Artikel
MATEMATIKA: MESKI BERJARAK TETAP BERGERAK

MATEMATIKA: MESKI BERJARAK TETAP BERGERAK

Oleh Romlah, S.Pd.
Guru pada MTs Negeri 2 Tangerang

Memasuki delapan bulan sejak Maret lalu, masa pandemi Covid-19 yang melanda berbagai belahan dunia telah mengubah kebiasaan berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali pendidikan formal di sekolah. Oleh karena itu, saat ini metode pembelajaran konvensional dengan tatap muka menjadi sebuah kerinduan bagi semua peserta didik yang selama ini dianggap model pembelajaran andalan dan paling efektif di sekolah. Namun, kini mendadak harus berganti dan berubah drastis dengan model pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai alternatif physical distancing di tengah pandemi.

Di antara guru berbagai mata pelajaran di sekolah, guru mata pelajaran eksak khususnya matematika mengalami hambatan yang cukup berarti. Mulai dari cara penyampaian materi kepada peserta didik yang sedikit rumit, hingga selama ini persepsi sebagian besar peserta didik yang menganggap matematika sulit, terlalu banyak angka, segudang rumus yang harus diingat, dan konten yang terlalu abstrak sehingga kurang diminati oleh banyak peserta didik, sekalipun pembelajaran sudah dilakukan dalam berbagai metode yang menyenangkan. Dengan pembelajaran tatap muka biasa ditemukan banyak peserta didik mengalami kesulitan, apalagi jika dilaksanakan dalam skema PJJ. Namun, guru yang hebat adalah guru yang mampu mengubah mindset dan menepis anggapan bahwa matematika itu sulit dipelajari.

Menyikapi hal tersebut, seorang guru matematika tentu perlu berpikir kreatif, terus bergerak dan bekerja keras dalam mendesain pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan bagi peserta didik, tetapi tetap dalam skema PJJ.  Leli Sugiarti pada Webinar Olimpiade Matematika (OPTIKA 20) dengan tema: “Peran Teknologi dalam Pengembangan Keterampilan Belajar dan Mengajar untuk Mencapai Berpikir Tingkat Tinggi”, menyebutkan, empat keterampilan yang sebaiknya dimiliki tenaga pendidik. Pertama, kesabaran dan kegigihan, dalam hal ini guru harus memiliki kesabaran dan kegigihan dalam menghadapi aneka ragam sifat dan kepribadian peserta didik. Karena peserta didik memiliki jiwa petualang dan sikap keingintahuan yang besar, hal itu kadang mendorong mereka bertindak di luar jalur. Kedua, memahami perkembangan IPTEK, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi begitu pesat, hal ini berlaku secara global. Penggunaan internet dan media sosial tak luput mengimbas peserta didik. Sehingga guru harus mampu menyikapinya dalam pembelajaran. Guru harus mampu mendesain pembelajaran secara virtual. Ketiga, berpikir kreatif dan inovatif, seorang guru yang berpikir kreatif akan mampu menemukan inovasi baru dalam pembelajaran. Sehingga, guru tersebut memiliki berbagai metode pembelajaran menarik yang dapat dilakukan dalam mentransfer ilmu. Keempat, manajemen dunia maya, saat ini, hampir semua guru aktif bermedia sosial. Guru juga harus terampil menyaring dan membagikan informasi, Mampu memanfaatkan media sosial, sebagai sarana pembelajaran. Ketika empat keterampilan mengajar tersebut sudah dikuasai dan diaplikasikan oleh seorang guru, maka kita akan memiliki peserta didik yang :

  1. Berakhlak
  2. Terampil Teknologi dan manajemen informasi
  3. Terampil belajar, berpikir dan berinovasi
  4. Mampu bersaing di era global

Menyadari matematika merupakan ilmu yang abstrak dan memiliki karakteristik yang kompleks, mengharuskan guru matematika memperhatikan metode atau gaya penyampaian materi secara tepat kepada peserta didik, lebih-lebih dalam pembelajaran tanpa tatap muka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Diawali dengan menyusun rencana pembelajaran ringkas sebagai persiapan PJJ merupakan hal penting dan sangat membantu bagi guru matematika dalam mengoptimalkan pembelajaran. Sekalipun tidak bertatap muka dengan peserta didik, guru sejatinya tetap menghindari pembelajaran yang mengambang. Karena jika tidak, pembelajaran akan berlangsung tanpa adanya organisasi yang baik yang bermuara pada tidak efektifnya pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran yang efektif setidaknya membutuhkan beberapa hal yang mampu mengakomodir semua aspek yang ada dalam pembelajaran matematika, seperti tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, metode pembelajaran yang sesuai di mana tidak membosankan dan tidak terkesan membebankan peserta didik, forum diskusi, dan bentuk penugasan peserta didik. Demi mengkonkretkan konsep yang abstrak dalam pembelajaran matematika, guru dapat mengintegrasikan media teknologi dalam pembuatan bahan ajar berbasis multimedia yang sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Bahan ajar dapat disusun berupa teks atau video dengan menarik, ringkas, jelas, dan memuat penjelasan materi, contoh soal beserta penyelesaian, serta latihan mandiri secara bertingkat (mudah, sedang, hingga sulit).

Pengemasan bahan ajar dapat menggunakan berbagai aplikasi multimedia yang mendukung yang mampu menyajikan presentasi secara menarik, menampilkan konten dengan cara lebih modern, serta menghasilkan video pembelajaran yang memadukan tema, animasi, dan efek sehingga dapat mewujudkan pencapaian hasil belajar yang komprehensif meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Bahan ajar tersebut bisa didapatkan secara gratis dari media pembelajaran yang sudah tersedia seperti Rumah Belajar, seTARA Daring, Ruangguru, Quipper, Zenius, Kelas Pintar, Google Suite for Education, Kipin School, Meja Kita, SekolahMu, Cisco Webex, dan lainnya. Pembelajaran matematika yang menarik juga harus tersedianya forum diskusi antara guru dan peserta didik. Forum diskusi ini bisa menggunakan media popular seperti WhatsApp, Line, Google Classroom, Microsoft Teams, Shcoology, atau forum diskusi lainnya yang disiapkan Learning Management System (LMS). Forum diskusi ini bertujuan untuk menghidupkan belajar daring sehingga terjalinnya proses komunikasi aktif dan interaktif secara virtual antara guru dan peserta didik dalam pembelajaran.

Selain itu, pengecekan kehadiran peserta didik secara online juga diusahakan bervariasi agar menghadirkan suasana pembelajaran yang berbeda setiap pertemuannya. Pengecekan kehadiran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai fitur seperti Google Form, Zoho Form, Mentimeter, dan lainnya. Mengisi presensi kehadiran oleh setiap peserta didik menjadi amat penting dikarenakan hal ini sebagai penentu kehadiran mereka dalam setiap kelas daring, juga hal ini sebagai bagian dari ikhtiar guru untuk melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajran.

Penting bagi guru untuk mewujudkan pembelajaran yang interaktif. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran juga dengan sendirinya dapat tercapai. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan guru untuk mencapai hal tersebut. Pertama, melakukan apersepsi di awal pembelajaran karena hal ini merupakan nadi keberhasilan suatu pembelajaran. Munif Chatib (2011) menyatakan bahwa menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu berharga untuk satu jam pembelajaran selanjutnya. Apersepsi yang tepat membuat peserta didik merasa relaks dan senang, kondisi ini disebut sebagai kondisi zona alfa yang artinya tahap paling cemerlang proses kreatif otak seseorang. Sehingga sangat disayangkan jika guru tidak melakukan apersepsi di awal pembelajaran, hal ini akan berakibat pada ketidaksiapan peserta didik dalam mengikuti pembelajaran pada tahapan selanjutnya. Kedua, hindari penggunaan rentang waktu yang lama saat memberikan informasi karena akan berakibat pada kejenuhan yang dialami peserta didik sehingga menghilangkan konsentrasi mereka dalam belajar. Ketiga, usahakan selalu memberikan apresiasi dan reward dalam bentuk kata kepada setiap peserta didik yang sudah merespons diskusi pembelajaran dengan baik. Keempat, sebutkan nama peserta didik yang kurang terlihat di bilik chat dengan tujuan untuk memberikan rasa peduli, sehingga mereka merasa dihargai keberadaannya sekalipun dalam kelas non tatap muka. Kelima, memberikan instruksi atau informasi dengan jelas, menggugah pembaca untuk meresponsnya, dan tidak menggunakan kalimat singkat yang terkesan kaku. Ada baiknya saat mengomentari respons peserta didik hendaknya dibarengi dengan kalimat humoris, candaan, dan lain sebagainya sehingga terkesan seperti pembelajaran tatap muka biasanya di kelas. Keenam, berikan waktu jeda sekitar 5-10 menit untuk peserta didik menenangkan diri di tengah pembelajaran, tetapi tetap menekankan kedisiplinan waktu sebagaimana yang telah diatur di awal pembelajaran.

Terakhir, hal yang tak kalah penting dalam pembelajaran adalah penilaian yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Untuk penilaian kognitif dapat diperoleh dari hasil kuis, latihan, ulangan harian dan PAS yang bisa dilakukan melalui platfoam digital seperti Quizizz, Kahoot, Google Classroom dan lain sebagainya. Untuk penilaian afektif, guru bisa melihat kedisiplinan siswa baik dalam kehadiran maupun dalam mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan, serta partisipasi mereka dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring dari awal hingga akhir. Sementara penilaian psikomotorik dapat dilihat dari keaktifan peserta didik dalam mengutarakan pendapatnya melalui bilik komentar, kreativitas peserta didik dalam mengerjakan tugas bersifat keterampilan seperti pembuatan mind mapping atau poster pembelajaran dari sebuah konsep matematika yang telah dipelajari.

Mengingat pandemi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, maka persiapan belajar bagi seluruh peserta didik sangat penting untuk dirumuskan dengan tepat oleh guru demi mewujudkan pembelajaran berkualitas bagi setiap peserta didik. Untuk para guru, teruslah bergerak dan tetap semangat dalam mendesain pembelajaran secara PJJ. Yakinlah kerja keras, keikhlasan, dan doa kita bersama akan menentukan kualitas generasi masa depan yang lebih baik.