Pendidikan

Pengejawantahan atas konsep education through art atau pendidikan melalui seni adalah menempatkan seni sebagai media untuk mencapai tujuan pendidikan. Pada tataran konsep ini maka pendidikan seni budaya berkewajiban mengarahkan keberhasilan dan ketercapaian  tujuan  pendidikan di sekolah secara umum hadir sebagai alat untuk memberikan keseimbangan rasional dan emosional, intelektual dan sensibilitas.

Pendidikan melalui seni akan mudah diterapkan di sekolah-sekolah jika sekolah dan perangkatnya, guru, siswa bersama-sama memahami tentang konsep pembelajaran seni di sekolah adalah rekreatif. Seni sebagai media atau alat mencapai tujuan pendidikan menempatkan seni sebagai wadah sekaligus bungkus setiap proses belajar mengajar di mana dalam pelaksanaannya menekankan pada segi proses dan produk dan bukan hasil semata. Pendidikan seni di sekolah tidak untuk mencetak seniman atau ahli seni melainkan sebagai wahana berekspresi dan berimajinasi, rekreasi sekaligus berkreasi.

Melalui pendidikan seni di sekolah akan terpenuhi keseimbangan rasional emosional dan motorik kinestetik.  Kegiatan tersebut bisa di eksplorasi melalui kegiatan berkarya dengan materi seni tari, seni musik, seni teater, seni rupa, seni multimedia, sastra atau seni-seni lainnya menyesuaikan kemampuan sekolah. Perkembangan kemampuan atau kecerdasan rasional emosional dan motorik kinestetik ini sungguh amat penting dalam dunia pendidikan anak dan pendidikan seni budaya mampu memenuhi kebutuhan itu. Jika diibaratkan otak manusia terdiri dari banyak rongga yang harusnya terisi, lalu ada satu rongga yang kosong, sebut saja rongga untuk kesenian, maka otak manusia menjadi tidak lengkap.

Lalu bagaimana pendidikan seni bisa menjadi media mencapai tujuan pendidikan hal tersebut tentu bisa dimaknai jika pendidikan seni budaya sangat terbuka untuk digunakan konsepnya pada mata pelajaran yang lain. Seperti telah disebutkan di atas jika seni budaya bisa menjadi wadah atau bungkus, maka seni akan menjadi pilihan yang sangat signifikan untuk membungkus proses belajar mengajar mata pelajaran apapun sehingga menjadi  menarik.

Contoh bagaimana mengajar Matematika dengan menyanyi, mata pelajaran Kimia dengan memanfaatkan gambar poster sebagai sarana untuk membuat rumus-rumus penting, belajar  Bahasa Inggris dengan menyanyikan lagu-lagu barat lalu para siswa menerjemahkan  syairnya ke dalam Bahasa Indonesia. Belajar Fisika dengan projek multi media, pelajaran sejarah, geografi, PKN, Sosiologi dengan dibungkus permainan drama atau film pendek. Pelajaran Biologi dengan memanfaatkan konsep pameran untuk memajang hasil penelitiannya mendekorasi ruang pamer adalah pekerjaan kreatif yang telah biasa di asah dalam mata pelajaran Kesenian. Atau dengan perencanaan yang matang bisa membuat projek akhir tahun secara bersama-sama menggabungkan berbagai mata pelajaran dalam satu momen yang digarap menarik dengan mengaplikasikan model pembelajaran integratif.

Pembelajaran Rekreatif

Guna mencapai sebuah pendekatan pendidikan melalui seni, model sejenis ini sejalan dengan Proses  pembelajaran rekreatif. konsep ini bisa diaplikasikan dengan cara bermain. Pembelajaran diberikan secara menyenangkan dengan kegiatan yang bersifat rekreatif, menghibur dan ringan serta menyenangkan. Konsep ini sangat baik untuk pertumbuhan jiwa anak-anak. Kegiatan bermain sekaligus menjadi penyeimbang dan penyelaras untuk perkembangan fisik dan psikologis siswa. Perkembangan fisik ditandai dengan perubahan kecerdasan fungsi motorik, fungsi kinestetik, fungsi suara, dan lain-lain,  harus disalurkan dengan aktivitas yang tepat. Perkembangan psikologis yang berkaitan dengan kognitif, sosial, moral dan bakat  perlu sarana pengembangan yang tepat pula. Dan konsep yang paling strategis  yakni belajar sambil bermain.

Pendidikan seni dapat digunakan sebagai sarana bermain siswa seperti yang sudah diulas sebelumnya,  jika ditinjau dari perspektif anak, upaya pendidikan seni sebagai media bermain sangat cocok untuk melepaskan ketegangan yang dirasakan ketika mereka mengikuti pelajaran yang membutuhkan daya pikir dan konsentrasi yang tinggi. Menurut peserta didik pendidikan seni dapat dikatakan sebagai pendidikan yang rekreatif artinya bentuk pendidikan yang dapat menghibur atau menyenangkan hatinya. Oleh sebab itu setiap guru seyogyanya dapat menciptakan aktivitas bermain dalam setiap pembelajarannya baik melalui pola-pola permaianan yang sudah ada maupun pola permainan yang dikembangkan sendiri.

Seni Budaya Mata Pelajaran Yang Kondisional

Jika melihat kasuistik pembelajaran seni budaya di lapangan maka seni budaya menjadi salah satu pelajaran yang kondisional. Hal tersebut mengingat banyaknya masalah dalam proses belajar mengajarnya. Mata pelajaran seni tidak diajarkan oleh guru dengan latar belakang pendidikan kesenian, keterbatasan kemampuan guru seni budaya yang hanya memiliki kompetensi satu bidang seni sementara bakat seni peserta ddik beragam, keterbatasan sekolah dengan tidak adanya guru yang berkompeten seni atau berbakat seni, keterbatasan sekolah yang tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai, atau keterbatasan kemampuan peserta didik dari segi kemampuan ekonomi.

Melihat permasalahan di atas maka banyak hal bisa dilakukan untuk memecahkan keterbatasan -keterbatasan tersebut dan mengubahnya menjadi kekuatan dan peluang. Tidak maksimal bukan berarti tidak kreatif. Seorang guru seni apapun latar belakangnya, harus kreatif menghadapai setiap tantangan dan hambatan menjadi peluang.

Bagi guru kesenian yang tidak memiliki latar belakang pendidikan seni maka ia bisa berperan aktif di lingkungan MGMP mata pelajaran Seni Budaya karena biasanya MGMP memilki program yang bentuknya peningkatan kemampuan, bisa juga dengan cara mengambil kursus-kursus pendek yang diselenggarakan oleh dinas terkait atau belajar secara mandiri di sanggar-sanggar seni yang ada. Jika masalah timbul diakibatkan kemampuan sekolah dalam memfasilitasi sarana dan prasarana maka seorang guru seni budaya harus kreatif dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk lebih mengeksplorasi daya kreasinya.  Contoh ada sekolah di daerah pinggiran berdekatan dengan sawah dan padang rumput. Melihat lingkungan seperti tersebut, banyak hal bisa dilakukan misalnya membuat gambar dengan model sawah maka bawalah siswa ke sawah untuk berkegiatan proses belajar mengajar.  Di sawah banyak bebek yang sedang bermain, ajaklah para siswa mengamati gerak-gerak bebek lalu sesampainya di sekolah, guru dan siswa eksplorasi bersama membuat tari bebek. Melihat rerumputan yang tumbuh subur di sekitar sekolah yang beraneka ragam, ajaklah para siswa untuk mengambil beberapa jenis rumput lalu lakukan kegiatan mengolah rumput tersebut bersama-sama, misalnya rumput  dikeringkan, diawetkan, lalu rumput tersebut bisa dijadikan media untuk membuat kerajinan. Bahkan jika dikemas dengan menarik, diberi pengharum, bisa dijual ke toko tertentu yang menyediakan pernak pernik kerajinan. Bisa juga berkarya dengan memanfaatkan barang-barang bekas di sekitar tempat tinggal menjadi karya seni rupa yang artistik.

Ada sekolah yang terbatas karena tidak memiliki ruang yang memadai untuk kegiatan pentas atau pameran, maka banyak hal kreatif bisa dilakukan. Selain mengadakan kegiatan dikelas cobalah untuk bereksperimen misalnya dengan mengadakan pameran seni rupa di lapangan parkir, di sawah, di kebun belakang sekolah, di jalan desa, dan masih banyak tempat bisa di eksplorasi. Saat praktik musik siswa menggunakan instrumen imitatif  bunyi hasil buatan sendiri seperti galon bekas, alat dapur bekas, botol bekas untuk mendapatkan bunyi ritmik atau perkusi. Jika mau mengadakan pementasan, berikan motivasi kepada siswa agar semua hal yang berhubungan dengan kostum, properti, artistik dibuat dan dikreasikan sendiri dengan memanfaatkan barang-barang yang ada disekitar atau barang-barang lama menjadi pelengkap pertunjukan sehingga siswa tidak harus mengeluarkan biaya besar untuk memenuhi pembelajaran praktiknya.

Mata pelajaran seni memang idealnya diberikan di sekolah minimal dua cabang seni misalnya tari dan musik atau seni rupa dan teater, atau cabang seni lainnya, namun jika melaksanakan keempatnya bisa saja dengan menyesuaikan kemampuan guru, sekolah dan lingkungan yang ada. Jika lingkungan sekolah banyak pohon bambu, tanah liat, pasir, rumput, gunakan bahan-bahan tersebut untuk mengeksplorasi media dalam menciptakan karya seni

Lalu apa kaitannya dengan konsep pendidikan melalui seni, yang sedang di bahas. Berbagai contoh tersebut Semua dilakukan bersama-sama, semua siswa dilibatkan baik secara fisik maupun emosional. Bapak Ibu gurunya gembira, siswanya pun turut senang sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dan konsep tersebut bisa diaplikasikan oleh mata pelajaran apaun. Membungkus proses belajar mengajar dengan kreativitas, karena pengalaman kreativitas mampu membuka simpul-simpul cara berpikir kritis dan  inovatif. Dengan pendidikan yang dibungkus kreativitas ini maka seluruh bentuk kecerdasan akan bisa di asah dalam satu kegiatan. Kelak kecerdasan inilah yang akan banyak digunakan dalam memecahkan dan menjawab persoalan-persoalan yang menantang dari mata pelajaran lain.

Sumber bacaan:

Read, H. 1970. Education Through Art. London: Faber and Faber. (terjemahan)
Sudarso, SP. 1976. Tinjauan Seni: Sebuah Pengantar untuk Apresiasi Seni. Yogyakarta.
Sudjana, N. 1989. Pembinaan dan Pengembangan Kurikilum di sekolah, Bandung: Sinar Baru
Suryabrata, S. 1984. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rajawali Press

 

Tentang Penulis

Neno Suhartini disebuah kota kecil di Prapag Kidul, Kecamatan Pituruh, Kabupaten Purworejo Jawa Tengah. Pertama mengenal seni dari ayahnya yang aktif dengan Tembang Mocopat dan Kesenian Dolalak.

Lebih  akrab dengan panggilan Neno, S-I diselesaikan di Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung jurusan Seni Tari pada tahun 1997 dan Pascasarjana Insitut Kesenian Jakarta (IKJ) lulus dengan cumlaude pada tahun 2015 dengan judul tesis MEMBACA PERISTIWA CAP GO MEH STREET FESTIVAL: Kajian Seni Pertunjukan. Usai menyelesaikan kesarjanaannya pada tahun 1997 bekerja sebagai dosen di Akademmi Kesenian Bogor (AKSEN), Dosen di TPB-IPB mengampu Mata Kuliah Olah Raga dan Seni serta aktif sebagai Tutor Seni di Universitas Terbuka (UT). Saat ini Neno tercatat aktif di MAN 2 Kota Bogor sebagai pengajar Seni Budaya. Selain mengajar, Neno juga dipercaya menjadi Pembina seni Teater I’tibar yang proses kreatifnya melahirkan Pekan Teater, Festival Sore, pentas Malam, Pekan Monolog dan Teater I’tibar juga memiliki prestasi yang cukup bergengsi dengan menjadi juara di Festival Drama Juang, dan LASASTRA.

Sebagai wujud pengabdiannya terhadap masyarakat, Neno juga aktif dengan mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)  Komunitas Persada Etnika yang bergerak dalam bidang sosial, diskusi, pelestraian, pertunjukan, jurnalisme dan DIKLAT seni budaya. Disela kesibukannya mengajar dan kerja sosial, Neno menyempatkan waktu untuk tetap aktif dalam kegiatan pentas dengan mengikuti beberapa pementasan keliling Indonesia,  menampilkan tari, musik dan teater baik sebagai pemain, koreografer, sutradara atau mengelola manajemen produksinya.

Nara Media:
Fb. Neno Suhartini
Tw. @nenosuhartini
IG. Neno Suhartini
Email: suhartinineno@gnail.com
https://tempayanartnemo2020.blogspot.com.
Dengan kreativitas…hidup tidak akan pernah mati gaya…